Pentagon Ingatkan Pemerintah AS soal Investasi China di Silicon Valley
A
A
A
NEW YORK - Departemen Pertahanan Amerika Serikat alias Pentagon memperingatkan soal investasi startup China di Silicon Valley, yang mengembangkan aplikasi militer. Mengutip dari New York Times, Sabtu (8/4/2017), Pentagon mengingatkan pemerintah AS untuk mengontrol secara ketat Silicon Valley demi mencegah pencurian teknologi Amerika oleh Negeri Mao Tse-tung.
Dalam laporannya, Pentagon mengatakan ada beberapa pembatasan bagi startup asing di Amerika, yaitu pada bidang kecerdasan buatan, kendaraan otonom, dan robotika. Dan menurut laporan tersebut, China telah mengambil keuntungan dari teknologi Negeri Paman Sam.
Beijing sendiri dikabarkan sedang mendorong perusahaan mereka berinvestasi di negara-negara maju untuk menghadapi persaingan strategis dengan Amerika Serikat, menjadi kekuatan nomor satu di dunia.
Komite Investasi Asing di AS yang dikenal sebagai Cfius menuturkan, dalam beberapa kasus, perusahaan China telah melakukan investasi dan pengembangan teknologi “di bawa radar” alias menghindari pengawasan dari instansi pemerintah.
“Jika kita membiarkan China memiliki akses ke teknologi kita, itu sama saja memfasilitas keunggulan teknologi China. Dan kita akan kehilangan keunggulan teknologi kita,” tulis laporan Pentagon. Kekhawatiran ini seiring dengan aksi spionase teknologi yang dilakukan China di Amerika.
Selama puluhan tahun, Amerika selalu menutup rahasia teknologinya dari China, agar kesenjangan teknologi kedua negara tetap terpelihara. Dan menurut Pentagon, pengembangan teknologi China telah memberikan ancaman bagi keamanan nasional.
Beberapa tahun terakhir, China rajin mengkombinasikan teknologi domestik dengan teknologi yang diperoleh dari luar negeri. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah dalam program “Made in China 2025”. China sendiri mendorong perusahaan mereka untuk berbisnis ke 10 industri penting, yang telah menimbulkan kekhawatiran bagi kelompok bisnis di Amerika dan Eropa.
Sementara itu, industri semikonduktor global telah terguncang oleh investasi yang didukung Beijing dalam rangka mendapatkan pengetahuan microchip terbaru.
Presiden AS Donald Trump sendiri, beberapa waktu lalu, menolak taktik perdagangan China yang membuat perusahaan-perusahaan AS mengalami kerugian. Namun, kritikan Trump ini belum jelas apakah disampaikan dalam pertemuannya dengan Presiden RRC Xi Jinping pada lawatannya ke resor Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, pada akhir pekan ini.
Laporan Pentagon juga menemukan bahwa teknologi komersial semakin canggih dan mengaburkan garis apa yang tersedia untuk militer dan sipil. Mereka mencontohkan soal Virtual Reality. “Beberapa VR untuk game memiliki tingkat kecanggihan yang sama dengan simulator untuk angkatan bersenjata kita”.
Tidak hanya itu, bahkan teknologi pengenalan wajah dan deteksi gambar dalam jaringan sosial dan belanja online memiliki aplikasi yang sama dan nyata seperti dalam melacak teroris atau ancaman lain terhadap keamanan nasional. Laporan itu menambahkan, banyak dari kendaraan dan pesawat tanpa awak yang saat ini dikembangkan berasal dari Pentagon.
Laporan menyatakan sebagian besar perusahaan swasta Amerika, tidak menyadari upaya Beijing yang menanamkan uangnya untuk mendapatkan rahasia teknologi AS. Sementara itu, Washington dinilai kurang melakukan kontrol atas ini. “Pemerintah AS tidak memiliki pandangan holistic seberapa cepat transfer teknologi ini terjadi, terutama kaitan investasi China dalam teknologi AS. Sehingga kita bingung dalam melindungi teknologi kita,” tulis laporan tersebut.
Dalam beberapa kasus, produk perusahaan yang mengambil aplikasi dari militer itu didukung investor China. Velodyne misalnya, mulai mengembangkan sensor cahaya dari mobil otonom yang dikembangkan Defense Advanced Research Projects Agency, sebuah unit dari Pentagon pada tahun 2005. Padahal sensor itu digunakan untuk kendaraan tak berawak di Angkatan Laut Amerika Serikat.
Velodyne sendiri dikabarkan menerima investasi USD150 juta dari proyek bersama antara Ford dengan raksasa internet China, Baidu. Namun nama yang disebut terakhir menolak mengomentari investasi tersebut.
Juru bicara Velodyne mengatakan pihaknya sudah memperoleh izin dari pemerintah soal investasi dari China. “Perusahaan memperoleh semua izin pemerintah yang diperlukan dalam investasi. Terutama, investasi yang dirancang untuk membuat sensor LIDAR jadi lebih mudah diakses oleh industri yang lebih luas, sehingga dalam pengembangan lebih aman dan kendaraan otonom bisa lebih murah,” katanya kepada CNBC, Sabtu (8/4/2017).
Mantan Menteri Pertahanan Amerika Ashton Carter mendesak pejabat senior Pentagon untuk meninjau berkembangnya investasi China di Silicon Valley, terutama investasi di teknologi baru yang memiliki aplikasi militer. Namun Carter menolak mengomentari laporan Pentagon ini.
Michael Brown, mantan kepala eksekutif Symantec mengatakan investasi China untuk mengakses inovasi dan teknologi AS sama saja telah mengaktifkan persaingan teknologi strategis.
Menurut laporan Pentagon, sejak 2010 hingga 2016, investor China telah masuk dalam 1.000 penawaran pendanaan dalam bidang teknologi di AS, dimana investasinya mencapai USD30 miliar. Dan partisipasi China ini meningkat 10% dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mereka getol untuk masuk ke industri kecerdasan buatan dan robotika.
Diantara investor yang diidentifikasi dalam laporan itu adalah Alibaba dan Baidu. Termasuk Westlake Venture dan ZGC Capital yang disponsori oleh pemerintah China. Belum lagi 17 perusahaan milik negara yang membuka kantor di Santa Clara, California.
Meningkatnya investasi China dalam bentuk modal ventura tersebut memang patut dicurigai. Karena ada kecenderungan melakukan spionase industri dan pencurian teknologi. Sementara itu, Pentagon menilai pemerintah Amerika lambat dalam mengatasi hal ini.
Adapun investigasi FBI di Silicon Valley telah mengindentifikasikan 10 orang terkait spionase teknologi dan industri. “Skala spionase terus meningkat,” tulisnya. Namun mereka belum mengetahui seberapa besar spionase teknologi ini benar-benar terjadi.
Dalam laporannya, Pentagon mengatakan ada beberapa pembatasan bagi startup asing di Amerika, yaitu pada bidang kecerdasan buatan, kendaraan otonom, dan robotika. Dan menurut laporan tersebut, China telah mengambil keuntungan dari teknologi Negeri Paman Sam.
Beijing sendiri dikabarkan sedang mendorong perusahaan mereka berinvestasi di negara-negara maju untuk menghadapi persaingan strategis dengan Amerika Serikat, menjadi kekuatan nomor satu di dunia.
Komite Investasi Asing di AS yang dikenal sebagai Cfius menuturkan, dalam beberapa kasus, perusahaan China telah melakukan investasi dan pengembangan teknologi “di bawa radar” alias menghindari pengawasan dari instansi pemerintah.
“Jika kita membiarkan China memiliki akses ke teknologi kita, itu sama saja memfasilitas keunggulan teknologi China. Dan kita akan kehilangan keunggulan teknologi kita,” tulis laporan Pentagon. Kekhawatiran ini seiring dengan aksi spionase teknologi yang dilakukan China di Amerika.
Selama puluhan tahun, Amerika selalu menutup rahasia teknologinya dari China, agar kesenjangan teknologi kedua negara tetap terpelihara. Dan menurut Pentagon, pengembangan teknologi China telah memberikan ancaman bagi keamanan nasional.
Beberapa tahun terakhir, China rajin mengkombinasikan teknologi domestik dengan teknologi yang diperoleh dari luar negeri. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah dalam program “Made in China 2025”. China sendiri mendorong perusahaan mereka untuk berbisnis ke 10 industri penting, yang telah menimbulkan kekhawatiran bagi kelompok bisnis di Amerika dan Eropa.
Sementara itu, industri semikonduktor global telah terguncang oleh investasi yang didukung Beijing dalam rangka mendapatkan pengetahuan microchip terbaru.
Presiden AS Donald Trump sendiri, beberapa waktu lalu, menolak taktik perdagangan China yang membuat perusahaan-perusahaan AS mengalami kerugian. Namun, kritikan Trump ini belum jelas apakah disampaikan dalam pertemuannya dengan Presiden RRC Xi Jinping pada lawatannya ke resor Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, pada akhir pekan ini.
Laporan Pentagon juga menemukan bahwa teknologi komersial semakin canggih dan mengaburkan garis apa yang tersedia untuk militer dan sipil. Mereka mencontohkan soal Virtual Reality. “Beberapa VR untuk game memiliki tingkat kecanggihan yang sama dengan simulator untuk angkatan bersenjata kita”.
Tidak hanya itu, bahkan teknologi pengenalan wajah dan deteksi gambar dalam jaringan sosial dan belanja online memiliki aplikasi yang sama dan nyata seperti dalam melacak teroris atau ancaman lain terhadap keamanan nasional. Laporan itu menambahkan, banyak dari kendaraan dan pesawat tanpa awak yang saat ini dikembangkan berasal dari Pentagon.
Laporan menyatakan sebagian besar perusahaan swasta Amerika, tidak menyadari upaya Beijing yang menanamkan uangnya untuk mendapatkan rahasia teknologi AS. Sementara itu, Washington dinilai kurang melakukan kontrol atas ini. “Pemerintah AS tidak memiliki pandangan holistic seberapa cepat transfer teknologi ini terjadi, terutama kaitan investasi China dalam teknologi AS. Sehingga kita bingung dalam melindungi teknologi kita,” tulis laporan tersebut.
Dalam beberapa kasus, produk perusahaan yang mengambil aplikasi dari militer itu didukung investor China. Velodyne misalnya, mulai mengembangkan sensor cahaya dari mobil otonom yang dikembangkan Defense Advanced Research Projects Agency, sebuah unit dari Pentagon pada tahun 2005. Padahal sensor itu digunakan untuk kendaraan tak berawak di Angkatan Laut Amerika Serikat.
Velodyne sendiri dikabarkan menerima investasi USD150 juta dari proyek bersama antara Ford dengan raksasa internet China, Baidu. Namun nama yang disebut terakhir menolak mengomentari investasi tersebut.
Juru bicara Velodyne mengatakan pihaknya sudah memperoleh izin dari pemerintah soal investasi dari China. “Perusahaan memperoleh semua izin pemerintah yang diperlukan dalam investasi. Terutama, investasi yang dirancang untuk membuat sensor LIDAR jadi lebih mudah diakses oleh industri yang lebih luas, sehingga dalam pengembangan lebih aman dan kendaraan otonom bisa lebih murah,” katanya kepada CNBC, Sabtu (8/4/2017).
Mantan Menteri Pertahanan Amerika Ashton Carter mendesak pejabat senior Pentagon untuk meninjau berkembangnya investasi China di Silicon Valley, terutama investasi di teknologi baru yang memiliki aplikasi militer. Namun Carter menolak mengomentari laporan Pentagon ini.
Michael Brown, mantan kepala eksekutif Symantec mengatakan investasi China untuk mengakses inovasi dan teknologi AS sama saja telah mengaktifkan persaingan teknologi strategis.
Menurut laporan Pentagon, sejak 2010 hingga 2016, investor China telah masuk dalam 1.000 penawaran pendanaan dalam bidang teknologi di AS, dimana investasinya mencapai USD30 miliar. Dan partisipasi China ini meningkat 10% dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mereka getol untuk masuk ke industri kecerdasan buatan dan robotika.
Diantara investor yang diidentifikasi dalam laporan itu adalah Alibaba dan Baidu. Termasuk Westlake Venture dan ZGC Capital yang disponsori oleh pemerintah China. Belum lagi 17 perusahaan milik negara yang membuka kantor di Santa Clara, California.
Meningkatnya investasi China dalam bentuk modal ventura tersebut memang patut dicurigai. Karena ada kecenderungan melakukan spionase industri dan pencurian teknologi. Sementara itu, Pentagon menilai pemerintah Amerika lambat dalam mengatasi hal ini.
Adapun investigasi FBI di Silicon Valley telah mengindentifikasikan 10 orang terkait spionase teknologi dan industri. “Skala spionase terus meningkat,” tulisnya. Namun mereka belum mengetahui seberapa besar spionase teknologi ini benar-benar terjadi.
(ven)