Cegah Gangguan Jiwa Pasca Pemilu dan Efek Perang di Sosmed

Sabtu, 27 April 2019 - 00:08 WIB
Cegah Gangguan Jiwa Pasca Pemilu dan Efek Perang di Sosmed
Cegah Gangguan Jiwa Pasca Pemilu dan Efek Perang di Sosmed
A A A
JAKARTA - Dipredeksi Usai pemilihan umum 2019, 17 April banyak calon legislatif yang akan mengalami gangguan jiwa, tak hanya itu para Ahli juga memperingatkan bahwa efek perang argumen di sosial media

Bertempat di Auditorium Rumpun Ilmu Kesehatan UI, Program Vokasi Humas UI bersama Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menyelenggarakan talkshow kesehatan, bertemakan “Mental and Nutrition Management”.

Kegiatan yang dihadiri lebih dari 500 peserta ini menghadirkan dr. Gia Pratama,MD, dokter selebtwit; dr. Anna Maurina.S,SIKom,M.Gizi,SpG, dokter gizi di Klinik Gizi RSUI, dan dr. Fransisika M.Kaligis,Sp.KJ(K) dokter psikiatri RSUI.

“Pesta demokrasi Indonesia pada 17 April lalu banyak, diikuti oleh potensi gangguan mental akibat stres usai Pemilu. Stres itu bisa terjadi pada calon legislatif (caleg) yang gagal meraup suara. Mungkin terlihat sepele namun jika ekspektasi calon-calon yang terlalu tinggi, ketika realitanya tidak sama, mereka menjadi sangat tegang hingga berujung depresi. Terlebih 21% persen atau 930 caleg berusia 21-35 tahun atau Millennial. Ini harus menjadi cacatan penting bagi kita yang mungkin rekan, kerabat untuk selalu memberi dukungan positif dalam mencegah terjadinya depresi yang berkepanjangan,” lanjut Devie, Ketua Program Studi Vokasi Humas UI dalam keterangan persnya di Jakarta,

Asosiasi Profesional Dokter Anak di Amerika sudah memperingati efek aktivitas bersosial media yang buruk untuk kesehatan mental remaja dan anak muda lainnya, studi ini dilakukan tahun 2014 pada usia 19 hingga 32 tahun yang gemar bermedia sosial seperti Facebook dan Instagram.

" Efek dari berselancar di media sosial, hasilnya ada sekitar 50 persen dari peserta penelitian ini melaporkan mengalami gangguan tidur sebagai efek media sosial yang tidak langsung. Kurang tidur bisa meningkatkan risiko insomnia, kelelahan, yang berujung pada ketidaksabilan mental” ujar Devie, peneliti komunikasi kesehatan Vokasi UI.

Informasi di atas diamini oleh dr. Fransiska, dokter kesehatan mental RS UI “ Kalau dahulu depresi isu usia 40-50 tahunan sekarang 20 tahunan. Hingga millennial adalah generasi yang paling sering berkunjung ke dokter. “

Cara mengelola stress dengan Konsumsi makanan sehat. Hindari makan yang berlebihan, Olahraga 30 menit sehari sebanyak 3-5x per minggu, relakasi, yoga, meditasi, istirahat yang cukup, dukungan dari keluaarga dan teman, mengubah sikap dan cara berpikir seperti banyaknya tugas, dipikirnya tidak bisa ngelakuin apapun dengan benar tapi diubah berpikirnya dengan tugas yang banyak, perlu tentuin tugas mana yang harus diselesaikan, “ himbau dr. Fransisca

Sedangkan dr. Gia Pratama menyampaikan bahwa “You are what you eat, kalian akan menjadi seperti sekarang sesuai dengan apa yang kalian makan, sel tubuh itu terbentuk dari apa yang dimakan, karna bahan baku terbentuknya sel dari asam amino dan asam lemak tidak jenuh dari apa yang kalian makan.

Fungsi olahraga ada 20 lebih, tidak ada obat yang dapat mengantikan manfaat olahraga dan tidur cukup. Manusia itu bagaikan negara kesatuan sel. Sayangnya ada kontrak biologis. Di DNA manusia tertulis jobdesc dan umurnya”.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1638 seconds (0.1#10.140)