Letusannya Akan Dahsyat, ESA Ungkap Gunung Agung Simpan Sistem Pipa
A
A
A
BALI - Gunung Agung yang saat ini seringkali erupsi, ternyat di dalam perut Gunung Agung ada semacam sistem pipa dari gunung berapi Agung di Bali yang terhubung ke tetangganya, Gunung Batur, yang terpisah 18 km.
Para ilmuwan sedang mempelajari gunung berapi saat terbangun dari tidur 50 tahun dan memuntahkan abu erupsi ke atmosfer selama beberapa pekan terakhir. BACA JUGA: Letusan Gunung Paling Mengeringakan
Foto-foto dari Badan Antariksa Eropa mengungkapkan gelembung bawah tanah yang tidak biasa selebar 10 cm di sisi utara gunung berapi, lebih dari 5 km dari puncak gunung.
Fakta ini, diklaim para pakar, membuktikan magma gunung dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal, yang menunjukkan secara fisik terkait dengan Gunung Batur .
Tim ilmuwan, yang dipimpin oleh Universitas Bristol, menggunakan teknologi satelit ESA untuk melihat fluktuasi level permukaan selama aktivitas gunung berapi pada 2017.
Selama kegiatan riset, para pakar dari Sekolah Ilmu Bumi Universitas menggunakan citra satelit Sentinel-1 yang disediakan oleh ESA untuk memantau deformasi tanah di Agung.
Mereka mengatakan temuan mereka dapat memiliki implikasi penting untuk meramalkan letusan di masa depan di daerah tersebut.
Dr Fabien Albino, dari School of Earth Sciences, University of Bristol, penulis utama makalah itu, mengatakan: 'Anehnya, kami memperhatikan bahwa aktivitas gempa bumi dan sinyal deformasi tanah terletak lima kilometer jauhnya dari puncak, yang berarti bahwa magma harus bergerak ke samping dan ke atas secara vertikal.'
" Studi kami memberikan bukti geofisika pertama bahwa gunung berapi Agung dan Batur mungkin memiliki sistem pipa yang terhubung.Ini memiliki implikasi penting bagi perkiraan erupsi dan dapat menjelaskan terjadinya erupsi serentak, seperti pada 1963. Artinya letusannya akan dahsyat, " tutur DR Fabien seperti dilansir dari Daily Mail.
Pihak berwenang mengeluarkan peringatan kepada penduduk pada November 2017 dan memaksa lebih dari 100.000 orang untuk mengungsi dari rumah mereka.
Ini terjadi setelah lonjakan sejumlah gempa kecil di sekitar gunung berapi terdeteksi dua bulan sebelum letusan utamanya.
Aktivitas di gunung berapi memicu kekhawatiran akan meletusnya gunung dan menyebabkan kehancuran yang serupa dengan peristiwa 1963 yang menyebabkan lebih dari 1.600 orang tewas.
Letusan 1963 adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan di abad ke-20, sehingga para ilmuwan menghentikan kesempatan untuk memantau dan memahami kebangkitannya kembali.
Peristiwa lebih dari 50 tahun yang lalu hampir segera diikuti oleh letusan yang lebih kecil oleh tetangganya ke barat laut, memicu spekulasi kedua gunung berapi itu terhubung.
Para pakar sekarang meyakini menemukan 'bukti geofisika' pertama bahwa ini benar.
Dr Juliet Biggs, yang memimpin studi satelit, menambahkan: "Dari penginderaan jarak jauh, kami dapat memetakan setiap gerakan tanah, yang mungkin merupakan indikator bahwa magma segar bergerak di bawah gunung berapi ."
Para ilmuwan sedang mempelajari gunung berapi saat terbangun dari tidur 50 tahun dan memuntahkan abu erupsi ke atmosfer selama beberapa pekan terakhir. BACA JUGA: Letusan Gunung Paling Mengeringakan
Foto-foto dari Badan Antariksa Eropa mengungkapkan gelembung bawah tanah yang tidak biasa selebar 10 cm di sisi utara gunung berapi, lebih dari 5 km dari puncak gunung.
Fakta ini, diklaim para pakar, membuktikan magma gunung dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal, yang menunjukkan secara fisik terkait dengan Gunung Batur .
Tim ilmuwan, yang dipimpin oleh Universitas Bristol, menggunakan teknologi satelit ESA untuk melihat fluktuasi level permukaan selama aktivitas gunung berapi pada 2017.
Selama kegiatan riset, para pakar dari Sekolah Ilmu Bumi Universitas menggunakan citra satelit Sentinel-1 yang disediakan oleh ESA untuk memantau deformasi tanah di Agung.
Mereka mengatakan temuan mereka dapat memiliki implikasi penting untuk meramalkan letusan di masa depan di daerah tersebut.
Dr Fabien Albino, dari School of Earth Sciences, University of Bristol, penulis utama makalah itu, mengatakan: 'Anehnya, kami memperhatikan bahwa aktivitas gempa bumi dan sinyal deformasi tanah terletak lima kilometer jauhnya dari puncak, yang berarti bahwa magma harus bergerak ke samping dan ke atas secara vertikal.'
" Studi kami memberikan bukti geofisika pertama bahwa gunung berapi Agung dan Batur mungkin memiliki sistem pipa yang terhubung.Ini memiliki implikasi penting bagi perkiraan erupsi dan dapat menjelaskan terjadinya erupsi serentak, seperti pada 1963. Artinya letusannya akan dahsyat, " tutur DR Fabien seperti dilansir dari Daily Mail.
Pihak berwenang mengeluarkan peringatan kepada penduduk pada November 2017 dan memaksa lebih dari 100.000 orang untuk mengungsi dari rumah mereka.
Ini terjadi setelah lonjakan sejumlah gempa kecil di sekitar gunung berapi terdeteksi dua bulan sebelum letusan utamanya.
Aktivitas di gunung berapi memicu kekhawatiran akan meletusnya gunung dan menyebabkan kehancuran yang serupa dengan peristiwa 1963 yang menyebabkan lebih dari 1.600 orang tewas.
Letusan 1963 adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan di abad ke-20, sehingga para ilmuwan menghentikan kesempatan untuk memantau dan memahami kebangkitannya kembali.
Peristiwa lebih dari 50 tahun yang lalu hampir segera diikuti oleh letusan yang lebih kecil oleh tetangganya ke barat laut, memicu spekulasi kedua gunung berapi itu terhubung.
Para pakar sekarang meyakini menemukan 'bukti geofisika' pertama bahwa ini benar.
Dr Juliet Biggs, yang memimpin studi satelit, menambahkan: "Dari penginderaan jarak jauh, kami dapat memetakan setiap gerakan tanah, yang mungkin merupakan indikator bahwa magma segar bergerak di bawah gunung berapi ."
(wbs)