Kapal Autonomous Nala Heroes

Minggu, 22 Juli 2018 - 09:57 WIB
Kapal Autonomous Nala Heroes
Kapal Autonomous Nala Heroes
A A A
JAKARTA - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mengembangkan kapal aoutonomus, sebuah kapal mampu berjalan sendiri tanpa dikontrol manusia.

Tim yang terdiri atas tujuh mahasiswa tersebut menamakan dirinya sebagai Tim Barunastra. Tim ini terbentuk sejak 2012 lalu. Ketua Tim Barunastra ITS, Khalif Aji Puspito menjelaskan, kapal yang mereka buat dari tahun 2012 sampai sekarang tidak ada perubahan desain.

Kapal dengan sebutan Nala Heroes memiliki beberapa sensor yang membantu perjalanannya. Sensor tersebut terdiri dari sensor jarak, visual, dan getaran akustik. Sensor jarak yang terpasang pada kapal menggunakan SRF, yaitu sensor ultrasonik. Penggunaan sensor SRF ini untuk mencegah terjadinya tabrakan pada kapal.

“Dia (kapal) nanti bakal memancarkan gelombang ultrasonik, terus ketika mengenai objek, gelombang itu akan memantul kemudian dibaca lagi oleh sensor tersebut,” kata Khalif saat dihubungi melalui telepon.

Nala Heroes memiliki batasan jarak algoritma. Kapal ini mampu mengetahui benda di depannya dengan jarak 60 cm. “Jadi, ketika kapalnya hampir mendekati objek dengan jarak 60 cm, secara otomatis kapal itu akan langsung menghindar atau mungkin bisa juga mundur,” katanya. Kemudian untuk sensor visual atau yang disebut sensor citra warna menggunakan satu kamera mini.

Kamera ini berfungsi membaca warna lingkungan di sekitar kapal. “Dia (kapal) bisa menjalankan sebuah misi, misalnya ada dua warna hijau dan merah. Bagaimana cara kapal itu untuk bisa melalui, untuk bisa berjalan di antara kedua warna tersebut,” ujar mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ini.

Sedangkan sensor getaran akustik (hidrofon) digunakan untuk membaca frekuensi di dalam air. Kapal dapat diarahkan menuju ke posisi alat pemancar frekuensi yang ada sesuai dengan perintah yang diberikan.

Khalif menjelaskan, penerapan sensor hidrofon pada dunia nyata bisa diterapkan untuk membaca frekuensi yang dihasilkan ikan paus atau mendeteksi suatu objek dengan frekuensi tinggi yang ada di dalam laut. Selain itu, kapal autonomus ini dilengkapi dengan GPS dan kompas sebagai penunjuk arah.

Kapal akan bergerak ke titik-titik tertentu yang akan dituju oleh kapal dengan GPS dan kompas yang telah dikombinasikan. Ada dua GPS yang digunakan untuk meningkatkan keakuratan titik lokasi yang dituju. Penggunaan dua GPS ini untuk memperkecil nilai eror yang dihasilkan oleh kedua GPS tersebut.

“Kalau hanya menggunakan satu GPS, itu nanti bisa meleset, tidak sampai di titik tersebut. Bisa meleset sejauh dua meter dari titik tersebut atau bahkan sampai lima meter,” kata Ketua Tim Barunastra ini. Kapal ini juga dikombinasikan dengan drone yang ada sehingga pada bagian atas kapal terdapat landasan untuk drone.

Drone diterbangkan secara otomatis dari sinyal yang diberikan oleh kapal untuk menuju ke titik tertentu. Pada saat drone sudah menemukan titik lokasi yang diberikan, kapal autonimus ini akan bergerak menuju ke titik yang diberikan drone. Setelah kedua robot tersebut berada di titik yang sama, maka drone secara otomatis kembali ke landasan drone yang ada di atas kapal.

Kapal dengan ukuran panjang 1,25 meter, lebar 0,75 meter, tinggi 0,25, mampu berjalan dengan kecepatan 5 knot. Jika kapal semakin besar, maka kecepatan yang diberikan pun akan semakin besar. Mahasiswa ITS itu memberikan contoh, jika skala kapal sebesar 50 meter, maka kecepatan yang dihasilkan sekitar 20 knot.

Kapal Nala Heroes ini sudah mengikuti berbagai ajang bergengsi nasional maupun internasional. Perolehan juara pun sering ditorehkan oleh tim pembuat Kapal Nala Heroes tersebut. Pada ajang internasional, 11th Annual International Roboboat Competition 2018 di Daytona Beach, Florida, Amerika Serikat (AS), Nala Heroes berhasil menjuarai kompetisi tersebut.

Kompetisi yang berlangsung sejak 18-24 Juni 2018 waktu setempat ini berhasil mengharumkan nama Indonesia dikanca internasional. Nala Heroes mencatatkan skor tertinggi, yakni 4.996. Kesuksesan Nala Heroes tidak hanya berhenti di sini. Pengembangan kapal autonomous masih terus dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal.

“Kita akan mengganti sensor jarak kita yang SRF itu, menggunakan Lidar,” kata Khalif. Sensor Lidar tidak mengeluarkan gelombang, melainkan cahaya. Sensor Lidar dapat membaca lingkungan 360 derajat di sekitar kapal. Sedangkan sensor SRF hanya membaca bagian depan kapal.

Bagian lambung kanan dan lambung kiri kapal juga akan diintegrasikan. Jadi, ketika ada hantaman gelombang air laut ke kapal, secara otomatis lambung kanan dan kiri dapat bergerak sendiri-sendiri.

“Meskipun dihantam gelombang, dia (kapal) bisa tetap stabil,” kata Khalif. Tim Barunastra berencana membuat kapal berukuran 5 meter.
Riset ini akan menghabiskan biaya sekitar 3 miliar rupiah karena harga platform dari kapal itu sendiri kurang lebih 800 juta rupiah. Tujuan dari kapal ini tidak hanya untuk mengikuti perlombaan yang ada. Kapal ini bisa dibuat lebih besar lagi sebagai armada militer laut yang berjalan secara otomatis.

Dengan luasnya wilayah perairan Indonesia, kapal autonimus ini dapat digunakan untuk menjaga wilayah perairan terluar. Kapal asing yang masuk ke wilayah perairan Indonesia pun bisa diketahui dengan cepat dan mudah oleh kapal ini.

Apabila terjadi perang di wilayah Indonesia, kapal autonimus dapat dioperasikan. Pengoperasian kapal dilakukan agar tidak menimbulkan korban jiwa, minimal untuk meminimalisasikan korban di wilayah perairan. (Fandy)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8315 seconds (0.1#10.140)