Pesawat Terbesar di Dunia dengan Sayap Lebih Panjang dari Lapangan Sepak Bola
A
A
A
WASHINGTON - Ambisi pendiri Microsoft, Paul Allen untuk meluncurkan pesawat terbesar di dunia yang bisa mengirim roket pembawa satelit ke luar angkasa mendekati final.
Mengutip dari Business Insider, Kamis (5/7/2018), Stratolaunch, demikian nama pesawat ini memiliki dua badan dan kokpit terpisah, dirancang untuk meluncurkan roket ke ruang angkasa pada orbit rendah Bumi. Artinya pesawat ini akan meluncurkan roket dari orbit dengan ketinggian 99 mil hingga 1.200 mil di atas permukaan Bumi.
Allen mengatakan, tujuan dirinya membangun pesawat ini untuk menyediakan akses yang mudah, dapat diandalkan, dan rutin terbang ke orbit rendah Bumi.
Dengan meluncurkan roket ke ruang angkasa dari udara, Stratolaunch diharapkan akan lebih murah ketimbang peluncuran ruang angkasa yang ada sekarang.
Saat ini, peluncuran roket ke angkasa dilakukan dari Stasiun Luar Angkasa International (International Space Station/ISS) yang berada di orbit dengan ketinggian antara 205 mil hingga 270 mil di atas permukaan Bumi.
Pemilik Stratolaunch Systems Paul Allen berharap, pesawat ini dapat meluncurkan roket seukuran pesawat ulang alik milik NASA pada suatu hari nanti, menurut Washington Post.
Adapun pesawat ini memiliki panjang 238 kaki alias 72,54 meter (1 kaki = 0,30 meter), tinggi 50 kaki atau setara 15,24 meter, dan memiliki enam mesin turbofan berteknologi tinggi. Dan lebar sayapnya mencapai 385 kaki atau setara 117,34 meter, membuatnya lebih besar dari lapangan sepak bola. Menobatkan pesawat ini sebagai pesawat terbesar di dunia, mengalahkan pesawat Antonov AN-225 buatan Ukraina dengan panjang sayap 290 kaki.
Untuk berat, pesawat Stratolaunch memiliki bobot 500 ribu pon dengan 28 roda diantara dua pesawatnya. Dan sejak diresmikan pada Juni 2017, Stratolaunch telah menjalani serangkaian tes sebelum melakukan penerbangan pertama.
Pada Februari lalu, perusahaan melakukan uji landasan dimana pesawat ini mencapai kecepatan maksimum 46 mil per jam (mph). Menurut GeekWire, Stratolaunch dijadwalkan akan melakukan penerbangan pertama pada musim panas tahun ini.
Mengutip dari Business Insider, Kamis (5/7/2018), Stratolaunch, demikian nama pesawat ini memiliki dua badan dan kokpit terpisah, dirancang untuk meluncurkan roket ke ruang angkasa pada orbit rendah Bumi. Artinya pesawat ini akan meluncurkan roket dari orbit dengan ketinggian 99 mil hingga 1.200 mil di atas permukaan Bumi.
Allen mengatakan, tujuan dirinya membangun pesawat ini untuk menyediakan akses yang mudah, dapat diandalkan, dan rutin terbang ke orbit rendah Bumi.
Dengan meluncurkan roket ke ruang angkasa dari udara, Stratolaunch diharapkan akan lebih murah ketimbang peluncuran ruang angkasa yang ada sekarang.
Saat ini, peluncuran roket ke angkasa dilakukan dari Stasiun Luar Angkasa International (International Space Station/ISS) yang berada di orbit dengan ketinggian antara 205 mil hingga 270 mil di atas permukaan Bumi.
Pemilik Stratolaunch Systems Paul Allen berharap, pesawat ini dapat meluncurkan roket seukuran pesawat ulang alik milik NASA pada suatu hari nanti, menurut Washington Post.
Adapun pesawat ini memiliki panjang 238 kaki alias 72,54 meter (1 kaki = 0,30 meter), tinggi 50 kaki atau setara 15,24 meter, dan memiliki enam mesin turbofan berteknologi tinggi. Dan lebar sayapnya mencapai 385 kaki atau setara 117,34 meter, membuatnya lebih besar dari lapangan sepak bola. Menobatkan pesawat ini sebagai pesawat terbesar di dunia, mengalahkan pesawat Antonov AN-225 buatan Ukraina dengan panjang sayap 290 kaki.
Untuk berat, pesawat Stratolaunch memiliki bobot 500 ribu pon dengan 28 roda diantara dua pesawatnya. Dan sejak diresmikan pada Juni 2017, Stratolaunch telah menjalani serangkaian tes sebelum melakukan penerbangan pertama.
Pada Februari lalu, perusahaan melakukan uji landasan dimana pesawat ini mencapai kecepatan maksimum 46 mil per jam (mph). Menurut GeekWire, Stratolaunch dijadwalkan akan melakukan penerbangan pertama pada musim panas tahun ini.
(ven)