Teknik Mempercepat Pertumbuhan
A
A
A
Tanaman Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengembangkan teknik pertumbuhan tanaman secara cepat.
Penerangan lampu LED pada tanaman selama 22 jam sehari ternyata mempromosikan pertumbuhan yang signifikan. Para ilmuwan mengklaim bahwa tanaman yang mampu bertahan dari penyakit, kekeringan, dan perubahan iklim, sangat memungkinkan dengan kecepatan perkembangbiakan.
Teknik penggunaan lampu LED mempercepat siklus pertumbuhan tanaman. Siklus ini tidak bergantung pada perubahan iklim. Metode ini memungkinkan enam generasi gandum untuk ditanam dalam satu tahun kalender.
Perbandingan hasil panen jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan metode tradisional yang hanya dua siklus. Para peneliti mengklaim teknik kloning akan memungkinkan perbaikan signifikan terhadap tanaman tanpa beralih ke modifikasi genetik.
Dr Brande Wulff, pimpinan proyek sekaligus ilmuwan gandum di John Innes Centre di Norwich, memprediksi penelitian dan perkembangbiakan tanaman Eropa akan bergantung pada perkembangbiakan yang cepat dikutip dari dailymail.
“Perkembangbiakan yang cepat memungkinkan para peneliti memobilisasi variasi genetik yang ditemukan pada keluarga tanaman liar dan memperkenalkannya ke varietas elite yang dapat ditanam para petani,” katanya.
Sekelompok ilmuwan Inggris melakukan perbaikan pada metode NASA. Mereka membuat sistem itu sama efektifnya di kontainer, seperti di rumah kaca yang luas. “Keputusan Uni Eropa sangat mengatur penyuntingan gen, berarti kita lebih bergantung pada kecepatan perkembangbiakan untuk menumbuhkan tanaman yang lebih kuat dan lebih tangguh,” kata Wulff.
Sebelumnya para peneliti mengembangkan tanaman yang tahan penyakit, tahan iklim, dan memiliki gizi banyak. Menimbang hal itu, ternyata para peneliti beralih untuk mengembangkan metode percepatan pertumbuhan.
“Di institut ini ada sekitar 500 ilmuwan yang berada dalam perlombaan virtual melawan waktu untuk menghasilkan tanaman lebih baik demi menghadapi tantangan besok,” kata pimpinan proyek itu.
Petani harus menghasilkan makanan hingga 80% lebih banyak pada 2050 untuk memberi makan sembilan miliar orang di Eropa. “Salah satu keterbatasan besar yang kita hadapi adalah menumbuhkan tanaman dari biji menjadi biji.
Jika kita bisa melakukan ini lebih cepat, kita bisa mendapatkan hasil dan panen lebih cepat,” kata Wulff. Pada studi yang dipublikasikan, pencahayaan LED digunakan untuk mengoptimalkan fotosintesis dan meningkatkan pertumbuhan.
Perubahan komposisi tanah, pencahayaan, suhu, jarak tanam, dan panen prematur, telah memotong waktu generasi benih ke biji dalam gandum menjadi hanya delapan pekan. Ruang yang terbatas memungkinkan penelitian mutakhir dan terjangkau sebelum ditingkatkan ke rumah kaca lebih besar.
Ini berlaku untuk banyak tanaman pokok, termasuk gandum, barley, lobak, dan kacang. Kemajuan terbaru datang setelah Pengadilan Kehakiman Uni Eropa berkuasa atas tanaman yang menggunakan teknik pengeditan DNA Modern. Hasilnya, penelitian itu digolongkan sebagai organisme rekayasa genetika.
Keputusan tersebut disambut dengan kekecewaan di kalangan ilmuwan tanaman, pemulia, dan pemimpin industri pertanian di Inggris. Hal ini dinilai bisa menggagalkan upaya memenuhi populasi dunia yang terus bertambah.
Dr Wulff mengatakan, penelitian tanaman dan pembibitan akan menjadi lebih tergantung pada pemuliaan kecepatan jika mengikuti aturan ini. Kolaborator di Australia saat ini mengalami salah satu kekeringan terburuk dalam catatan pertumbuhan tanaman.
Mereka menggunakan teknologi untuk mempercepat perbaikan genetik agar tanaman lebih tahan terhadap kurangnya curah hujan. Dr Wulff memprediksi teknologi pemuliaan kecepatan akan menjadi norma di lembaga penelitian.
Dia mengetahui bahwa semakin banyak institut di seluruh dunia akan mengadopsi teknologi ini dengan berbagi protokol. “Penting bagi kami untuk mengembangkan sesuatu yang dapat dibeli dengan cepat dan disiapkan dengan keterampilan minimal,” kata Sreya Ghosh, seorang mahasiswa PhD di laboratorium Dr Wulff.
Kabinet yang diperkecil ini berarti teknologi bisa diakses dan demokratis. Mereka mengaturnya di meja untuk mendapatkan manfaat dari program penelitian yang dikembangkan. Waktu regenerasi beberapa spesies tanaman menjadi hambatan dalam penelitian dan pemulian.
Para peneliti mengatasi masalah ini dengan meningkatkan permintaan untuk sifat-sifat tertentu. Varietas baru sangat penting untuk membiakkan karakteristik tanaman menjadi tanaman yang produktif.
Hal ini dapat memakan waktu antara 10 hingga 20 tahun. Jadi, para ilmuwan terlibat dalam perlombaan melawan waktu. Mengembangkan tanaman yang mampu bertahan hidup dari perubahan iklim akan menghasilkan panen lebih besar.
Para ilmuwan khawatir bahwa selama beberapa tahun ke depan ada beberapa perbaikan dalam hasil bijibijian. Teknik ini diharapkan mampu menghasilkan varietas tanaman baru yang dapat tumbuh pada skala komersial dalam 10 tahun.
Jika ini bisa dicapai, itu akan meningkatkan produktivitas dengan cara yang sama seperti revolusi hijau tahun 1960-an. Varietas tanaman baru, praktik pertanian modern, dan penggunaan pupuk, akan menyelamatkan jutaan orang dari kelaparan. (Fandy)
Penerangan lampu LED pada tanaman selama 22 jam sehari ternyata mempromosikan pertumbuhan yang signifikan. Para ilmuwan mengklaim bahwa tanaman yang mampu bertahan dari penyakit, kekeringan, dan perubahan iklim, sangat memungkinkan dengan kecepatan perkembangbiakan.
Teknik penggunaan lampu LED mempercepat siklus pertumbuhan tanaman. Siklus ini tidak bergantung pada perubahan iklim. Metode ini memungkinkan enam generasi gandum untuk ditanam dalam satu tahun kalender.
Perbandingan hasil panen jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan metode tradisional yang hanya dua siklus. Para peneliti mengklaim teknik kloning akan memungkinkan perbaikan signifikan terhadap tanaman tanpa beralih ke modifikasi genetik.
Dr Brande Wulff, pimpinan proyek sekaligus ilmuwan gandum di John Innes Centre di Norwich, memprediksi penelitian dan perkembangbiakan tanaman Eropa akan bergantung pada perkembangbiakan yang cepat dikutip dari dailymail.
“Perkembangbiakan yang cepat memungkinkan para peneliti memobilisasi variasi genetik yang ditemukan pada keluarga tanaman liar dan memperkenalkannya ke varietas elite yang dapat ditanam para petani,” katanya.
Sekelompok ilmuwan Inggris melakukan perbaikan pada metode NASA. Mereka membuat sistem itu sama efektifnya di kontainer, seperti di rumah kaca yang luas. “Keputusan Uni Eropa sangat mengatur penyuntingan gen, berarti kita lebih bergantung pada kecepatan perkembangbiakan untuk menumbuhkan tanaman yang lebih kuat dan lebih tangguh,” kata Wulff.
Sebelumnya para peneliti mengembangkan tanaman yang tahan penyakit, tahan iklim, dan memiliki gizi banyak. Menimbang hal itu, ternyata para peneliti beralih untuk mengembangkan metode percepatan pertumbuhan.
“Di institut ini ada sekitar 500 ilmuwan yang berada dalam perlombaan virtual melawan waktu untuk menghasilkan tanaman lebih baik demi menghadapi tantangan besok,” kata pimpinan proyek itu.
Petani harus menghasilkan makanan hingga 80% lebih banyak pada 2050 untuk memberi makan sembilan miliar orang di Eropa. “Salah satu keterbatasan besar yang kita hadapi adalah menumbuhkan tanaman dari biji menjadi biji.
Jika kita bisa melakukan ini lebih cepat, kita bisa mendapatkan hasil dan panen lebih cepat,” kata Wulff. Pada studi yang dipublikasikan, pencahayaan LED digunakan untuk mengoptimalkan fotosintesis dan meningkatkan pertumbuhan.
Perubahan komposisi tanah, pencahayaan, suhu, jarak tanam, dan panen prematur, telah memotong waktu generasi benih ke biji dalam gandum menjadi hanya delapan pekan. Ruang yang terbatas memungkinkan penelitian mutakhir dan terjangkau sebelum ditingkatkan ke rumah kaca lebih besar.
Ini berlaku untuk banyak tanaman pokok, termasuk gandum, barley, lobak, dan kacang. Kemajuan terbaru datang setelah Pengadilan Kehakiman Uni Eropa berkuasa atas tanaman yang menggunakan teknik pengeditan DNA Modern. Hasilnya, penelitian itu digolongkan sebagai organisme rekayasa genetika.
Keputusan tersebut disambut dengan kekecewaan di kalangan ilmuwan tanaman, pemulia, dan pemimpin industri pertanian di Inggris. Hal ini dinilai bisa menggagalkan upaya memenuhi populasi dunia yang terus bertambah.
Dr Wulff mengatakan, penelitian tanaman dan pembibitan akan menjadi lebih tergantung pada pemuliaan kecepatan jika mengikuti aturan ini. Kolaborator di Australia saat ini mengalami salah satu kekeringan terburuk dalam catatan pertumbuhan tanaman.
Mereka menggunakan teknologi untuk mempercepat perbaikan genetik agar tanaman lebih tahan terhadap kurangnya curah hujan. Dr Wulff memprediksi teknologi pemuliaan kecepatan akan menjadi norma di lembaga penelitian.
Dia mengetahui bahwa semakin banyak institut di seluruh dunia akan mengadopsi teknologi ini dengan berbagi protokol. “Penting bagi kami untuk mengembangkan sesuatu yang dapat dibeli dengan cepat dan disiapkan dengan keterampilan minimal,” kata Sreya Ghosh, seorang mahasiswa PhD di laboratorium Dr Wulff.
Kabinet yang diperkecil ini berarti teknologi bisa diakses dan demokratis. Mereka mengaturnya di meja untuk mendapatkan manfaat dari program penelitian yang dikembangkan. Waktu regenerasi beberapa spesies tanaman menjadi hambatan dalam penelitian dan pemulian.
Para peneliti mengatasi masalah ini dengan meningkatkan permintaan untuk sifat-sifat tertentu. Varietas baru sangat penting untuk membiakkan karakteristik tanaman menjadi tanaman yang produktif.
Hal ini dapat memakan waktu antara 10 hingga 20 tahun. Jadi, para ilmuwan terlibat dalam perlombaan melawan waktu. Mengembangkan tanaman yang mampu bertahan hidup dari perubahan iklim akan menghasilkan panen lebih besar.
Para ilmuwan khawatir bahwa selama beberapa tahun ke depan ada beberapa perbaikan dalam hasil bijibijian. Teknik ini diharapkan mampu menghasilkan varietas tanaman baru yang dapat tumbuh pada skala komersial dalam 10 tahun.
Jika ini bisa dicapai, itu akan meningkatkan produktivitas dengan cara yang sama seperti revolusi hijau tahun 1960-an. Varietas tanaman baru, praktik pertanian modern, dan penggunaan pupuk, akan menyelamatkan jutaan orang dari kelaparan. (Fandy)
(nfl)