Tangan Bionik dengan Rasa Sentuhan Diberikan pada Pasien
A
A
A
ITALIA - Para peneliti di Roma telah merilis tangan bionik pertama dengan rasa sentuhan yang dapat digunakan di luar laboratorium.
Penerima tangan bionik itu, Almerina Mascarello, mengaku seperti tangannya kembali lagi. Almerina Mascarello kehilangan tangan kirinya dalam kecelakaan se kitar 25 tahun silam. “Hampir seperti tangan saya kembali lagi,” ujarnya dikutip BBC. Pada 2014, tim internasional yang sama telah membuat tangan bionik dengan indra perasa pertama di dunia.
Meski demikian, sensor dan peralatan komputer yang dikaitkan pada tangan itu terlalu besar untuk bisa keluar dari laboratorium. Sekarang teknologi itu sudah berukuran kecil sehingga pas jika dimasuk kan di tas ransel. Itu artinya teknologi itu bisa dibawa kemanapun oleh penggunanya.
Uji coba tangan bionik itu dilakukan di Bristol. Tangan itu dibuat dengan cetakan tiga dimensi (3D). Tangan bionik itu dapat melihat dan memegang obyek secara otomatis. Tim pengembang terdiri atas para teknisi, pakar saraf, ahli bedah, pakar elektronik dan pakar robotik dari Italia, Swiss, dan Jerman.
Tangan buatan itu memiliki sejumlah sensor yang mendeteksi informasi tentang apakah satu objek itu lunak atau keras. Pesan ini dikirim kekomputer dibawa dalam tas ransel yang mengubah sinyal itu menjadi bahasa yang dipahami otak pengguna. Informasi itu pun dikirim ke otak Almerina melalui sejumlah elektroda kecil yang dicangkokkan dalam saraf di lengan bagian atas.
Saat tes, Almerina ditutup matanya. Dia dapat merasakan apakah objek yang dia pegang itu keras atau lunak. “Perasaan itu spontan seperti jika Anda memiliki tangan sebenarnya. Anda akhirnya dapat melakukan ber bagai hal yang sebelumnya sulit, seperti berpakai an, memakai sepatu, dan sebagainya. Tapi yang terpenting, Anda merasa komplit,” kata Almerina.
Teknologi ini menjadi langkah besar terbaru dalam bidang neuroprosthetics atau penghubung antara mesin dan tubuh manusia. “Kita bergerak lebih dan lebih lagi ke arah seperti film-film fiksi ilmiah seperti tangan bionik Luke Skywalker dalam Star Wars yang sepenuh nya dapat dikontrol, sepenuhnya alami, prostesis dengan sensor, seperti tangan manusia,” kata Profesor Silvestro Micera, pakar neuroengineer di EPFL, Lausanne, dan Sant’Anna School of Advanced Studies di Pisa.
Tangan robotik yang lebih baik dibandingkan tangan manusia itu masih memerlukan waktu lama, tapi tim yakin hal itu bisa menjadi kenyataan. “Saat Anda dapat mengontrol tangan robotik dengan otak Anda, Anda dapat berpikir tentang menciptakan satu yang me miliki gerakan lebih rumit dibandingkan satu tangan dengan lima jari,” ujar Profesor Paolo Rossini, neuro logis di University Hospital Agostino Gemelli, Roma.
Para peneliti memberi penghormatan kepada Almerina dan peserta uji coba lainnya yang bergabung dalam proyek tersebut. Almerina dapat meng guna kan tangan bionik itu selama enam bulan, tapi sekarang tangan itu dilepas karena masih berupa prototipe.
Tim peneliti menjelaskan, mereka berharap miniatur teknologi bisa berkembang lebih cepat sehingga tangan bionik dengan sensor dapat dijual secara komersial. Almerina menjelaskan, saat tangan bionik itu sudah sempurna pengembangannya, dia ingin memilikinya. (Syarifudin)
Penerima tangan bionik itu, Almerina Mascarello, mengaku seperti tangannya kembali lagi. Almerina Mascarello kehilangan tangan kirinya dalam kecelakaan se kitar 25 tahun silam. “Hampir seperti tangan saya kembali lagi,” ujarnya dikutip BBC. Pada 2014, tim internasional yang sama telah membuat tangan bionik dengan indra perasa pertama di dunia.
Meski demikian, sensor dan peralatan komputer yang dikaitkan pada tangan itu terlalu besar untuk bisa keluar dari laboratorium. Sekarang teknologi itu sudah berukuran kecil sehingga pas jika dimasuk kan di tas ransel. Itu artinya teknologi itu bisa dibawa kemanapun oleh penggunanya.
Uji coba tangan bionik itu dilakukan di Bristol. Tangan itu dibuat dengan cetakan tiga dimensi (3D). Tangan bionik itu dapat melihat dan memegang obyek secara otomatis. Tim pengembang terdiri atas para teknisi, pakar saraf, ahli bedah, pakar elektronik dan pakar robotik dari Italia, Swiss, dan Jerman.
Tangan buatan itu memiliki sejumlah sensor yang mendeteksi informasi tentang apakah satu objek itu lunak atau keras. Pesan ini dikirim kekomputer dibawa dalam tas ransel yang mengubah sinyal itu menjadi bahasa yang dipahami otak pengguna. Informasi itu pun dikirim ke otak Almerina melalui sejumlah elektroda kecil yang dicangkokkan dalam saraf di lengan bagian atas.
Saat tes, Almerina ditutup matanya. Dia dapat merasakan apakah objek yang dia pegang itu keras atau lunak. “Perasaan itu spontan seperti jika Anda memiliki tangan sebenarnya. Anda akhirnya dapat melakukan ber bagai hal yang sebelumnya sulit, seperti berpakai an, memakai sepatu, dan sebagainya. Tapi yang terpenting, Anda merasa komplit,” kata Almerina.
Teknologi ini menjadi langkah besar terbaru dalam bidang neuroprosthetics atau penghubung antara mesin dan tubuh manusia. “Kita bergerak lebih dan lebih lagi ke arah seperti film-film fiksi ilmiah seperti tangan bionik Luke Skywalker dalam Star Wars yang sepenuh nya dapat dikontrol, sepenuhnya alami, prostesis dengan sensor, seperti tangan manusia,” kata Profesor Silvestro Micera, pakar neuroengineer di EPFL, Lausanne, dan Sant’Anna School of Advanced Studies di Pisa.
Tangan robotik yang lebih baik dibandingkan tangan manusia itu masih memerlukan waktu lama, tapi tim yakin hal itu bisa menjadi kenyataan. “Saat Anda dapat mengontrol tangan robotik dengan otak Anda, Anda dapat berpikir tentang menciptakan satu yang me miliki gerakan lebih rumit dibandingkan satu tangan dengan lima jari,” ujar Profesor Paolo Rossini, neuro logis di University Hospital Agostino Gemelli, Roma.
Para peneliti memberi penghormatan kepada Almerina dan peserta uji coba lainnya yang bergabung dalam proyek tersebut. Almerina dapat meng guna kan tangan bionik itu selama enam bulan, tapi sekarang tangan itu dilepas karena masih berupa prototipe.
Tim peneliti menjelaskan, mereka berharap miniatur teknologi bisa berkembang lebih cepat sehingga tangan bionik dengan sensor dapat dijual secara komersial. Almerina menjelaskan, saat tangan bionik itu sudah sempurna pengembangannya, dia ingin memilikinya. (Syarifudin)
(nfl)