Rumah Dicetak 3D dalam 24 Jam

Minggu, 18 Maret 2018 - 12:10 WIB
Rumah Dicetak 3D dalam...
Rumah Dicetak 3D dalam 24 Jam
A A A
RUMAH yang dicetak dari semen dengan printer tiga dimensi (3D) dapat membantu mengakhiri krisis perumahan global. Properti yang kini dalam tahap konsep itu akan segera digunakan untuk menyediakan rumah yang layak bagi warga di El Salvador. Suatu hari nanti teknologi itu bisa digunakan di negara-negara lain untuk menampung miliaran orang. Rumah itu membutuhkan biaya USD10.000 (Rp138 juta) untuk pembuatannya dan hanya memerlukan waktu 24 jam untuk membangunnya.

Biaya itu bisa dikurangi menjadi hanya USD4.000 (Rp55 juta). “Rumah ini juga dapat memberi pilihan baru untuk membangun koloni manusia di luar bumi, seperti di planet Mars pada masa depan,” kata Icon, perusahaan pencipta konsep ini saat festival SXSW. Startup asal Austin itu menunjukkan rumah dengan luas 60 meter persegi yang seluruhnya dibuat dengan printer 3D.

Data Ross Center for Sustainable Cities, World Resources Institute, menunjukkan sekitar 1,2 miliar orang di penjuru dunia tidak memiliki rumah yang layak. Itu artinya, kebutuhan untuk memiliki rumah sangat besar di berbagai negara.

“Sejarah telah diwarnai dengan kemajuan teknologi dan bahan baku yang menyediakan penurunan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun rumah baru,” papar juru bicara Icon dikutip Daily Mail. Icon menambahkan, “Meski dalam beberapa dekade ada kemajuan besar dalam teknologi personil, praktik konstruksi masih relatif tidak berubah sejak 1950-an. Icon bertujuan mengubah ini, mendorong era baru dalam konstruksi memenuhi kebutuhan masa depan.”

Perusahaan itu bekerja sama dengan New Story, lembaga nonprofit yang berinvestasi dalam perumahan internasional. Mereka berencana membangun sekitar 100 rumah baru di El Salvador dalam 18 bulan mendatang. New Story sebelumnya bekerja membangun rumah murah di Haiti, tempat upaya konstruksi lain gagal setelah gempa bumi 2010.

“Kami telah membangun rumah-rumah untuk komunitas di Haiti, El Salvador, dan Bolivia,” ungkap Co-founder New Story Alexandria Lafci. Lafci menjelaskan, seperti popularitas telepon seluler yang bisa mencapai Benua Afrika, dia yakin teknologi printer rumah ini juga dapat diterapkan di sana.

“Icon percaya, seperti saya juga bahwa printer 3D menjadi metode untuk semua jenis perumahan,” kata dia. Printer Vulcan digunakan untuk menciptakan properti itu. Printer itu mampu membangun hingga sebesar 800 kaki persegi, sekitar dua kali lebar rumah kecil dan sama dengan ukuran apartemen satu tempat tidur di kota-kota seperti New York dan London.

Icon awalnya membuat skema kemudian dimasukkan dalam komputer yang memerintahkan printer tentang bagaimana dan di mana memasang semen. Model rumah yang dirilis di pameran SXSW memiliki satu ruang keluarga, kamar mandi, kamar tidur dan teras melengkung. Satu-satunya bagian yang tidak diprinter 3D adalah atap.

Rumah itu dibangun di halaman belakang atau rumah yang diubah sebagai ruang kantor oleh Icon. Para pegawai perusahaan berencana menggunakan rumah itu sebagai kantor, tempat mereka akan menciptakan desain berdasarkan pengalaman mereka menghabiskan waktu lama di ruang tersebut. Saat uji coba desain itu berhasil, Icon akan memindahkan printer Vulcan ke El Salvador untuk mulai membangun rumah bagi komunitas baru.

Proses ini didesain untuk meminimalkan biaya tenaga kerja dan bahan baku yang terbuang. Icon bertujuan menyediakan printer tersebut senilai kurang dari USD100.000. Satu printer dapat memproduksi sedikitnya 1.000 rumah. “Biaya Vulcan hanya di bawah USD250.000 untuk riset dan pengembangan,” ungkap pernyataan New Story.

Selain Icon, ada beberapa perusahaan lain yang telah mencetak rumah dan struktur rumah. “Tapi mereka mencetaknya di gudang atau mereka terlihat se perti pondok-pondok Yoda,” ungkap Jason Ballard, salah satu dari tiga pendiri Icon pada The Verge.

“Agar perusahaan ini berhasil, mereka harus menja di rumah terbaik. Penggunaan semen sebagai bahan baku umum akan membantu menormalkan proses untuk potensi tamu yang bertanya tentang kekuatan struktur,” papar Ballard. “Saya pikir jika kami mencetak dengan plastik, kami akan menghadapi beberapa masalah,” kata Ballard. Ballard menjelaskan, Icon sedang menguji penggunaan praktis rumah yang telah selesai di-bangun tersebut.

“Kami akan memasang pemantau kualitas udara. Bagaimana penampilannya dan bagaimana baunya,” kata Ballard yang juga mengelola Treehouse, perusahaan yang fokus pada perbaikan rumah berkelanjutan. Dengan biaya pembangunan yang bisa diturunkan menjadi USD4.000 per rumah, Icon dapat memberi solusi bagi kebutuhan perumahan di berbagai negara.

“Ini jauh lebih mahal dibandingkan rumah sejenis di Amerika Serikat (AS). Ini mampu mencetak rumah seluas 800 kaki persegi, struktur jauh lebih luas dibandingkan properti yang didorong gerakan rumah kecil, yang luas terbesarnya 400 kaki persegi. Secara kontrak, rata-rata apartemen di New York sekitar 866 kaki persegi,” ujar Ballard.

Ballard juga menekankan teknologi pembuatan rumah ini bisa digunakan bagi masa depan umat manusia dalam penjelajahan antariksa. “Salah satu tantangan besar ialah bagaimana kita menciptakan habitat di antariksa. Anda tidak pergi untuk membuka dua hingga empat dan membuka sekrup. Ini salah satu potensi yang lebih menjanjikan untuk teknologi habitat,” tutur dia. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0199 seconds (0.1#10.140)