Vaksin Malaria Pertama di Dunia Dites di Malawi
A
A
A
LILONGWE - Vaksin malaria pertama di dunia untuk anak-anak mulai diberikan di Malawi. Vaksin RTS,S itu melatih sistem imun untuk menyerang parasit malaria yang menyebar melalui gigitan nyamuk. Sebelumnya, uji coba menunjukkan bahwa hampir 40% anak usia 5 hingga 17 bulan yang mendapat vaksin itu dapat terlindungi.
Kasus malaria tampaknya meningkat lagi setelah satu dekade kesuksesan memerangi penyakit mematikan itu. ”Ini momen penting untuk imunisasi, kontrol malaria dan kesehatan publik,” kata Dr Kate O’Brien, Direktur Imunisasi dan Vaksin di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada BBC.
Menurut data tahunan terbaru, kasus malaria global tidak lagi turun sehingga memicu kekhawatiran tentang peningkatannya.Malawi menjadi tiga negara yang pertama dipilih untuk uji coba vaksin tersebut.
Vaksin itu akan diberikan kepada 120.000 anak berusia dua tahun dan di bawah dua tahun. Dua negara lain, Ghana dan Kenya, akan mendapatkan vaksin itu dalam beberapa pekan mendatang.
Tiga negara itu dipilih karena telah menjalankan banyak program untuk memerangi malaria, termasuk menggunakan kelambu tempat tidur, tapi masih memiliki kasus malaria yang tinggi.
Malaria membunuh sekitar 435.000 orang di penjuru dunia setiap tahun, mayoritas anak-anak. Sebagian besar korban tewas ada di Afrika, tempat lebih dari 250.000 anak meninggal dunia setiap tahun, menurut data WHO.
”Malaria penyakit yang sangat sulit untuk pengembangan vaksinnya,” kata Dr O’Brien. Pengujian awal vaksin itu dimulai pada 2009. ”Ada tujuh negara yang terlibat dalam uji coba skala besar pada lebih dari 15.000 anak,” kata Dr David Schellenberg yang bekerja untuk pengembangan vaksin itu bersama WHO.
”Uji coba itu menunjukkan dengan jelas bahwa vaksin itu aman dan efektif dalam mencegah kasus malaria dan kondisi malaria yang parah,” papar dia. Vaksin itu membutuhkan waktu lebih dari tiga dekade untuk membuatnya, melibatkan para pakar dari perusahaan obat GSK yang menciptakannya pada 1987.
Beberapa tahun pengujian oleh sejumlah organisasi, termasuk Path Malaria Vaccine Initiative, memakan biaya sekitar USD1 miliar hingga saat ini.
Dr Schellenberg menjelaskan, vaksin ini menambah jumlah cara pencegahan, seperti juga kelambu tidur dan insektisida yang sudah lama digunakan. (Syarifudin)
Kasus malaria tampaknya meningkat lagi setelah satu dekade kesuksesan memerangi penyakit mematikan itu. ”Ini momen penting untuk imunisasi, kontrol malaria dan kesehatan publik,” kata Dr Kate O’Brien, Direktur Imunisasi dan Vaksin di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada BBC.
Menurut data tahunan terbaru, kasus malaria global tidak lagi turun sehingga memicu kekhawatiran tentang peningkatannya.Malawi menjadi tiga negara yang pertama dipilih untuk uji coba vaksin tersebut.
Vaksin itu akan diberikan kepada 120.000 anak berusia dua tahun dan di bawah dua tahun. Dua negara lain, Ghana dan Kenya, akan mendapatkan vaksin itu dalam beberapa pekan mendatang.
Tiga negara itu dipilih karena telah menjalankan banyak program untuk memerangi malaria, termasuk menggunakan kelambu tempat tidur, tapi masih memiliki kasus malaria yang tinggi.
Malaria membunuh sekitar 435.000 orang di penjuru dunia setiap tahun, mayoritas anak-anak. Sebagian besar korban tewas ada di Afrika, tempat lebih dari 250.000 anak meninggal dunia setiap tahun, menurut data WHO.
”Malaria penyakit yang sangat sulit untuk pengembangan vaksinnya,” kata Dr O’Brien. Pengujian awal vaksin itu dimulai pada 2009. ”Ada tujuh negara yang terlibat dalam uji coba skala besar pada lebih dari 15.000 anak,” kata Dr David Schellenberg yang bekerja untuk pengembangan vaksin itu bersama WHO.
”Uji coba itu menunjukkan dengan jelas bahwa vaksin itu aman dan efektif dalam mencegah kasus malaria dan kondisi malaria yang parah,” papar dia. Vaksin itu membutuhkan waktu lebih dari tiga dekade untuk membuatnya, melibatkan para pakar dari perusahaan obat GSK yang menciptakannya pada 1987.
Beberapa tahun pengujian oleh sejumlah organisasi, termasuk Path Malaria Vaccine Initiative, memakan biaya sekitar USD1 miliar hingga saat ini.
Dr Schellenberg menjelaskan, vaksin ini menambah jumlah cara pencegahan, seperti juga kelambu tidur dan insektisida yang sudah lama digunakan. (Syarifudin)
(nfl)