Bungkam Ketakutan Hawking Soal AI, Samsung Gelontor Dana USD22 M
A
A
A
BERLIN - CEO Samsung Electronics, HS Kim mengungkapkan, Samsung telah menginvestasikan miliaran dolar AS guna pengembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Melalui anggaran besar itu dia berharap orang tak akan lagi khawatir tentang risiko AI.
Hal itu disampaikan HS Kim dalam IFA Science Fair di Berlin, Jerman akhir pekan kemarin. Tentu apa yang disampaikannya bertolak belakang dengan peringatan dampak AI dari imuwan ternama mendiang Profesor Stephen Hawking dan pencetus mobil listrik, Elon Musk.
AI atau kecerdasan buatan adalah teknologi komputer yang dapat berpikir sendiri. AI akan menjadi lebih cerdas dari waktu ke waktu dan akan menanggapi permintaan Anda layaknya manusia yang membuatnya. Kondisi itu yang dikhawatirkan keduanya.
“Dalam 10 tahun terakhir, kami telah memimpin R & D global dan berkomitmen untuk membuka kekuatan AI bagi konsumen. Tahun lalu kami menginvestasikan USD140 juta dalam penelitian dan pengembangan AI. Kami juga berjanji akan terus berinvestasi 22 miliar dolar AS dalam tiga tahun ke depan untuk meningkatkan teknologi AI,” papar HS Kim seperti dilansir dari Phone Arena, Senin (3/9/2018).
Saat ini perangkat AI memang ada di mana-mana. Amazon membuka revolusi AI terbaru dengan speaker pintar Echo-nya yang didukung oleh Alexa Digital Assistant. Google dan Apple juga meluncurkan speaker pintar mereka sendiri, seperti Google Home dan HomePod yang digerakkan oleh Siri. Lalu Samsung Electronics memiliki kecerdasan buatan sendiri bernama Bixby yang dapat dilihat pada beberapa smartphone Samsung terbaru.
“Dalam jangka pendek, asisten suara selalu kompeten. Jelas bahwa mereka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pencarian informasi oleh orang-orang. Diperkirakan 600 juta orang menggunakan asisten suara setidaknya sekali seminggu. Perangkat semacam itu telah menjadi masa depan. Bagian penting dari rumah pintar," katanya lagi.
Tetapi Samsung juga menghadapi masalah besar karena masih banyak orang yang takut terhadap eksistensi AI. Tidak hanya penggemar teknologi yang takut akan hal itu, tapi beberapa selebritas di bidang teknologi dan sains juga telah memperingatkan tentang penelitian AI.
“Saya khawatir bahwa AI dapat sepenuhnya menggantikan manusia. Jika orang dapat mendesain virus komputer, maka seseorang dapat mendesain AI yang dapat memperbaiki diri dan bereplikasi. Ini akan menjadi transendensi kemanusiaan. Bentuk kehidupan baru," kata Profesor Stephen Hawking.
Guna pengembangan AI, Samsung telah menciptakan pusat penelitian AI di Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Kanada, dan negara asalnya Korea. "Pada tahun 2020, kami berharap akan ada sekitar seribu ahli AI yang bekerja di laboratorium Samsung di seluruh dunia," ungkap Kim.
Pada awal tahun ini, The Sun telah mewawancarai futuris terkenal di dunia, Ian Pearson. Dia pun memperingatkan bahwa risiko robot yang menguasai dunia sangat nyata.
"Kami akan melatih AI untuk membuat mereka merasa seperti kami, dan merasakan emosi seperti kami, tetapi mereka berbeda dari kami. Mereka akan sedikit lebih mirip alien dari Star Trek, lebih pintar dan action lebih terencana. Mereka tidak peka terhadap manusia dan memperlakukan kita sebagai orang barbar. Jadi ketika mereka memutuskan untuk melakukan eksperimen mereka sendiri, seperti virus yang mereka buat, mereka memperlakukan kita manusia seperti babi guinea,” papar Ian Pearson.
Dan jika AI akhirnya memang "memberontak", manusia juga yang harus bertanggung jawab. Setidaknya Luciano Floridi, Kepala Laboratorium Digital Universitas Oxford di Inggris, berpikir demikian. Dia mengatakan kepada Sun, “Risiko nyata AI berasal sepenuhnya dari manusia, seperti penyalahgunaan, pilihan yang salah, desain yang buruk, dan waktu yang salah. Jika AI memiliki masalah, tanggung jawab ada pada kita. Ini unik untuk manusia. Ancamannya adalah manusia dan sisanya adalah fiksi ilmiah.”
Hal itu disampaikan HS Kim dalam IFA Science Fair di Berlin, Jerman akhir pekan kemarin. Tentu apa yang disampaikannya bertolak belakang dengan peringatan dampak AI dari imuwan ternama mendiang Profesor Stephen Hawking dan pencetus mobil listrik, Elon Musk.
AI atau kecerdasan buatan adalah teknologi komputer yang dapat berpikir sendiri. AI akan menjadi lebih cerdas dari waktu ke waktu dan akan menanggapi permintaan Anda layaknya manusia yang membuatnya. Kondisi itu yang dikhawatirkan keduanya.
“Dalam 10 tahun terakhir, kami telah memimpin R & D global dan berkomitmen untuk membuka kekuatan AI bagi konsumen. Tahun lalu kami menginvestasikan USD140 juta dalam penelitian dan pengembangan AI. Kami juga berjanji akan terus berinvestasi 22 miliar dolar AS dalam tiga tahun ke depan untuk meningkatkan teknologi AI,” papar HS Kim seperti dilansir dari Phone Arena, Senin (3/9/2018).
Saat ini perangkat AI memang ada di mana-mana. Amazon membuka revolusi AI terbaru dengan speaker pintar Echo-nya yang didukung oleh Alexa Digital Assistant. Google dan Apple juga meluncurkan speaker pintar mereka sendiri, seperti Google Home dan HomePod yang digerakkan oleh Siri. Lalu Samsung Electronics memiliki kecerdasan buatan sendiri bernama Bixby yang dapat dilihat pada beberapa smartphone Samsung terbaru.
“Dalam jangka pendek, asisten suara selalu kompeten. Jelas bahwa mereka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pencarian informasi oleh orang-orang. Diperkirakan 600 juta orang menggunakan asisten suara setidaknya sekali seminggu. Perangkat semacam itu telah menjadi masa depan. Bagian penting dari rumah pintar," katanya lagi.
Tetapi Samsung juga menghadapi masalah besar karena masih banyak orang yang takut terhadap eksistensi AI. Tidak hanya penggemar teknologi yang takut akan hal itu, tapi beberapa selebritas di bidang teknologi dan sains juga telah memperingatkan tentang penelitian AI.
“Saya khawatir bahwa AI dapat sepenuhnya menggantikan manusia. Jika orang dapat mendesain virus komputer, maka seseorang dapat mendesain AI yang dapat memperbaiki diri dan bereplikasi. Ini akan menjadi transendensi kemanusiaan. Bentuk kehidupan baru," kata Profesor Stephen Hawking.
Guna pengembangan AI, Samsung telah menciptakan pusat penelitian AI di Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Kanada, dan negara asalnya Korea. "Pada tahun 2020, kami berharap akan ada sekitar seribu ahli AI yang bekerja di laboratorium Samsung di seluruh dunia," ungkap Kim.
Pada awal tahun ini, The Sun telah mewawancarai futuris terkenal di dunia, Ian Pearson. Dia pun memperingatkan bahwa risiko robot yang menguasai dunia sangat nyata.
"Kami akan melatih AI untuk membuat mereka merasa seperti kami, dan merasakan emosi seperti kami, tetapi mereka berbeda dari kami. Mereka akan sedikit lebih mirip alien dari Star Trek, lebih pintar dan action lebih terencana. Mereka tidak peka terhadap manusia dan memperlakukan kita sebagai orang barbar. Jadi ketika mereka memutuskan untuk melakukan eksperimen mereka sendiri, seperti virus yang mereka buat, mereka memperlakukan kita manusia seperti babi guinea,” papar Ian Pearson.
Dan jika AI akhirnya memang "memberontak", manusia juga yang harus bertanggung jawab. Setidaknya Luciano Floridi, Kepala Laboratorium Digital Universitas Oxford di Inggris, berpikir demikian. Dia mengatakan kepada Sun, “Risiko nyata AI berasal sepenuhnya dari manusia, seperti penyalahgunaan, pilihan yang salah, desain yang buruk, dan waktu yang salah. Jika AI memiliki masalah, tanggung jawab ada pada kita. Ini unik untuk manusia. Ancamannya adalah manusia dan sisanya adalah fiksi ilmiah.”
(mim)