Ilmuwan Inggris Beri Kabar Buruk Bagi Para Penikmat Kopi

Jum'at, 18 Januari 2019 - 11:15 WIB
Ilmuwan Inggris Beri...
Ilmuwan Inggris Beri Kabar Buruk Bagi Para Penikmat Kopi
A A A
SYDNEY - Kabar ini mungkin tak sedap didengar oleh para penggemar kopi. Berdasarkan penelitian, para ilmuwan memperingatkan kalau sebagian besar spesies kopi dunia terancam punah akibat perubahan iklim.

Dilansir dari laman ABC, dari 124 spesies kopi liar di seluruh dunia, para peneliti Inggris menyatakan setidaknya 60% dari populasi terancam mati. Kerabat liar dari spesies kopi paling populer di dunia, coffee arabica, adalah spesies yang paling terancam punah.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Science Advances hari ini, para peneliti memperingatkan kita perlu memperkuat rencana konservasi yang ada. Sebab konservasi yang tersedia saat ini "tidak memadai".

"Pada akhirnya, kita perlu membalikkan deforestasi dan mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Aaron Davis, peneliti kopi di Royal Botanic Gardens, Kew, dan penulis utama makalah ini seperti dikutip oleh ABC.

Bagian terbesar dari perdagangan kopi dunia terletak pada dua spesies kopi, yaitu coffee arabica dan coffee canephora, yang juga dikenal sebagai robusta. Kopi Arabika bisa menjadi tanaman yang rewel.

Tanaman ini matang perlahan dan tumbuh paling baik di bawah naungan pohon di pertanian dataran tinggi, karenanya disebut "kopi gunung". Padahal Arabika adalah spesies kopi yang paling banyak dikonsumsi di dunia.

Tetapi dengan deforestasi dan iklim yang berubah, sehingga menimbulkan hujan, hama, dan penyakit jamur yang tak terduga, petani kopi pastinya akan terpukul.

Sebuah laporan tahun 2016 yang ditulis The Climate Institute, ditemukan bahwa produksi kopi di seluruh dunia bisa terpangkas setengahnya pada 2050. "Kami sudah melihat penurunan produksi dan kualitas di beberapa daerah penanaman kopi tradisional," kata Robert Henry, seorang ahli genetika tanaman di Universitas Queensland yang tidak terlibat dalam penelitian. "Ini harus menjadi upaya yang adil untuk mencoba dan menjaga pasokan kopi berkualitas baik," harap Profesor Henry.

Dalam penelitiannya, Davis dan rekan-rekannya menyurvei bagaimana kopi liar akan mengalami perubahan iklim, menurut kriteria Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN. Hasilnya, tidak kurang dari 60% spesies kopi beresiko menghilang dibandingkan dengan angka global 22% untuk semua tanaman.

Sekitar 13 spesies kopi dianggap "sangat terancam punah", 40 spesies dinilai "terancam punah", dan 22 lainnya "rentan punah". Hanya 35 spesies yang ditemukan "hampir terancam" atau "kurang diperhatikan".

Tim tidak dapat memperoleh data yang memadai untuk 14 spesies yang tersisa. Karena faktor-faktor seperti konflik di wilayah yang tumbuh, seperti spesies kopi Angola. "Kemungkinan beberapa dari spesies ini terancam dan ada yang bisa punah," tulis mereka.

Davis menambahkan, mustahil menghemat kopi menggunakan metode penyimpanan benih konvensional. Ini karena freezer penyimpanan bank benih, bahkan pada suhu -20 derajat Celcius, tak bisa melakukannya. Mereka atau benih perlu didinginkan dengan nitrogen cair, padahal ini proses yang mahal.

Untuk melestarikan spesies kopi liar dan keanekaragaman genetiknya, saran Davis, kita harus merancang dan mengelola kawasan lindung dunia secara lebih efisien. "Jika spesies kopi liar menghilang dari muka bumi, mereka mungkin membawa serta gen yang melindungi dari penyakit dan serangga penggerek kopi, atau memungkinkan tanaman untuk berkembang di iklim yang lebih hangat," tuturnya.

"Ada potensi untuk menggunakan spesies kopi liar yang sebelumnya tidak digunakan atau kurang dimanfaatkan untuk menghasilkan kultivar atau hibrida tanaman kopi baru, melalui pemuliaan, yang dapat tumbuh di iklim yang tidak dapat ditoleransi oleh kopi arabika dan kopi robusta," kata Davis.

Bagaimana dengan teknologi pengeditan gen? Di zaman di mana pengeditan gen adalah alat umum di laboratorium di seluruh dunia, tapi sebenenarnya itu tidak sesederhana mentransfer gen tahan hama. Misalnya dari satu spesies kopi ke kopi lain lainnya.

"Tantangannya adalah untuk mendapatkan kopi yang bisa kita minum," kata Profesor Henry.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1208 seconds (0.1#10.140)