Temuan Tulang dan Rambut Yeti Akhirnya Terpecahkan
A
A
A
HIMALAYA - Makhluk misterius yang disebut Yeti yang diyakini menghuni wilayah pegunungan Himalaya akhirnya dipecahkan berkat analisis DNA. Delapan spesimen, termasuk tulang, gigi, kulit dan rambut, telah diperiksa
Seperti dilansir dari Mirror, Ilmuwan dari University of Buffalo, AS, Dr Charlotte Lindqvist menegaskan Bagian tubuh yang diduga milik makhluk misterius yang tersisa dikatakan milik Yeti tetap merupakan tiruan. Pasalnya setelah diteliti tulang, gigi, kulit, rambut adalah dari bagian tebuh beruang dan satu lagi milik seekor anjing. Tes DNA membuktikan bahwa bagian tubuh ini tidak ada hubungannya dengan makhluk Yeti.
Makhluk misterius bernama Yeti, keberadaannya masih diragukan, namun penduduk desa di Himalaya dan para pemburu di sana percaya Yeti adalah penghuni di pegunungan Hilamaya.
Tahun 1832, makhluk misterius ini pertama kali mencuat ke dunia. Ketika itu perwakilan Inggris yang berada di Nepal bernama B.H. Hodgson mengaku pernah bertemu makhluk dengan ciri-ciri fisik berbulu hitam tidak berekor dan berjalan tegak.
Ratusan tahun berselang pada 1951, pendaki Inggris bernama Eric Shipton bahkan mensiarkan foto-foto jejak kaki Yeti. Jejak kaki itu panjangnya 13 inci dengan lebar 8 inci. Mulai itulah nama Yeti mulai terkenal di dunia.
Penduduk desa di Himalaya dan para pemburu setempat menyebutkan kalau mahluk itu pandai menyembunyikan diri, hal itu karena habitatnya terletak jauh dari jalur manusia.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon.
Kalau mahluk ini berkelana ke zona bersalju, tempat pendaki gunung mungkin melihatnya atau melihat jejak kakinya, mahluk ini berjalan tegak dengan gaya yang canggung. Sherpa, penduduk asli di Nepal menduga bahwa alasan mahluk ini melintasi ladang bersalju adalah mencari lumut yang mengandung garam yang tumbuh di batu moraine. Ilmuan Inggris, Ivan Sanderson mengatakan bahwa mahluk itu bukan mencari lumut melainkan lumut kerak, yang kaya dalam gizi.
Seperti dilansir dari Mirror, Ilmuwan dari University of Buffalo, AS, Dr Charlotte Lindqvist menegaskan Bagian tubuh yang diduga milik makhluk misterius yang tersisa dikatakan milik Yeti tetap merupakan tiruan. Pasalnya setelah diteliti tulang, gigi, kulit, rambut adalah dari bagian tebuh beruang dan satu lagi milik seekor anjing. Tes DNA membuktikan bahwa bagian tubuh ini tidak ada hubungannya dengan makhluk Yeti.
Makhluk misterius bernama Yeti, keberadaannya masih diragukan, namun penduduk desa di Himalaya dan para pemburu di sana percaya Yeti adalah penghuni di pegunungan Hilamaya.
Tahun 1832, makhluk misterius ini pertama kali mencuat ke dunia. Ketika itu perwakilan Inggris yang berada di Nepal bernama B.H. Hodgson mengaku pernah bertemu makhluk dengan ciri-ciri fisik berbulu hitam tidak berekor dan berjalan tegak.
Ratusan tahun berselang pada 1951, pendaki Inggris bernama Eric Shipton bahkan mensiarkan foto-foto jejak kaki Yeti. Jejak kaki itu panjangnya 13 inci dengan lebar 8 inci. Mulai itulah nama Yeti mulai terkenal di dunia.
Penduduk desa di Himalaya dan para pemburu setempat menyebutkan kalau mahluk itu pandai menyembunyikan diri, hal itu karena habitatnya terletak jauh dari jalur manusia.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon.
Kalau mahluk ini berkelana ke zona bersalju, tempat pendaki gunung mungkin melihatnya atau melihat jejak kakinya, mahluk ini berjalan tegak dengan gaya yang canggung. Sherpa, penduduk asli di Nepal menduga bahwa alasan mahluk ini melintasi ladang bersalju adalah mencari lumut yang mengandung garam yang tumbuh di batu moraine. Ilmuan Inggris, Ivan Sanderson mengatakan bahwa mahluk itu bukan mencari lumut melainkan lumut kerak, yang kaya dalam gizi.
(wbs)