Indonesia Dituntut Siap Hadapi Era SDM Tergantikan Robot
A
A
A
JAKARTA - Indonesia harus siap menjalani era Industri 4.0. Sebab di negara lain, digitalisasi dan era big data sudah dimulai sejak lama.
"Jerman sudah memulainya sejak 2010 lalu dan kita baru menapakinya tahun lalu. Penguasaan teknologi terkini adalah kunci kesuksesan bangsa ini," kata Dekan Pasca-Sarjana UMB, Prof Dr Ing Mudrik Alaydrus saat menjadi pembicara “UMB Postgraduate Lunch Meet Up” yang diisi sharing session mengenai “Challenges and Opportunities in Industry 4.0”.
Menengok sejarah ke belakang, Industri 1.0 dimulai pada tahun 1784 dengan penemuan mesin uap. Lalu Industri 2.0 berlaku sejak tahun 1870 dengan penemuan tenaga listrik.
"Industri 3.0 dimulai sejak penemuan komputer oleh manusia pada 1969," sebut Mudrik.
Terkait pelaksanaan industri 4.0, sambung dia, penggunaan robot sudah menjadi pemandangan umum di negara-negara maju. Bahkan penggantian tenaga manusia menjadi robot sudah lumrah.
"Di Korea setiap 10.000 tenaga kerja ada 700 robot yang bekerja. Lalu di Eropa perbandingannya 10.000 berbanding 109, Eropa 106 tenaga robot, Amerika Serikat sebanyak 91 robot, 85 orang Asia, dan 75 robot diperkerjakan di China," sebutnya.
Wakil Rektor Universitas Mercu Buana, Hadri Mulya mengungkapkan, saat ini Indonesia berada di ambang pintu revolusi yang akan mengubah cara hidup, cara bekerja dalam lingkup domestik maupun dunia. "Ada satu hal yang paling menonjol dalam gerak itu, yaitu harus merespon perubahan," sebutnya.
Ekonomi global, ujar dia, saat ini sedang berada pada puncak perubahan besar yang sebanding dengan munculnga revolusi industri pertama, kedua dan ketiga. Dan sekarang kita segera masuk ke satu tahapan revolusi industri yang dinamakan Revolusi Industri 4.0," katanya.
Hadri menjelaskan, buku Klaus Schwab yang berjudul The Fourth Industrial Revolution (2016) mengemukakan, tentang Revolusi Industri Generasi Keempat (Revolusi Industri 4.0) yang ditandai dengan kelahiran artificial intelegent (AI). Ai pada beberapa ragam bentukan produk yang dapat bekerja layaknya fungsi otak manusia yang dioptimalisasikan.
Otomasi dan pengambilalihan bidang kerja yang dimekanisasi melalui perangkat digital menjadi keniscayaan. Ini mengarahkan pada praktik-praktik bidang kerja yang berpusat pada eliminasi 'berkedok' efisiensi tenaga kerja manusia sebagai muaranya.
Ragam 'kecerdasan buatan' tersebut di antaranya adalah super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, dan lain sebagainya. "Konsep Revolusi Industri 4.0 ini menemukan pola dan mekanisme kerja baru ketika disruptif teknologi hadir begitu cepat yang secara bertahap mendominasi sendi kehidupan dan keseharian manusia," terangnya di depan 425 peserta.
Salah satu program prioritas dalam petajalan (roadmap) 'Making Indonesia 4.0' adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yang dapat mengelaborasi ilmu pengetahuan, keterampilan hidup, dan penguasaan terhadap teknologi informasi.
Dia juga menyebutkan, jika di era digital yang pesat ini memaksa institusi untuk mengembangkan relasi. Tidak bisa melakukan dengan sendiri-sendiri. Era digital mengajak keterlibatan berbagai elemen untuk meningkatkan produktifitas.
“Era digital itu berhasil memotong waktu, memperkecil biaya dan meningkatkan produktifitas. Semua itu harus dilakukan secara bersama-sama,” ucapnya.
Selain itu, Direktur Pemasaran UMB, Dr Irmulan Sati mengungkapkan, proses digitalisasi pada industri saat ini tidak terelakan. Semua unsur harus siap dalam menyikapi dan menyusun strategi pendukung. Termasuk kemampuan untuk merancang feedback yang produktif untuk kemajuan organisasi.
"Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) diera digital kini menjadi satu kebutuhan dan UMB siap mendukung kebutuhan SDM yang melek digital khususnya," pungkasnya.
"Jerman sudah memulainya sejak 2010 lalu dan kita baru menapakinya tahun lalu. Penguasaan teknologi terkini adalah kunci kesuksesan bangsa ini," kata Dekan Pasca-Sarjana UMB, Prof Dr Ing Mudrik Alaydrus saat menjadi pembicara “UMB Postgraduate Lunch Meet Up” yang diisi sharing session mengenai “Challenges and Opportunities in Industry 4.0”.
Menengok sejarah ke belakang, Industri 1.0 dimulai pada tahun 1784 dengan penemuan mesin uap. Lalu Industri 2.0 berlaku sejak tahun 1870 dengan penemuan tenaga listrik.
"Industri 3.0 dimulai sejak penemuan komputer oleh manusia pada 1969," sebut Mudrik.
Terkait pelaksanaan industri 4.0, sambung dia, penggunaan robot sudah menjadi pemandangan umum di negara-negara maju. Bahkan penggantian tenaga manusia menjadi robot sudah lumrah.
"Di Korea setiap 10.000 tenaga kerja ada 700 robot yang bekerja. Lalu di Eropa perbandingannya 10.000 berbanding 109, Eropa 106 tenaga robot, Amerika Serikat sebanyak 91 robot, 85 orang Asia, dan 75 robot diperkerjakan di China," sebutnya.
Wakil Rektor Universitas Mercu Buana, Hadri Mulya mengungkapkan, saat ini Indonesia berada di ambang pintu revolusi yang akan mengubah cara hidup, cara bekerja dalam lingkup domestik maupun dunia. "Ada satu hal yang paling menonjol dalam gerak itu, yaitu harus merespon perubahan," sebutnya.
Ekonomi global, ujar dia, saat ini sedang berada pada puncak perubahan besar yang sebanding dengan munculnga revolusi industri pertama, kedua dan ketiga. Dan sekarang kita segera masuk ke satu tahapan revolusi industri yang dinamakan Revolusi Industri 4.0," katanya.
Hadri menjelaskan, buku Klaus Schwab yang berjudul The Fourth Industrial Revolution (2016) mengemukakan, tentang Revolusi Industri Generasi Keempat (Revolusi Industri 4.0) yang ditandai dengan kelahiran artificial intelegent (AI). Ai pada beberapa ragam bentukan produk yang dapat bekerja layaknya fungsi otak manusia yang dioptimalisasikan.
Otomasi dan pengambilalihan bidang kerja yang dimekanisasi melalui perangkat digital menjadi keniscayaan. Ini mengarahkan pada praktik-praktik bidang kerja yang berpusat pada eliminasi 'berkedok' efisiensi tenaga kerja manusia sebagai muaranya.
Ragam 'kecerdasan buatan' tersebut di antaranya adalah super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, dan lain sebagainya. "Konsep Revolusi Industri 4.0 ini menemukan pola dan mekanisme kerja baru ketika disruptif teknologi hadir begitu cepat yang secara bertahap mendominasi sendi kehidupan dan keseharian manusia," terangnya di depan 425 peserta.
Salah satu program prioritas dalam petajalan (roadmap) 'Making Indonesia 4.0' adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yang dapat mengelaborasi ilmu pengetahuan, keterampilan hidup, dan penguasaan terhadap teknologi informasi.
Dia juga menyebutkan, jika di era digital yang pesat ini memaksa institusi untuk mengembangkan relasi. Tidak bisa melakukan dengan sendiri-sendiri. Era digital mengajak keterlibatan berbagai elemen untuk meningkatkan produktifitas.
“Era digital itu berhasil memotong waktu, memperkecil biaya dan meningkatkan produktifitas. Semua itu harus dilakukan secara bersama-sama,” ucapnya.
Selain itu, Direktur Pemasaran UMB, Dr Irmulan Sati mengungkapkan, proses digitalisasi pada industri saat ini tidak terelakan. Semua unsur harus siap dalam menyikapi dan menyusun strategi pendukung. Termasuk kemampuan untuk merancang feedback yang produktif untuk kemajuan organisasi.
"Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) diera digital kini menjadi satu kebutuhan dan UMB siap mendukung kebutuhan SDM yang melek digital khususnya," pungkasnya.
(mim)