Ternyata Mengontrol Internet Anak Lebih Efektif lewat Komunikasi
A
A
A
FLORIDA - Apakah Anda sebagai orang tua merasa telah melindungi anak-anak dari kejahatan internet setelah memasang aplikasi kontrol di ponselnya? Kalau "ya", sebaiknya mulai sekarang hilangkan rasa aman itu.
Laman Phone Arena (7/4/2018) menyebutkan, hasil awal dari penelitian baru yang dilakukan oleh University of Central Florida mengungkapkan, aplikasi yang menunjukkan situs web yang dikunjungi anak, memblokir situs web tertentu, dan membatasi waktu layar, ternyata tidak efektif dalam mengontrol mereka menikmai gadget-nya. Selain itu, penggunaan aplikasi ini cenderung justru membuat ganjalan antara orang tua dan remaja.
Mereka baru saja menggelar survei online terhadap 200 orang tua yang memiliki setidaknya satu anak berusia 13-17 tahun. Setengah dari jumlah orang tua ini mengaku menggunakan aplikasi kontrol orang tua.
Orang tua ini cenderung lebih ketat, menuntut, dan menolak berkompromi dengan anak-anaknya. Anehnya, remaja yang ponselnya membawa aplikasi kontrol orang tua lebih mungkin dibandingkan remaja lain untuk melihat konten eksplisit. Mereka juga merasa dilecehkan saat online. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini tidak efektif.
Penelitian kemudian membidik Google Play Store di mana mereka meneliti komentar yang di-posting oleh orang tua dan anak-anak (usia 8-19 tahun) pada 736 aplikasi kontrol orang tua yang tersedia untuk perangkat Android. Orang tua yang memberi aplikasi sebagian besar ulasannya bagus.
Bagaimana dengan Anak-anak? Tidak terlalu banyak. Sebanyak 79% dari mereka meninggalkan ulasan bintang dua atau kurang. Anak-anak merasa aplikasi ini adalah pelanggaran privasi mereka dan mempromosikan pengasuhan "malas" dengan menutup komunikasi antara kedua belah pihak. Anak-anak juga mengeluh aplikasi mengubah orangtua mereka menjadi penguntit dan mencegahnya melakukan pekerjaan rumah.
Kedua studi tersebut membantu para peneliti menyimpulkan, bahwa saat ini aplikasi kontrol orang tua yang tersedia tidak menjamin keamanan anak-anak yang online. Laporan itu mencatat remaja membutuhkan ruang, sehingga mereka dapat belajar bagaimana mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang akan membantu sepanjang hidupnya.
Laporan tersebut merekomendasikan generasi aplikasi kontrol berikutnya menyertakan fitur-fitur untuk membuat orang tua tetap terlibat dengan anak-anaknya. Sekaligus mengajarkan para remaja cara menghadapi bahaya dunia online.
"Ketakutan bahwa remaja akan menjadi korban bahaya online yang tak terpikirkan tetap ada, dan penelitian kami menantang solusi saat ini untuk melindungi online remaja dengan mengencangkan kendali. Sebaliknya, kami sarankan memberdayakan remaja untuk menjadi agen keamanan online mereka sendiri. Temuan kami menunjukkan bahwa sebagian besar aplikasi kontrol orangtua hanya itu —aplikasi yang mencoba mengontrol apa yang dapat dilakukan remaja secara online, tetapi pada akhirnya hanya sedikit untuk menjaga mereka tetap aman saat online," kata Pamela Wisniewski, Ssisten Profesor Teknik dan Ilmu Komputer, UCF.
Tampaknya orang tua terlalu percaya pada aplikasi ini dan penelitian menunjukkan, alih-alih menggunakan mereka untuk melihat di mana anak-anak online, orang tua malah wajib lebih terlibat dengan anak remajanya.
Orang tua disarankan mencari tahu situs web apa yang mereka kunjungi dan diskusikan hal-hal yang dilihat dan dapat memengaruhi buah hatinya. Orang tua juga dianggap lebih bijaksana bila mau berbicara tentang bahaya yang bisa anak hadapi ketika menggunakan internet.
Laman Phone Arena (7/4/2018) menyebutkan, hasil awal dari penelitian baru yang dilakukan oleh University of Central Florida mengungkapkan, aplikasi yang menunjukkan situs web yang dikunjungi anak, memblokir situs web tertentu, dan membatasi waktu layar, ternyata tidak efektif dalam mengontrol mereka menikmai gadget-nya. Selain itu, penggunaan aplikasi ini cenderung justru membuat ganjalan antara orang tua dan remaja.
Mereka baru saja menggelar survei online terhadap 200 orang tua yang memiliki setidaknya satu anak berusia 13-17 tahun. Setengah dari jumlah orang tua ini mengaku menggunakan aplikasi kontrol orang tua.
Orang tua ini cenderung lebih ketat, menuntut, dan menolak berkompromi dengan anak-anaknya. Anehnya, remaja yang ponselnya membawa aplikasi kontrol orang tua lebih mungkin dibandingkan remaja lain untuk melihat konten eksplisit. Mereka juga merasa dilecehkan saat online. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini tidak efektif.
Penelitian kemudian membidik Google Play Store di mana mereka meneliti komentar yang di-posting oleh orang tua dan anak-anak (usia 8-19 tahun) pada 736 aplikasi kontrol orang tua yang tersedia untuk perangkat Android. Orang tua yang memberi aplikasi sebagian besar ulasannya bagus.
Bagaimana dengan Anak-anak? Tidak terlalu banyak. Sebanyak 79% dari mereka meninggalkan ulasan bintang dua atau kurang. Anak-anak merasa aplikasi ini adalah pelanggaran privasi mereka dan mempromosikan pengasuhan "malas" dengan menutup komunikasi antara kedua belah pihak. Anak-anak juga mengeluh aplikasi mengubah orangtua mereka menjadi penguntit dan mencegahnya melakukan pekerjaan rumah.
Kedua studi tersebut membantu para peneliti menyimpulkan, bahwa saat ini aplikasi kontrol orang tua yang tersedia tidak menjamin keamanan anak-anak yang online. Laporan itu mencatat remaja membutuhkan ruang, sehingga mereka dapat belajar bagaimana mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang akan membantu sepanjang hidupnya.
Laporan tersebut merekomendasikan generasi aplikasi kontrol berikutnya menyertakan fitur-fitur untuk membuat orang tua tetap terlibat dengan anak-anaknya. Sekaligus mengajarkan para remaja cara menghadapi bahaya dunia online.
"Ketakutan bahwa remaja akan menjadi korban bahaya online yang tak terpikirkan tetap ada, dan penelitian kami menantang solusi saat ini untuk melindungi online remaja dengan mengencangkan kendali. Sebaliknya, kami sarankan memberdayakan remaja untuk menjadi agen keamanan online mereka sendiri. Temuan kami menunjukkan bahwa sebagian besar aplikasi kontrol orangtua hanya itu —aplikasi yang mencoba mengontrol apa yang dapat dilakukan remaja secara online, tetapi pada akhirnya hanya sedikit untuk menjaga mereka tetap aman saat online," kata Pamela Wisniewski, Ssisten Profesor Teknik dan Ilmu Komputer, UCF.
Tampaknya orang tua terlalu percaya pada aplikasi ini dan penelitian menunjukkan, alih-alih menggunakan mereka untuk melihat di mana anak-anak online, orang tua malah wajib lebih terlibat dengan anak remajanya.
Orang tua disarankan mencari tahu situs web apa yang mereka kunjungi dan diskusikan hal-hal yang dilihat dan dapat memengaruhi buah hatinya. Orang tua juga dianggap lebih bijaksana bila mau berbicara tentang bahaya yang bisa anak hadapi ketika menggunakan internet.
(mim)