Sudah 4.000 Orang Berminat Saksikan Gerhana Bulan di Planetarium
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan perhitungan astronomis, Rabu (31/1/2018), seluruh wilayah Indonesia dapat menikmati fenomena gerhana bulan total (GBT). Proses gerhana bulan total tersebut dimulai pukul 17.51-23.08 WIB.
Peristiwa ini pun digunakan pengelola Planetarium Jakarta guna mengenalkan dunia astronomi kepada masyarakat. Mereka mengundang warga DKI untuk menyaksikan salah satu keagungan Tuhan itu melalui teropong yang telah disediakan oleh pengelola.
Kepala Satuan Pelaksana Teknis Pertunjukkan dan Publikasi UP PKJ TIM Jakarta, Eko Wahyu Wibowo mengatakan, animo masyarakat menyaksikan fenomena gerhana bulan total sangat tinggi. "Sampai hari ini sudah ada 4.000 orang yang menyatakan akan menikmati GBT di Planetarium Jakarta," kata Eko Wahyu Wibowo kepada SINDOnews, (Senin, 29/1/2018).
Dikatakannya, Planetarium Jakarta telah menambah teropong dari awalnya hanya 11 menjadi 15 unit. Penambahan ini mengikuti jumlah peminat yang terus bertambah.
Ditanya bagaimana cara agar bisa menggunakan teropong, Eko mengatakan, masyarakat diminta registrasi saat kegiatan berlangsung. Pihaknya memulai pembukaan registrasi pukul 17.00-22.30 WIB. "Nantinya penggunaan teropong dilakukan secara bergantian dengan durasi sekitar dua menit per orang," sebut Eko.
Demi kenyamanan warga, dirinya meminta mereka supaya datang mulai pukul 15.00 WIB. Hal ini guna mengantisipasi terbatasnya lahan parkir.
"Regristasi digunakan untuk pengaturan pemakain teropong dan bisa dilakukan secara online. Kalau yang pakai teropong tidak kami datam nanti tidak teratur. Ini hanya supaya masyarakat pecinta astronomi tertib," paparnya.
Dia kembali mengingatkan warga, bahwa pengamatan akan dimulai pukul 18.00 WIB dan berakhir pukul 23.00 WIB. Tepatnya pengamatan bisa dilakukan selama lima jam.
Berdasarkan tulisan di laman planetarium.jakarta.go.id, tahapan gerhana yang relatif mudah dapat diamati oleh orang awam adalah mulai pukul 18.48-22.11 WIB. Saat itulah bulan memasuki bayang-bayang utama (umbra) bumi.
Wajah bulan yang seharusnya dalam fase purnama, sebagian menjadi gelap. Hal ini membuat wajah bulan di bagian tepi menjadi agak cekung.
Peristiwa GBT aman untuk dilihat dengan mata telanjang tanpa alat bantu semisal binokuler (kèkeran) atau teleskop (teropong). Tidak berbahaya bagi kesehatan mata.
Namun ketika melihat dengan alat bantu optik dan mengamati bulan dalam fase purnama, maka kondisinya cukup menyilaukan. Jadi tidak pula disarankan berlama-lama melihat, terlebih dalam kondisi cuaca cerah.
Peristiwa ini pun digunakan pengelola Planetarium Jakarta guna mengenalkan dunia astronomi kepada masyarakat. Mereka mengundang warga DKI untuk menyaksikan salah satu keagungan Tuhan itu melalui teropong yang telah disediakan oleh pengelola.
Kepala Satuan Pelaksana Teknis Pertunjukkan dan Publikasi UP PKJ TIM Jakarta, Eko Wahyu Wibowo mengatakan, animo masyarakat menyaksikan fenomena gerhana bulan total sangat tinggi. "Sampai hari ini sudah ada 4.000 orang yang menyatakan akan menikmati GBT di Planetarium Jakarta," kata Eko Wahyu Wibowo kepada SINDOnews, (Senin, 29/1/2018).
Dikatakannya, Planetarium Jakarta telah menambah teropong dari awalnya hanya 11 menjadi 15 unit. Penambahan ini mengikuti jumlah peminat yang terus bertambah.
Ditanya bagaimana cara agar bisa menggunakan teropong, Eko mengatakan, masyarakat diminta registrasi saat kegiatan berlangsung. Pihaknya memulai pembukaan registrasi pukul 17.00-22.30 WIB. "Nantinya penggunaan teropong dilakukan secara bergantian dengan durasi sekitar dua menit per orang," sebut Eko.
Demi kenyamanan warga, dirinya meminta mereka supaya datang mulai pukul 15.00 WIB. Hal ini guna mengantisipasi terbatasnya lahan parkir.
"Regristasi digunakan untuk pengaturan pemakain teropong dan bisa dilakukan secara online. Kalau yang pakai teropong tidak kami datam nanti tidak teratur. Ini hanya supaya masyarakat pecinta astronomi tertib," paparnya.
Dia kembali mengingatkan warga, bahwa pengamatan akan dimulai pukul 18.00 WIB dan berakhir pukul 23.00 WIB. Tepatnya pengamatan bisa dilakukan selama lima jam.
Berdasarkan tulisan di laman planetarium.jakarta.go.id, tahapan gerhana yang relatif mudah dapat diamati oleh orang awam adalah mulai pukul 18.48-22.11 WIB. Saat itulah bulan memasuki bayang-bayang utama (umbra) bumi.
Wajah bulan yang seharusnya dalam fase purnama, sebagian menjadi gelap. Hal ini membuat wajah bulan di bagian tepi menjadi agak cekung.
Peristiwa GBT aman untuk dilihat dengan mata telanjang tanpa alat bantu semisal binokuler (kèkeran) atau teleskop (teropong). Tidak berbahaya bagi kesehatan mata.
Namun ketika melihat dengan alat bantu optik dan mengamati bulan dalam fase purnama, maka kondisinya cukup menyilaukan. Jadi tidak pula disarankan berlama-lama melihat, terlebih dalam kondisi cuaca cerah.
(mim)