Waspadai China, Pemerintah Harus Dorong Anak Muda Cintai Sains
A
A
A
JAKARTA - Science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) adalah kunci untuk menguasai masa depan. Sayangnya, generasi muda Indonesia tak banyak yang menguasainya.
"Pemerintah perlu ekstrim untuk mengubah kebiasaan ini. Karena sains dan teknologi adalah kunci untuk menguasai dunia," kata Rektor Universitas Mercu Buana, Arissetyanto Nugroho kepada SINDOnews seusai mengikuti School of Future Leaders di Kampus UMB Jakarta, akhir pekan ini.
Dikatakan Arissetyanto, China harus dicontoh karena berhasil mendorong generasi mudanya mencintai STEM. Alhasil kini mereka bakal menjadi negara yang harus diperhitungkan di dunia, bahkan oleh Amerika Serikat (AS) sekalipun.
"Tadi dalam seminar Profesor Maman A Jauhari dari ITB mengungkapkan, pada awal 2000-an AS baru sadar bahwa mereka telah tertinggal dari China di sektor sains. Sebab alumni universitas yang tergolong STEM hanya 19%, sementara China 50%. Bagaimana dengan kita?" ungkap Rektor UMB.
Dengan komposisi alumni STEM mencapai 50%, maka China ke depan akan menjadi negara yang "menakutkan". "Sekarang China menguasai SDM karena jumlah penduduknya, ekonomi juga maju. Tinggal teknologi yang masih dikuasai AS. Saya yakin sebentar lagi mereka juga menguasai teknologi. Berbahaya jika sebuah negara sudah menguasai ketiganya," katanya mengingatkan.
Jepang, kata dia, menjadi negara maju karena pemudanya dikirim ke luar negeri untuk mempelajari teknologi. "Saat Restorasi Meiji mereka kirim anak mudanya ke AS dan Eropa. Jadi begitu berhasil, mereka mentransformasikan ilmunya dengan kultur Jepang dan mereka berhasil jadi negara maju," paparnya.
Nah yang dimaksudnya tindakan ektrim oleh pemerintah adalah dengan memberikan perhatian lebih kepada ilmu STEM. Misalnya memberikan beasiswa keluar negeri yang lebih memberikan kesempatan kepada peminat STEM.
"Bisa juga dengan mendorong perguruan tinggi negeri (PTN) fokus kepada STEM, ilmu hulu. Sedangkan ilmu hilir biarkan diserahkan kepada PTS. Pihak keluarga juga diminta membentuk anak-anaknya untuk mencintai sains, ilmu berhitung. Tidak menyerahkan sepenuhnya kepada anak," saran Arissetyanto.
Sementara itu, Prof Darwin Sebayang selaku Kepala Pusat Kerjasama Internasional dan Inovasi UMB mengatakan, kampusnya tengah membangun diri menjadi smart-university. Salah satunya dengan membangun aplikasi Mercubuana Innovation Center.
"Membangun universitas cerdas bukan hanya dengan peralatan serbabagus. Tapi juga membangun SDM-nya dan kami baru saja meluncurkan aplikasi Mercubuana Innovation Center guna mengembangkan ide-ide kreatif dari mahasiswa dan dosen," katanya.
"Pemerintah perlu ekstrim untuk mengubah kebiasaan ini. Karena sains dan teknologi adalah kunci untuk menguasai dunia," kata Rektor Universitas Mercu Buana, Arissetyanto Nugroho kepada SINDOnews seusai mengikuti School of Future Leaders di Kampus UMB Jakarta, akhir pekan ini.
Dikatakan Arissetyanto, China harus dicontoh karena berhasil mendorong generasi mudanya mencintai STEM. Alhasil kini mereka bakal menjadi negara yang harus diperhitungkan di dunia, bahkan oleh Amerika Serikat (AS) sekalipun.
"Tadi dalam seminar Profesor Maman A Jauhari dari ITB mengungkapkan, pada awal 2000-an AS baru sadar bahwa mereka telah tertinggal dari China di sektor sains. Sebab alumni universitas yang tergolong STEM hanya 19%, sementara China 50%. Bagaimana dengan kita?" ungkap Rektor UMB.
Dengan komposisi alumni STEM mencapai 50%, maka China ke depan akan menjadi negara yang "menakutkan". "Sekarang China menguasai SDM karena jumlah penduduknya, ekonomi juga maju. Tinggal teknologi yang masih dikuasai AS. Saya yakin sebentar lagi mereka juga menguasai teknologi. Berbahaya jika sebuah negara sudah menguasai ketiganya," katanya mengingatkan.
Jepang, kata dia, menjadi negara maju karena pemudanya dikirim ke luar negeri untuk mempelajari teknologi. "Saat Restorasi Meiji mereka kirim anak mudanya ke AS dan Eropa. Jadi begitu berhasil, mereka mentransformasikan ilmunya dengan kultur Jepang dan mereka berhasil jadi negara maju," paparnya.
Nah yang dimaksudnya tindakan ektrim oleh pemerintah adalah dengan memberikan perhatian lebih kepada ilmu STEM. Misalnya memberikan beasiswa keluar negeri yang lebih memberikan kesempatan kepada peminat STEM.
"Bisa juga dengan mendorong perguruan tinggi negeri (PTN) fokus kepada STEM, ilmu hulu. Sedangkan ilmu hilir biarkan diserahkan kepada PTS. Pihak keluarga juga diminta membentuk anak-anaknya untuk mencintai sains, ilmu berhitung. Tidak menyerahkan sepenuhnya kepada anak," saran Arissetyanto.
Sementara itu, Prof Darwin Sebayang selaku Kepala Pusat Kerjasama Internasional dan Inovasi UMB mengatakan, kampusnya tengah membangun diri menjadi smart-university. Salah satunya dengan membangun aplikasi Mercubuana Innovation Center.
"Membangun universitas cerdas bukan hanya dengan peralatan serbabagus. Tapi juga membangun SDM-nya dan kami baru saja meluncurkan aplikasi Mercubuana Innovation Center guna mengembangkan ide-ide kreatif dari mahasiswa dan dosen," katanya.
(mim)