Abu Vulkanik Gunung Agung Mampu Membelah Badan Pesawat

Selasa, 28 November 2017 - 16:54 WIB
Abu Vulkanik Gunung...
Abu Vulkanik Gunung Agung Mampu Membelah Badan Pesawat
A A A
BALI - Dampak erupsi Gunung Agung, Bali berdampak terhadap penerbangan yang terjadi di berbagai Bandara Internasional di Indonesia. Sejumlah maskapai yang menuju Bandara Ngurah Rai, Denpasar, maupun sebaliknya dibatalkan, alasanya karena abu vulkanik Gunung Agung sangat berbahaya

Pusat Vulcanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melalui pos pantau Gunung Agung, secara resmi sudah mengeluarkan edaran Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) atau zona berbahaya bagi pesawat melintasi Gunung Agung

Dalam artian sejak dikeluarkannya zona larangan tersebut, pesawat harus mencari rute lain untuk menghindari bahaya jika tiba-tiba Gunung Agung meletus.

Kabid Mitigasi dan Geologi PVMBG Kementrian ESDM I Gede Suantika kenapa abu vulkanik ini kemudian menjadi penting bagi dunia penerbangan? "Karena abu itu halus sekali. Dan pada zaman dulu pesawat terbang itu tidak dilengkapi dengan radar, sehingga tidak bisa mendeteksi adanya abu gunung api," jawabnya.

Suantika menerangkan, jika pesawat masuk ke wilayah VONA dimana merupakan wilayah sebaran abu gunung api yang halus, maka mesin pesawat akan menyedot abu tersebut. Kemudian abu vulkanik yang halus itu akan terkumpul dalam mesin.

Jika sudah masuk dalam mesin, kemudian karena panas di atas 500 derajat, abu ini akan meleleh dan berubah menjadi gelas dan akhirnya ini akan melapisi turbin. "Lama-lama karena menebal, turbin pesawat itu akan mati dan bisa menyebabkan kecelakaan,” terangnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NASA, debu gunung berapi bisa merusak fungsi baling-baling pada pesawat turboprop atau mesin jet dalam pesawat turbofan, komponen vital dalam penerbangan.

Abu silika yang ukurannya sangat kecil, diameternya antara 6 mikron hingga 2 mm, bisa terbawa angin dengan mudah. Lapisan debu ini juga mengacaukan sensor temperatur sehingga sistem mati-otomatis keempat mesinnya menjadi aktif.

Abu dari gunung berapi sulit untuk dihilangkan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk hilang sepenuhnya jika tidak segera diambil tindakan.

Jika hal ini terjadi dan dibiarkan, maka dalam jangka waktu lama debu yang menempel dalam badan atau komponen pesawat bisa menyebabkan retakan-retakan halus di bodi pesawat dan jangka panjangnya bisa membelah bodi badan pesawat.

Retakan di badan pesawat, sekecil apa pun, tentu sangat membahayakan. Sebab, badan pesawat didesain agar bisa "mengembang" dan "mengempis" saat di udara dan di darat, menyesuaikan tekanan udara.

Abu silika gunung berapi seperti dikutip dari The Sun, memiliki titik leleh pada suhu 1.100 derajat celsius. Lelehan itu bisa menempel dan melumerkan komponen bilah-bilah turbin di dalam mesin jet, atau nozzle, yang dalam pesawat jet modern suhunya bisa mencapai 1.400 derajat celsius.

Abu vulkanik yang menempel di pesawat dalam jumlah banyak juga akan merusak aliran udara di sekitar badan pesawat dan justru menjadi penghambat laju (drag).

Pesawat yang baru saja melintasi area abu vulkanik akan mendapatkan pengecekan secara menyeluruh. Hal ini untuk memastikan tidak ada residu-residu abu vulkanik yang menempel di badan pesawat. Jika ada komponen-komponen yang terdampak, seperti rusak atau berubah bentuk karena terkikis, juga harus diganti secepatnya.
.
Sejauh ini memang belum ada insiden pesawat jatuh yang dipicu oleh debu gunung berapi. Namun, dari kasus-kasus sebelumnya yang dipaparkan di atas, bisa jadi leading factor yang menimbulkan bahaya yang lebih besar.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3259 seconds (0.1#10.140)