China Susul AS dan Rusia ke Planet Mars
A
A
A
BEIJING - Pesawat luar angkasa berawak, Shenzhou-11, telah berhasil mendarat di luar angkasa. Proyek selanjutnya China ingin ke Mars pada 2020 memang sebuah rencana ambisius. Namun, Negeri Tirai Bambu ini seris. Jika misi ini berhasil, Mars akan menjadi tempat yang sibuk pada 2020.
Seperti dilansir dari Xinjiang, misi ini juga meliputi studi lanjut tentang Mars, eksplorasi asteroid, eksplorasi sistem Jupiter, dan eksplorasi-eksplorasi luar angkasa lainnya. Mereka juga mewacanakan peninjauan ulang soal bagaimana asal-usul serta evolusi tata surya, juga soal potensi kehidupan di luar Bumi.
China diperkirakan akan mengirimkan pesawat yang akan mendarat ke sisi terjauh bulan pada 2018. Sementara untuk misi 2017 adalah membawa sampel bulan ke Bumi.
Meski terkesan terlambat, jika dibanding Amerika, Rusia, bahkan India, China punya mimpi yang ambisius dalam proyek-proyek eksplorasi tata surya. Negara yang terkenal dengan Tembok Besar-nya ini telah melakukan banyak hal untuk mewujudkan mimpinya ini.
Selama ini kekuatan luar angkasa didominasi Amerika Serikat dan Rusia. “Saya berharap rakyat China akan mengambil langkah lebih besar dan berkontribusi membangunChinamenjadikekuatan ruang angkasa,” kata Jinping, dikutip Reuters, Kamis (20/10/2016). Jing dan Chen juga akan menjadi astronot terlama China yang tinggal di ruang angkasa.
Mereka meluncur ke Taingong 2 dengan menggunakan pesawat ulang-alik Shenzhou-11 yang dilontarkan roket pengangkut Long March-2F Y11. Mereka berangkat dari Pusat Pelontar Satellite Jiuquan di Padang Gobi pada Senin (17/10) pukul 07.30 waktu Beijing. Seperti ditayangkan televisi pemerintah China CCTV, saat mendarat Jing dan Chen menguatkan sabuk pengaman.
Komputer pemandu yang ada di dalam Shenzhou- 11 secara otomatis menyetir kapsul itu menuju pelabuhan Tiangong 2 mengikuti sinyal dari sederetan sensor kontak yang terpasang di tepi depan stasiun ruang angkasa itu. Berlatarkan interior Shenzhou- 11, Jing dan Chen tampak mengenakan pakaian ruang angkasa.
Ketika Shenzhou-11 melakukan kontak, cincin dermaga mengunci kedua teknologi ruang angkasa itu secara kuat. Pengawas di bumi memastikan tekanan di dalam kedua pesawat seimbang sebelum memberikan lampu hijau kepada Jing dan Chen. Jing dan Chen kemudian mengganti pakaian putih ruang angkasa dengan pakaian lompat berwarna biru.
Jing terlebih dahulu membuka pintu Shenzhou-11 dan memasuki kabin Tiangong 2 pada pukul 22.32 GMT. Dia melambaikan tangan ke hadapan kamera sebelum Chen menyusul memasuki stasiun yang diluncurkan 15 September itu. Dengan bersatunya Shenzhou- 11 dan Tiangong 2, benda tersebut kini membentuk stasiun mini ruang angkasa yang memiliki panjang lebih dari 18 meter dan berdiameter 4 meter.
Laboratorium ruang angkasa itu dilengkapi peralatan medis, bekal makanan dan minuman, ruang kendali, dan sejumlah peralatan berfitur teknologi canggih. Shenzhou-11 untuk pertama kali hanya membawa dua astronot ke ruang angkasa. Namun, dengan tim yang lebih ramping, mereka bisa tinggal lebih lama. Jika berhasil bertahan selama sebulan, Jing dan Chen akan memecahkan rekor sebagai awak terlama yang pernah tinggal di ruang angkasa.
Catatan rekor sebelumnya hanya 15 hari. Pengiriman Jing dan Chen merupakan misi ruang angkasa berawakkeenamChina. Mereka menjadi orang pertama yang mendarat di Tiangong 2. Astronot China sebelumnya mendarat di Tiangong 1 yang memiliki ukuran sama dengan Tiangon2.
Sejauh ini, stasiun ruang angkasa yang masih beroperasi selain Tiangong 1 dan 2 ialah Stasiun Ruang Angkasa Internasional milik AS, Rusia, Jepang, dan Kanada yang dibangun 20 November 1998. Stasiun yang berada di orbit sekitar 6.542 hari itu pernah dikunjungi pesawat ulang-alik berawak sebanyak 88 kali dan tak berawak 94 kali.
Rusia kabarnya akan membangun stasiun ruang angkasa Orbital Piloted Assembly and Experiment Complex secepatnya pada 2024. Saat masih menjadi Uni Soviet, orang-orang Rusia berhasil membangun 10 stasiun ruang angkasa mulai dari Salyut 1 pada 19 April 1971 hingga Mir (bersama Amerika Serikat) pada 19 Februari 1986.
Seperti dilansir dari Xinjiang, misi ini juga meliputi studi lanjut tentang Mars, eksplorasi asteroid, eksplorasi sistem Jupiter, dan eksplorasi-eksplorasi luar angkasa lainnya. Mereka juga mewacanakan peninjauan ulang soal bagaimana asal-usul serta evolusi tata surya, juga soal potensi kehidupan di luar Bumi.
China diperkirakan akan mengirimkan pesawat yang akan mendarat ke sisi terjauh bulan pada 2018. Sementara untuk misi 2017 adalah membawa sampel bulan ke Bumi.
Meski terkesan terlambat, jika dibanding Amerika, Rusia, bahkan India, China punya mimpi yang ambisius dalam proyek-proyek eksplorasi tata surya. Negara yang terkenal dengan Tembok Besar-nya ini telah melakukan banyak hal untuk mewujudkan mimpinya ini.
Selama ini kekuatan luar angkasa didominasi Amerika Serikat dan Rusia. “Saya berharap rakyat China akan mengambil langkah lebih besar dan berkontribusi membangunChinamenjadikekuatan ruang angkasa,” kata Jinping, dikutip Reuters, Kamis (20/10/2016). Jing dan Chen juga akan menjadi astronot terlama China yang tinggal di ruang angkasa.
Mereka meluncur ke Taingong 2 dengan menggunakan pesawat ulang-alik Shenzhou-11 yang dilontarkan roket pengangkut Long March-2F Y11. Mereka berangkat dari Pusat Pelontar Satellite Jiuquan di Padang Gobi pada Senin (17/10) pukul 07.30 waktu Beijing. Seperti ditayangkan televisi pemerintah China CCTV, saat mendarat Jing dan Chen menguatkan sabuk pengaman.
Komputer pemandu yang ada di dalam Shenzhou- 11 secara otomatis menyetir kapsul itu menuju pelabuhan Tiangong 2 mengikuti sinyal dari sederetan sensor kontak yang terpasang di tepi depan stasiun ruang angkasa itu. Berlatarkan interior Shenzhou- 11, Jing dan Chen tampak mengenakan pakaian ruang angkasa.
Ketika Shenzhou-11 melakukan kontak, cincin dermaga mengunci kedua teknologi ruang angkasa itu secara kuat. Pengawas di bumi memastikan tekanan di dalam kedua pesawat seimbang sebelum memberikan lampu hijau kepada Jing dan Chen. Jing dan Chen kemudian mengganti pakaian putih ruang angkasa dengan pakaian lompat berwarna biru.
Jing terlebih dahulu membuka pintu Shenzhou-11 dan memasuki kabin Tiangong 2 pada pukul 22.32 GMT. Dia melambaikan tangan ke hadapan kamera sebelum Chen menyusul memasuki stasiun yang diluncurkan 15 September itu. Dengan bersatunya Shenzhou- 11 dan Tiangong 2, benda tersebut kini membentuk stasiun mini ruang angkasa yang memiliki panjang lebih dari 18 meter dan berdiameter 4 meter.
Laboratorium ruang angkasa itu dilengkapi peralatan medis, bekal makanan dan minuman, ruang kendali, dan sejumlah peralatan berfitur teknologi canggih. Shenzhou-11 untuk pertama kali hanya membawa dua astronot ke ruang angkasa. Namun, dengan tim yang lebih ramping, mereka bisa tinggal lebih lama. Jika berhasil bertahan selama sebulan, Jing dan Chen akan memecahkan rekor sebagai awak terlama yang pernah tinggal di ruang angkasa.
Catatan rekor sebelumnya hanya 15 hari. Pengiriman Jing dan Chen merupakan misi ruang angkasa berawakkeenamChina. Mereka menjadi orang pertama yang mendarat di Tiangong 2. Astronot China sebelumnya mendarat di Tiangong 1 yang memiliki ukuran sama dengan Tiangon2.
Sejauh ini, stasiun ruang angkasa yang masih beroperasi selain Tiangong 1 dan 2 ialah Stasiun Ruang Angkasa Internasional milik AS, Rusia, Jepang, dan Kanada yang dibangun 20 November 1998. Stasiun yang berada di orbit sekitar 6.542 hari itu pernah dikunjungi pesawat ulang-alik berawak sebanyak 88 kali dan tak berawak 94 kali.
Rusia kabarnya akan membangun stasiun ruang angkasa Orbital Piloted Assembly and Experiment Complex secepatnya pada 2024. Saat masih menjadi Uni Soviet, orang-orang Rusia berhasil membangun 10 stasiun ruang angkasa mulai dari Salyut 1 pada 19 April 1971 hingga Mir (bersama Amerika Serikat) pada 19 Februari 1986.
(wbs)