Kail Ikan Purbakala Ditemukan di Pulau Alor
A
A
A
JAKARTA - Selama bertahun-tahun banyak diyakini pria melakukan sebagian besar aktivitas menangkap ikan di Indonesia pada era Pleistosen.
Meski begitu, penemuan lima kail iklan di Pulau Alor, Indonesia, menjadi titik balik pendapat itu. Kail itu merupakan yang tertua untuk jenisnya di dunia. Kail itu ditemukan terkubur bersama jenazah seorang perempuan pada 12.000 tahun silam. Penemuan itu menunjukkan perempuan mungkin memiliki peran memimpin dalam menangkap ikan.
Para arkeolog dari Australian National University menemukan kail ikan itu dan yakin merupakan kail tertua di dunia yang turut dimasukkan pada proses pemakaman. Kail itu bagian dari beberapa barang yang ditempatkan secara hati-hati di bawah dagu dan rahang seorang perempuan.
“Penemuan itu mempertanyakan teori yang sekarang ada bahwa sebagian besar aktivitas menangkap ikan di kepulauan itu dilakukan pria,” ungkap Profesor Sue OíConnor yang memimpin penelitian, dikutip DailyMail.
“Jika pemakaman itu dikonfirmasi sebagai seorang perempuan, kesimpulan kail ikan sebagai barang-barang di makam itu mungkin mengindikasikan perempuan itu bertanggung jawab untuk kegiatan memancing dan menangkap ikan di Alor,” tuturnya.
Para peneliti juga yakin penemuan itu menunjukkan kail ikan memain kan peran dalam transisi dalam kehidupan setelah meninggal dunia.
“Ini yang tertua, di mana kail ikan dikaitkan dengan prosesi pemakaman dari tempat mana pun di dunia dan mungkin mengindikasikan perlengkapan menangkap ikan itu dianggap penting untuk transisi pada kehidupan setelah meninggal dunia di wilayah ini,” papar Profesor O’Connor.
“Penemuan itu menunjukkan bahwa dalam kehidupan dan kematian, penduduk wilayah Pulau Alor era Pleistosen secara intrinsik terkait dengan laut dan mengaitkan kail ikan dan prosesi pemakaman menunjukkan status kosmologi menangkap ikan di lingkungan pulau ini,” ujarnya.
Hingga sekarang, era paling awal yang mengaitkan kail ikan dan prosesi pemakaman bertanggal sekitar 9.000 tahun lalu dan ditemukan di lingkungan sungai di Siberia pada era Mesolitikum, atau disebut pemakaman Ershi.
Dalam konteks maritim, sebagian besar pemakaman dengan kail ikan berasal dari Oman, di mana kail ikan dibuat dari cangkang kerang mutiara pada era 6.000 tahun silam. Kail ikan tertua berasal dari Jepang, Eropa, dan Timur Leste yang berusia hingga 22.000 tahun.
Meski begitu, kail ikan itu tak terkait prosesi pemakaman. Dalam studi baru, para peneliti menemukan dua jenis kail ikan yang berbeda, yakni kail yang berbentuk “j” dan kail lingkaran yang terbuat dari cangkang spesies siput laut.
“Adanya kail ikan melingkar di Alor pada era sangat awal di pulau terpencil itu menunjukkan bahwa beberapa komunitas nelayan mengembangkan teknologi yang sama secara terpisah,” ungkap para peneliti.
“Kail Alor memiliki kemiripan yang luar biasa dengan kail melingkar yang digunakan di Jepang, Australia, Arab, California, Cile, Meksiko, dan Oceania. Kamiber pendapat beberapa artifak telah ber kembang secara independen karena ini bentuk yang paling cocok dengan lingkungan, dibandingkan melalui pertemuan budaya,” kata Profesor O’Connor.
Akhir tahun lalu para arkeolog menemukan kail ikan tertua di satu gua di Pulau Okinawa, Jepang.
Dua kail ikan yang terbuat dari cangkang siput laut itu berusia sekitar 23.000 tahun silam dan ditemukan dengan relik kuno. Diduga manusia menghuni pulau itu sejak 30.000 tahun lampau. Mereka selamat dan bertahan hidup, meski sumber daya alam di sana terbatas. Temuan itu menunjukkan penggunaan teknologi maritim canggih saat itu, era lebih awal dibandingkan dugaan sebelumnya.
Manusia modern pertama kali pindah ke pantai kepulauan itu sekitar 50.000 tahun lalu. Meski menangkap ikan penting bagi manusia awal untuk menyebar kepenjuru planet, belum jelas bagaimana teknologi kail itu muncul. Beberapa bukti terbatas ditemukan di beberapa lokasi di Indonesia dan Papua Nugini.
“Bukti baru menunjukkan distribusi lebih luas secara geografis tentang teknologi maritim awal itu yang berkembang ke utara hingga wilayah sepanjang pantai Pasifik barat,” papar laporan National Academy of Sciences.
Kail ikan kuno juga ditemukan di Timor, yang diduga berusia 16.000 tahun dan di Papua Nugini ber usia sekitar 18.000 tahun.
Kail ikan juga ditemukan di gua dengan dua bagian kail ikan, peralatan, manik-manik, dan serpihan makanan. Para penulis penelitian itu men duga manusia era itu mengunjungi gua tersebut pada musim tertentu, saat beberapa jenis kepiting muncul sebagai makanan paling lezat saat itu.
Sebelumnya Profesor O’Connor juga menemukan bukti tertua di dunia tentang aktivitas penangkapan ikan di laut dalam untuk mendapatkan ikan besar. Menurut dia, sejak 42.000 tahun silam manusia telah mahir dalam menangkap ikan. Dia juga menemukan kailikan dilokasi penggalian di satu lokasi di Timor Leste.
Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal sains pada 2011. Temuan dari gua Jerimalai menunjukkan, sekitar 42.000 tahun lalu ma nusia telah memiliki keahlian maritim tingkat tinggi dan memiliki teknologi sehingga dapat melintasi samudra mencapai Australia.
“Lokasi yang kami pelajari menunjukkan lebih dari 38.000 tulang ikan dari 2.843 ekor ikan dengan usia 42.000 tahun,” paparnya. (Syarifudin)
Meski begitu, penemuan lima kail iklan di Pulau Alor, Indonesia, menjadi titik balik pendapat itu. Kail itu merupakan yang tertua untuk jenisnya di dunia. Kail itu ditemukan terkubur bersama jenazah seorang perempuan pada 12.000 tahun silam. Penemuan itu menunjukkan perempuan mungkin memiliki peran memimpin dalam menangkap ikan.
Para arkeolog dari Australian National University menemukan kail ikan itu dan yakin merupakan kail tertua di dunia yang turut dimasukkan pada proses pemakaman. Kail itu bagian dari beberapa barang yang ditempatkan secara hati-hati di bawah dagu dan rahang seorang perempuan.
“Penemuan itu mempertanyakan teori yang sekarang ada bahwa sebagian besar aktivitas menangkap ikan di kepulauan itu dilakukan pria,” ungkap Profesor Sue OíConnor yang memimpin penelitian, dikutip DailyMail.
“Jika pemakaman itu dikonfirmasi sebagai seorang perempuan, kesimpulan kail ikan sebagai barang-barang di makam itu mungkin mengindikasikan perempuan itu bertanggung jawab untuk kegiatan memancing dan menangkap ikan di Alor,” tuturnya.
Para peneliti juga yakin penemuan itu menunjukkan kail ikan memain kan peran dalam transisi dalam kehidupan setelah meninggal dunia.
“Ini yang tertua, di mana kail ikan dikaitkan dengan prosesi pemakaman dari tempat mana pun di dunia dan mungkin mengindikasikan perlengkapan menangkap ikan itu dianggap penting untuk transisi pada kehidupan setelah meninggal dunia di wilayah ini,” papar Profesor O’Connor.
“Penemuan itu menunjukkan bahwa dalam kehidupan dan kematian, penduduk wilayah Pulau Alor era Pleistosen secara intrinsik terkait dengan laut dan mengaitkan kail ikan dan prosesi pemakaman menunjukkan status kosmologi menangkap ikan di lingkungan pulau ini,” ujarnya.
Hingga sekarang, era paling awal yang mengaitkan kail ikan dan prosesi pemakaman bertanggal sekitar 9.000 tahun lalu dan ditemukan di lingkungan sungai di Siberia pada era Mesolitikum, atau disebut pemakaman Ershi.
Dalam konteks maritim, sebagian besar pemakaman dengan kail ikan berasal dari Oman, di mana kail ikan dibuat dari cangkang kerang mutiara pada era 6.000 tahun silam. Kail ikan tertua berasal dari Jepang, Eropa, dan Timur Leste yang berusia hingga 22.000 tahun.
Meski begitu, kail ikan itu tak terkait prosesi pemakaman. Dalam studi baru, para peneliti menemukan dua jenis kail ikan yang berbeda, yakni kail yang berbentuk “j” dan kail lingkaran yang terbuat dari cangkang spesies siput laut.
“Adanya kail ikan melingkar di Alor pada era sangat awal di pulau terpencil itu menunjukkan bahwa beberapa komunitas nelayan mengembangkan teknologi yang sama secara terpisah,” ungkap para peneliti.
“Kail Alor memiliki kemiripan yang luar biasa dengan kail melingkar yang digunakan di Jepang, Australia, Arab, California, Cile, Meksiko, dan Oceania. Kamiber pendapat beberapa artifak telah ber kembang secara independen karena ini bentuk yang paling cocok dengan lingkungan, dibandingkan melalui pertemuan budaya,” kata Profesor O’Connor.
Akhir tahun lalu para arkeolog menemukan kail ikan tertua di satu gua di Pulau Okinawa, Jepang.
Dua kail ikan yang terbuat dari cangkang siput laut itu berusia sekitar 23.000 tahun silam dan ditemukan dengan relik kuno. Diduga manusia menghuni pulau itu sejak 30.000 tahun lampau. Mereka selamat dan bertahan hidup, meski sumber daya alam di sana terbatas. Temuan itu menunjukkan penggunaan teknologi maritim canggih saat itu, era lebih awal dibandingkan dugaan sebelumnya.
Manusia modern pertama kali pindah ke pantai kepulauan itu sekitar 50.000 tahun lalu. Meski menangkap ikan penting bagi manusia awal untuk menyebar kepenjuru planet, belum jelas bagaimana teknologi kail itu muncul. Beberapa bukti terbatas ditemukan di beberapa lokasi di Indonesia dan Papua Nugini.
“Bukti baru menunjukkan distribusi lebih luas secara geografis tentang teknologi maritim awal itu yang berkembang ke utara hingga wilayah sepanjang pantai Pasifik barat,” papar laporan National Academy of Sciences.
Kail ikan kuno juga ditemukan di Timor, yang diduga berusia 16.000 tahun dan di Papua Nugini ber usia sekitar 18.000 tahun.
Kail ikan juga ditemukan di gua dengan dua bagian kail ikan, peralatan, manik-manik, dan serpihan makanan. Para penulis penelitian itu men duga manusia era itu mengunjungi gua tersebut pada musim tertentu, saat beberapa jenis kepiting muncul sebagai makanan paling lezat saat itu.
Sebelumnya Profesor O’Connor juga menemukan bukti tertua di dunia tentang aktivitas penangkapan ikan di laut dalam untuk mendapatkan ikan besar. Menurut dia, sejak 42.000 tahun silam manusia telah mahir dalam menangkap ikan. Dia juga menemukan kailikan dilokasi penggalian di satu lokasi di Timor Leste.
Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal sains pada 2011. Temuan dari gua Jerimalai menunjukkan, sekitar 42.000 tahun lalu ma nusia telah memiliki keahlian maritim tingkat tinggi dan memiliki teknologi sehingga dapat melintasi samudra mencapai Australia.
“Lokasi yang kami pelajari menunjukkan lebih dari 38.000 tulang ikan dari 2.843 ekor ikan dengan usia 42.000 tahun,” paparnya. (Syarifudin)
(nfl)