Robot Penganalisis Darah
A
A
A
Pernahkah membayangkan jika darah Anda diambil dan dianalisis oleh mesin? Tentu Anda akan khawatir tentang kualitas, hasil, dan kemampuan mesin tersebut.
Para peneliti Rutgers menciptakan alat pengambil dan penguji darah otomatis. Darah yang diambil akan dianalisis dengan cepat oleh robot tersebut. Pengintegrasian robot dan sistem mikrofluida (laboratorium dalam satu chip) membuat teknologi ini mempercepat proses mendapatkan hasil laboratorium dan untuk kenyamanan pasien.
Kehadiran robot ini sangat membantu alur kerja di rumah sakit. Proses kerja yang cepat membuat perawat kesehatan tidak perlu menghabiskan waktu lebih banyak dalam merawat pasien.
“Perangkat ini merupakan cawan suci dalam teknologi pengujian darah,” kata Martin L Yarmush, penulis senior studi tersebut dan Paul & Mary Monroe Endowed Chair & Distinguished, profesor di Departemen Teknik Biomedis di Universitas Rutgers-New Brunswick, Kanada, dikutip dari techxplore.
Pengujian darah adalah prosedur klinis paling umum yang dilakukan di seluruh dunia. Sampel darah yang diambil digunakan sebagai dasar tindakan medis selanjutnya. Tingkat keberhasilan pengambilan sampel darah secara manual bergantung pada keahlian dokter.
Hasil tes dari laboratorium pun menggunakan teknik analisis yang sangat kompleks. Oleh karena itu, tim peneliti Biomedis Rutgers menciptakan mesin yang dapat mengambil darah melalui pembuluh darah yang dipandu gambar. Modul penanganan sampel dan alat penganalisis darah berbasis sentrifugal.
Robot yang berfungsi sebagai Phlebotomist ini dapat menggantikan tugas ahli Phlebotomis dalam mengambil darah, baik melalui pembuluh darah arteri maupun kapiler pada manusia. Keberadaan mesin ini juga dapat menggantikan fungsi perawat dalam menjaga dan merawat pasien.
Uji coba telah dilakukan menggunakan tangan buatan dengan tabung plastik yang berfungsi sebagai pembuluh darah. Pertama, tangan dimasukkan melawati mesin. Sensor pembaca pembuluh darah akan mendeteksi tonjolan pembuluh darah di tangan, saat tangan menggenggam.
Robot tersebut akan melakukan scanning pada tangan dan menentukan area mana yang akan ditusuk oleh jarum. Mesin ini lantas mengeluarkan data analisis yang sangat akurat dari tes sel darah putih, menggunakan cairan mirip darah yang dicampur microbeads fluorescent.
Selain mengambil darah, robot ini dapat menyuntikkan infus. Proses yang sama dilakukan seperti pengambilan darah. Perangkat seperti mesin jahit modern ini cocok diletakkan di samping tempat tidur atau di ambulans, ruang gawat darurat, klinik, dan kantor dokter. Tim peneliti menginginkan adanya pengembangan dalam hasil karya mereka.
Sistem yang dirancang pada perangkat modular pun menjadi dasar pengembangan robot pengambil darah. “Ketika merancang sistemnya, fokus kami adalah menciptakan perangkat modular dan dapat dikembangkan,” kata Max Balter, pemimpin penelitian dan memegang gelar doktor dalam teknis biomedis dari Rutgers.
“Dengan desain chip dan teknik analisis kami yang sederhana, perangkat tersebut dapat dikembangkan dengan menggabungkan panel tes yang lebih luas pada masa depan,” tambahnya. Penelitian dilakukan Max Balter bersama Mahasiswa doktoral Josh Leipheimer dan Alvin Chen, penerima gelar doktor dalam bidang teknik biomedis.
Selain itu, Anil Shrirao dan Tim Maguire yang keduanya adalah asisten profesor di Departemen Teknik Biomedis Universitas Rutgers, turut membantu penelitian Max Balter. Robot ini dapat dikatakan sebagai pengembangan baru dari Veebot, robot pengambil darah. Hanya saja, Veebot masih memerlukan beberapa tahapan untuk menganalisis sampel darah yang diambil.
Proyek pembuatan Veebot dimulai pada 2009, ketika Richard Harris, sarjana tahun ketiga di departemen teknik mesin Princeton, datang dengan ide pembuatan prototipe ke satu proyek.
Pada saat yang sama, ayahnya, Stuart Harris, pendiri perusahaan yang melakukan riset kontrak farmasi, mengatakan bahwa dia ingin melihat seseorang datang dengan cara untuk mengotomatisasi pengambilan darah.
“Itu melibatkan robotika dan visi komputer, kedua bidang yang saya minati, dan itu bergantung pada kebutuhan karena Anda secara penuh akan mengotomatiskan benda yang berbeda setiap kali dan berhubungan dengan manusia,” kata Richard Harris, dikutip dari spectrum.
Dia membangun prototipe yang dapat menemukan dan menusuk titik-titik pada area gambar tertentu. Dengan pendanaan dari ayahnya, dia mendirikan Veebot pada 2010. Pembangunan prototipe tersebut mendapatkan apresiasi dari Thomas Gunderson, direktur pengelola dan analis senior perusahaan Piper Jaffray.
“Hari ini dokter akan mencari di seluruh rumah sakit untuk orang yang tepat dalam melakukan pengambilan darah dan mereka masih bisa kehilangan tiga atau empat kali,” ungkap Thomas. Namun, Harris mengatakan bahwa alat tersebut tidak akan berfungsi jika pasien tidak ingin darahnya diambil oleh mesin.
“Jika seseorang tidak menginginkan robot menggambar darah mereka, maka tidak ada yang akan menggunakannya. Kami percaya mesin ini bekerja lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah daripada manusia, orang akan menggunakannya.” (Fandy)
Para peneliti Rutgers menciptakan alat pengambil dan penguji darah otomatis. Darah yang diambil akan dianalisis dengan cepat oleh robot tersebut. Pengintegrasian robot dan sistem mikrofluida (laboratorium dalam satu chip) membuat teknologi ini mempercepat proses mendapatkan hasil laboratorium dan untuk kenyamanan pasien.
Kehadiran robot ini sangat membantu alur kerja di rumah sakit. Proses kerja yang cepat membuat perawat kesehatan tidak perlu menghabiskan waktu lebih banyak dalam merawat pasien.
“Perangkat ini merupakan cawan suci dalam teknologi pengujian darah,” kata Martin L Yarmush, penulis senior studi tersebut dan Paul & Mary Monroe Endowed Chair & Distinguished, profesor di Departemen Teknik Biomedis di Universitas Rutgers-New Brunswick, Kanada, dikutip dari techxplore.
Pengujian darah adalah prosedur klinis paling umum yang dilakukan di seluruh dunia. Sampel darah yang diambil digunakan sebagai dasar tindakan medis selanjutnya. Tingkat keberhasilan pengambilan sampel darah secara manual bergantung pada keahlian dokter.
Hasil tes dari laboratorium pun menggunakan teknik analisis yang sangat kompleks. Oleh karena itu, tim peneliti Biomedis Rutgers menciptakan mesin yang dapat mengambil darah melalui pembuluh darah yang dipandu gambar. Modul penanganan sampel dan alat penganalisis darah berbasis sentrifugal.
Robot yang berfungsi sebagai Phlebotomist ini dapat menggantikan tugas ahli Phlebotomis dalam mengambil darah, baik melalui pembuluh darah arteri maupun kapiler pada manusia. Keberadaan mesin ini juga dapat menggantikan fungsi perawat dalam menjaga dan merawat pasien.
Uji coba telah dilakukan menggunakan tangan buatan dengan tabung plastik yang berfungsi sebagai pembuluh darah. Pertama, tangan dimasukkan melawati mesin. Sensor pembaca pembuluh darah akan mendeteksi tonjolan pembuluh darah di tangan, saat tangan menggenggam.
Robot tersebut akan melakukan scanning pada tangan dan menentukan area mana yang akan ditusuk oleh jarum. Mesin ini lantas mengeluarkan data analisis yang sangat akurat dari tes sel darah putih, menggunakan cairan mirip darah yang dicampur microbeads fluorescent.
Selain mengambil darah, robot ini dapat menyuntikkan infus. Proses yang sama dilakukan seperti pengambilan darah. Perangkat seperti mesin jahit modern ini cocok diletakkan di samping tempat tidur atau di ambulans, ruang gawat darurat, klinik, dan kantor dokter. Tim peneliti menginginkan adanya pengembangan dalam hasil karya mereka.
Sistem yang dirancang pada perangkat modular pun menjadi dasar pengembangan robot pengambil darah. “Ketika merancang sistemnya, fokus kami adalah menciptakan perangkat modular dan dapat dikembangkan,” kata Max Balter, pemimpin penelitian dan memegang gelar doktor dalam teknis biomedis dari Rutgers.
“Dengan desain chip dan teknik analisis kami yang sederhana, perangkat tersebut dapat dikembangkan dengan menggabungkan panel tes yang lebih luas pada masa depan,” tambahnya. Penelitian dilakukan Max Balter bersama Mahasiswa doktoral Josh Leipheimer dan Alvin Chen, penerima gelar doktor dalam bidang teknik biomedis.
Selain itu, Anil Shrirao dan Tim Maguire yang keduanya adalah asisten profesor di Departemen Teknik Biomedis Universitas Rutgers, turut membantu penelitian Max Balter. Robot ini dapat dikatakan sebagai pengembangan baru dari Veebot, robot pengambil darah. Hanya saja, Veebot masih memerlukan beberapa tahapan untuk menganalisis sampel darah yang diambil.
Proyek pembuatan Veebot dimulai pada 2009, ketika Richard Harris, sarjana tahun ketiga di departemen teknik mesin Princeton, datang dengan ide pembuatan prototipe ke satu proyek.
Pada saat yang sama, ayahnya, Stuart Harris, pendiri perusahaan yang melakukan riset kontrak farmasi, mengatakan bahwa dia ingin melihat seseorang datang dengan cara untuk mengotomatisasi pengambilan darah.
“Itu melibatkan robotika dan visi komputer, kedua bidang yang saya minati, dan itu bergantung pada kebutuhan karena Anda secara penuh akan mengotomatiskan benda yang berbeda setiap kali dan berhubungan dengan manusia,” kata Richard Harris, dikutip dari spectrum.
Dia membangun prototipe yang dapat menemukan dan menusuk titik-titik pada area gambar tertentu. Dengan pendanaan dari ayahnya, dia mendirikan Veebot pada 2010. Pembangunan prototipe tersebut mendapatkan apresiasi dari Thomas Gunderson, direktur pengelola dan analis senior perusahaan Piper Jaffray.
“Hari ini dokter akan mencari di seluruh rumah sakit untuk orang yang tepat dalam melakukan pengambilan darah dan mereka masih bisa kehilangan tiga atau empat kali,” ungkap Thomas. Namun, Harris mengatakan bahwa alat tersebut tidak akan berfungsi jika pasien tidak ingin darahnya diambil oleh mesin.
“Jika seseorang tidak menginginkan robot menggambar darah mereka, maka tidak ada yang akan menggunakannya. Kami percaya mesin ini bekerja lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah daripada manusia, orang akan menggunakannya.” (Fandy)
(nfl)