Artificial intelligence Jadi Solusi bagi Sektor Publik
A
A
A
Artificial intelligence (AI) memberikan harapan dan solusi untuk pemanfaatan teknologi di sektor publik. Masyarakat berharap AI bisa menjadikan kehidupan lebih baik dengan menghadirkan berbagai aplikasi yang bisa diterapkan di berbagai bidang. Terobosan AI dikembangkan di Queensland dalam bidang perawatan kesehatan.
Para peneliti dari Universitas Queensland Nigel Greenwood mengembangkan teknologi AI untuk memeriksa insulin bagi penderita diabetes. Hasil karyanya menjadi mesin pertama di dunia yang mampu mendeteksi pankreas dan menjadi solusi bagi perawatan kesehatan yang lebih baik di masa depan.
“Kita menggunakan teknologi mesin pembelajar untuk melihat riwayat medis diabetes dan merekomendasikan dosis insulin yang hendak diberikan,” ujar Greenwood dilansir UQ News. “Itu menjadi perawatan yang lebih akurat dibandingkan yang dilihat sebelumnya,” paparnya.
Kemudian beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Islan di Korsel memasang perangkat lampu dan laser di area penyeberangan jalan untuk memperingatkan para smartphone zombie (smombie).Itu bertujuan untuk mencegah kecelakaan di penyebaran jalan dan masyarakat tidak fokus terhadap ponsel. Korsel memiliki tingkat penetrasi ponsel pintar tertinggi di dunia.
Survei Pew Research Center, 94% penduduk dewasa di Korsel memiliki ponsel pintar pada 2017. Di Amerika Serikat, tingkat penetrasi ponsel pintar hanya 77% dan Jepang 59%. Sistem peringatan itu memanfaatkan lampu merah, kuning, dan biru di trotoar jalan serta laser yang dipancarkan dari tiang. Peringatan itu dikirim ke ponsel pintar saat terdeteksi melangkah ke lokasi penyeberangan. Bagi pengemudi, nantinya ada lampu berkelip yang menyorot mata mereka saat pengguna jalan menyeberang.
Korea Institute of Civil Engineering and Building Technology (KICT) menyatakan sistem peringatan lampu berkelip di penyeberangan bisa memberikan peringatan bagi pengemudi dan pejalan kaki. Harga perangkat sensor radar dan kamera pendeteksi panas itu mencapai USD1.250 (Rp123 juta).
Melansir MIT Technology Review, para pakar AI yang berkumpul di konferensi EmTech Digital pada Selasa lalu menyampaikan ide dan penelitian tentang perkembangan AI untuk membantu bidang pertanian, kesehatan, dan meningkatkan pendapatan pengusaha. Solomon Assefa, peneliti di laboratorium penelitian IBM di Kenya dan Afrika Selatan, mengatakan perusahaannya menggunakan AI untuk memprediksi panen, berdasarkan pola cuaca, kelembapan tanah, dan kondisi lainnya.
AI mampu membantu petani lokal untuk membuat keputusan untuk memilih benih yang tepat, pupuk yang benar, dan waktu tanam serta panen yang ideal. “Kita juga bekerja sama dengan Hello Tractor, perusahaan startup, untuk memberikan pendanaan bagi petani untuk meningkatkan keuntungan,” kata Assefa.
Teknologi AI juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan parenting. Rahul Panicker, chief innovation officer di Wadhwani Institute for Artificial Intelligence, menggunakan AI untuk membuat aplikasi bagi pekerja kesehatan untuk memperkirakan bayi yang baru lahir. “Jutaan bayi meninggal pada tahun pertama karena komplikasi kesehatan,” papar Panicker.
Hanya dengan memotret bayi yang baru lahir dan dimasukkan ke peranti lunak untuk membuat model tiga dimensi bayi dan memperkirakan berat, panjang, dan lingkar kepala. Jika bayi memiliki berat badan di bawah standar, para pekerja meminta ibunya untuk memberikan ASI lebih sering agar menjaga bayinya tetap hangat.
Dalam pandangan pakar AI, Emma Martinho-Truswell, aplikasi AI untuk sektor publik kini semakin luas dan telah digunakan di berbagai penjuru dunia. Mulai sektor pendidikan, banyak pegawai negeri yang menggunakan AI untuk membayar gaji, keputusan imigrasi, mendeteksi pelanggaran, merencanakan proyek infrastruktur, menjawab pertanyaan publik, mengecek kesehatan, hingga menerbangkan drone.
“Dasar dari AI adalah program komputer dengan menggunakan algoritma untuk pengumpulan data,” kata Martinho-Truswell. Dengan bantuan AI, pemerintah bisa mengurangi jumlah pegawainya dan mengembangkan uang kepada pembayar pajak. Namun, pemerintah harus meningkatkan investasi pelayanan dengan AI. “Dengan AI, pelayanan pemerintah diharapkan bisa lebih cepat dan lebih tertata,” kata Martinho-Truswell dilansir Harvard Business Review.
Miliarder dan pendiri Microsoft Bill Gates ikut bersuara mengenai AI. Dia mengungkapkan, AI itu teknologi yang menakjubkan dan bisa mengubah masyarakat dalam beberapa cara. Namun, dia menegaskan ada cara AI yang menuntun kepada kebaikan dan ada pula yang mengakibatkan kejelekan. “Teknologi tidak memiliki banyak teknologi yang menjanjikan dan berbahaya. Kamu tahu, kita memiliki energi nuklir dan senjata nuklir,” kata Gates pada symposium Human-Centered Artificial Intelligence di Universitas Stanford.
Sementara Ellon Musk, miliarder yang mendirikan Tesla, menganggap AI sebagai suatu hal yang lebih berbahaya dibandingkan nuklir. Dalam pandangan Gates, aplikasi AI yang paling menakutkan bisa menjadi senjata dalam peperangan. “Tempat yang saya pikirkan adalah sistem senjata,” kata Gates.
Hanya saja, Gates memiliki pandangan bahwa AI juga memiliki hal positif untuk kemanusiaan. Dia mencontohkan, bagaimana AI bisa menemukan pola dan pandangan untuk menjadi kesempatan bagi perkembangan kebijakan sosial, pendidikan, kesehatan, dan perawatan orang sakit. “AI bisa menjadi terobosan besar juga dalam ilmu sosial,” katanya.
Menebak Masa Depan AI
Sementara itu, CEO Amazon Jeff Bezos pekan lalu mengundang para pakar AI dari berbagai negara untuk hadir di Palm Springs. Mereka membahas mesin pembelajar, otomatisasi, robotik, dan antariksa. Sebanyak 200 ilmuwan terkemuka dunia hadir dalam konferensi tersebut. Mereka mendiskusikan penelitian terbaru dan pengalaman mereka di depan Bezos secara langsung.
AI dan kemampuan untuk menganalisis adalah memang tema yang umum. Namun, para peneliti menceritakan mimpi masa depan AI. Tentunya, mereka juga mendiskusikan tentang kemungkinan versi terbaru untuk perbaikan teknologi AI. Umumnya, para peneliti membicarakan tentang personalisasi pengobatan, penggunaan pesawat nirawak untuk memprediksi badai dan kemungkinan pengiriman manusia ke Mars. Dengan segala skenario itu bergantung pada komputer.
“Analisis data dengan komputer dan sensor dan dikaitkan dengan ilmu biologi menjadi kajian yang menarik,” ujar Daphne Koller, pendiri pelayanan pembelajaran online Coursera, dilansir Fortune. “Terobosan AI yang paling berkembang dalam bidang perawatan kesehatan, keuangan, dan industri berkaitan dengan data. AI sudah mewabah di semua industri,” ujarnya.
Bukan hanya solusi semata yang dipikirkan para ahli. Mereka juga membicarakan tentang dampak dan permasalahan yang bisa diciptakan oleh perkembangan AI. Pasalnya, AI tetap menjadi hal yang membingungkan dan bisa menciptakan dunia yang rumit. Para peneliti masih berusaha untuk mengungkapkan bagaimana penyelesaiannya. Faktanya, sebagian pengusaha dan ilmuwan berharap AI akan menjadikan masa depan lebih baik.
Para peneliti dari Universitas Queensland Nigel Greenwood mengembangkan teknologi AI untuk memeriksa insulin bagi penderita diabetes. Hasil karyanya menjadi mesin pertama di dunia yang mampu mendeteksi pankreas dan menjadi solusi bagi perawatan kesehatan yang lebih baik di masa depan.
“Kita menggunakan teknologi mesin pembelajar untuk melihat riwayat medis diabetes dan merekomendasikan dosis insulin yang hendak diberikan,” ujar Greenwood dilansir UQ News. “Itu menjadi perawatan yang lebih akurat dibandingkan yang dilihat sebelumnya,” paparnya.
Kemudian beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Islan di Korsel memasang perangkat lampu dan laser di area penyeberangan jalan untuk memperingatkan para smartphone zombie (smombie).Itu bertujuan untuk mencegah kecelakaan di penyebaran jalan dan masyarakat tidak fokus terhadap ponsel. Korsel memiliki tingkat penetrasi ponsel pintar tertinggi di dunia.
Survei Pew Research Center, 94% penduduk dewasa di Korsel memiliki ponsel pintar pada 2017. Di Amerika Serikat, tingkat penetrasi ponsel pintar hanya 77% dan Jepang 59%. Sistem peringatan itu memanfaatkan lampu merah, kuning, dan biru di trotoar jalan serta laser yang dipancarkan dari tiang. Peringatan itu dikirim ke ponsel pintar saat terdeteksi melangkah ke lokasi penyeberangan. Bagi pengemudi, nantinya ada lampu berkelip yang menyorot mata mereka saat pengguna jalan menyeberang.
Korea Institute of Civil Engineering and Building Technology (KICT) menyatakan sistem peringatan lampu berkelip di penyeberangan bisa memberikan peringatan bagi pengemudi dan pejalan kaki. Harga perangkat sensor radar dan kamera pendeteksi panas itu mencapai USD1.250 (Rp123 juta).
Melansir MIT Technology Review, para pakar AI yang berkumpul di konferensi EmTech Digital pada Selasa lalu menyampaikan ide dan penelitian tentang perkembangan AI untuk membantu bidang pertanian, kesehatan, dan meningkatkan pendapatan pengusaha. Solomon Assefa, peneliti di laboratorium penelitian IBM di Kenya dan Afrika Selatan, mengatakan perusahaannya menggunakan AI untuk memprediksi panen, berdasarkan pola cuaca, kelembapan tanah, dan kondisi lainnya.
AI mampu membantu petani lokal untuk membuat keputusan untuk memilih benih yang tepat, pupuk yang benar, dan waktu tanam serta panen yang ideal. “Kita juga bekerja sama dengan Hello Tractor, perusahaan startup, untuk memberikan pendanaan bagi petani untuk meningkatkan keuntungan,” kata Assefa.
Teknologi AI juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan parenting. Rahul Panicker, chief innovation officer di Wadhwani Institute for Artificial Intelligence, menggunakan AI untuk membuat aplikasi bagi pekerja kesehatan untuk memperkirakan bayi yang baru lahir. “Jutaan bayi meninggal pada tahun pertama karena komplikasi kesehatan,” papar Panicker.
Hanya dengan memotret bayi yang baru lahir dan dimasukkan ke peranti lunak untuk membuat model tiga dimensi bayi dan memperkirakan berat, panjang, dan lingkar kepala. Jika bayi memiliki berat badan di bawah standar, para pekerja meminta ibunya untuk memberikan ASI lebih sering agar menjaga bayinya tetap hangat.
Dalam pandangan pakar AI, Emma Martinho-Truswell, aplikasi AI untuk sektor publik kini semakin luas dan telah digunakan di berbagai penjuru dunia. Mulai sektor pendidikan, banyak pegawai negeri yang menggunakan AI untuk membayar gaji, keputusan imigrasi, mendeteksi pelanggaran, merencanakan proyek infrastruktur, menjawab pertanyaan publik, mengecek kesehatan, hingga menerbangkan drone.
“Dasar dari AI adalah program komputer dengan menggunakan algoritma untuk pengumpulan data,” kata Martinho-Truswell. Dengan bantuan AI, pemerintah bisa mengurangi jumlah pegawainya dan mengembangkan uang kepada pembayar pajak. Namun, pemerintah harus meningkatkan investasi pelayanan dengan AI. “Dengan AI, pelayanan pemerintah diharapkan bisa lebih cepat dan lebih tertata,” kata Martinho-Truswell dilansir Harvard Business Review.
Miliarder dan pendiri Microsoft Bill Gates ikut bersuara mengenai AI. Dia mengungkapkan, AI itu teknologi yang menakjubkan dan bisa mengubah masyarakat dalam beberapa cara. Namun, dia menegaskan ada cara AI yang menuntun kepada kebaikan dan ada pula yang mengakibatkan kejelekan. “Teknologi tidak memiliki banyak teknologi yang menjanjikan dan berbahaya. Kamu tahu, kita memiliki energi nuklir dan senjata nuklir,” kata Gates pada symposium Human-Centered Artificial Intelligence di Universitas Stanford.
Sementara Ellon Musk, miliarder yang mendirikan Tesla, menganggap AI sebagai suatu hal yang lebih berbahaya dibandingkan nuklir. Dalam pandangan Gates, aplikasi AI yang paling menakutkan bisa menjadi senjata dalam peperangan. “Tempat yang saya pikirkan adalah sistem senjata,” kata Gates.
Hanya saja, Gates memiliki pandangan bahwa AI juga memiliki hal positif untuk kemanusiaan. Dia mencontohkan, bagaimana AI bisa menemukan pola dan pandangan untuk menjadi kesempatan bagi perkembangan kebijakan sosial, pendidikan, kesehatan, dan perawatan orang sakit. “AI bisa menjadi terobosan besar juga dalam ilmu sosial,” katanya.
Menebak Masa Depan AI
Sementara itu, CEO Amazon Jeff Bezos pekan lalu mengundang para pakar AI dari berbagai negara untuk hadir di Palm Springs. Mereka membahas mesin pembelajar, otomatisasi, robotik, dan antariksa. Sebanyak 200 ilmuwan terkemuka dunia hadir dalam konferensi tersebut. Mereka mendiskusikan penelitian terbaru dan pengalaman mereka di depan Bezos secara langsung.
AI dan kemampuan untuk menganalisis adalah memang tema yang umum. Namun, para peneliti menceritakan mimpi masa depan AI. Tentunya, mereka juga mendiskusikan tentang kemungkinan versi terbaru untuk perbaikan teknologi AI. Umumnya, para peneliti membicarakan tentang personalisasi pengobatan, penggunaan pesawat nirawak untuk memprediksi badai dan kemungkinan pengiriman manusia ke Mars. Dengan segala skenario itu bergantung pada komputer.
“Analisis data dengan komputer dan sensor dan dikaitkan dengan ilmu biologi menjadi kajian yang menarik,” ujar Daphne Koller, pendiri pelayanan pembelajaran online Coursera, dilansir Fortune. “Terobosan AI yang paling berkembang dalam bidang perawatan kesehatan, keuangan, dan industri berkaitan dengan data. AI sudah mewabah di semua industri,” ujarnya.
Bukan hanya solusi semata yang dipikirkan para ahli. Mereka juga membicarakan tentang dampak dan permasalahan yang bisa diciptakan oleh perkembangan AI. Pasalnya, AI tetap menjadi hal yang membingungkan dan bisa menciptakan dunia yang rumit. Para peneliti masih berusaha untuk mengungkapkan bagaimana penyelesaiannya. Faktanya, sebagian pengusaha dan ilmuwan berharap AI akan menjadikan masa depan lebih baik.
(don)