Lewat Inovasi, Universitas Syiah Kuala Kembangkan Minyak Asiri
A
A
A
BANDA ACEH - Negara mencoba hadir di tengah upaya perguruan tinggi menciptakan inovasi di bidang industri minyak asiri dengan menghadirkan Forum Inovasi dan Bisnis Klaster Nilam di Aceh. Forum itu terselenggara berkat kerja sama Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti dan Atsiri Research Center (ARC) -Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Selain diskusi, pada kegiatan ini juga dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Kemitraan dalam Pengembangan Industri Nilam Aceh sebagai Implementasi Program Klaster Inovasi antara PT Haldin Pasifik Semesta dengan ARC-Universitas Syiah Kuala.
Ditambah kegiatan kunjungan ke lokasi Nilam Innovation Park (Ninopark)-ARC, Laboratorium Kultur Jaringan Nilam, peresmian Green House pembibitan nilam, penyerahan bibit nilam varietas unggul kepada para petani, dan penanaman bibit nilam bersama di kebun percontohan. Di tempat terpisah, juga dilaksanakan Business Forum di kantor Perwakilan Bank Indonesia Banda Aceh yang dihadiri oleh stakeholder inovasi.
Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe, menegaskan, dalam konteks pembangunan daerah, strategi pembangunan difokuskan kepada penggarapan bisnis unggulan baru dengan mengembangkan potensi bisnis yang berbasis pada PUD. Berbagai macam PUD yang bisa dikembangkan, antara lain komoditas pertanian, perkebunan, kehutanan, hortikultura hingga industri kreatif.
Strategi ini adalah upaya untuk mencari dan memanfaatkan peluang bisnis baru. Mangingat tingkat daya saing nasional, dibentuk dan didukung oleh kemampuan daya saing daerah yang memiliki karakteristik aktivitas ekonomi, infrastruktur, sumber daya alam, kearifan lokal, serta kualitas sumber daya manusia yang beragam.
Klaster Inovasi Berbasis PUD merupakan entitas bisnis kolaboratif yang melibatkan berbagai stakeholder inovasi khususnya pemerintah daerah, perguruan tinggi, badan usaha dan masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir, Kemeristekdikti memberikan insentif penyusunan masterplan, model dan implementasi berupa bantuan peralatan produksi hanya sebagai trigger, agar unit bisnis yang berbasis PUD ini bisa terbentuk dan beroperasi.
Selanjutnya, upaya pengembangan dan keberlanjutan usahanya, selain tumbuh di lingkungan usaha yang kondusif (dukungan regulasi), juga memanfaatkan teknologi dan sumber daya manusia, serta membutuhkan bantuan pendanaan dari lembaga pembiayaan.
“Negara seperti Jepang dan Taiwan sudah sejak lama mengembangkan ekonomi kolaborasi. Kedua negara tersebut menjelma sebagai kekuatan ekonomi dunia bukan karena konglomerasi. Jepang dan Taiwan menjadi besar justru karena banyaknya usaha kecil dan menengah yang ada di negara itu. UKM di Jepang dan Taiwan memang ditopang sumber daya manusia yang kuat dan mampu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi,” kata Jumain.
Sementara Kasubdit Kemitraan Strategis dan Wahana Inovasi, Eka Gandara mengutarakan, Pendekatan Model Pengembangan Klaster Inovasi tidak sekadar sebagai konsep. Tetapi juga sebagai platform nasional baik dalam konteks pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan, maupun peningkatan daya saing produk inovasi daerah.
“Melalui program implementasi klaster inovasi PUD Nilam Aceh, kami ingin mengeksploitasi dan mengangkat kembali kejayaan minyak atsiri nilam Aceh yang sejak dahulu kala dikenal dengan keunikan kandungan pachouli alcohol-nya dan menjadi komoditas ekspor ke berbagai negara di Eropa,” tandasnya.
Selain diskusi, pada kegiatan ini juga dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Kemitraan dalam Pengembangan Industri Nilam Aceh sebagai Implementasi Program Klaster Inovasi antara PT Haldin Pasifik Semesta dengan ARC-Universitas Syiah Kuala.
Ditambah kegiatan kunjungan ke lokasi Nilam Innovation Park (Ninopark)-ARC, Laboratorium Kultur Jaringan Nilam, peresmian Green House pembibitan nilam, penyerahan bibit nilam varietas unggul kepada para petani, dan penanaman bibit nilam bersama di kebun percontohan. Di tempat terpisah, juga dilaksanakan Business Forum di kantor Perwakilan Bank Indonesia Banda Aceh yang dihadiri oleh stakeholder inovasi.
Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe, menegaskan, dalam konteks pembangunan daerah, strategi pembangunan difokuskan kepada penggarapan bisnis unggulan baru dengan mengembangkan potensi bisnis yang berbasis pada PUD. Berbagai macam PUD yang bisa dikembangkan, antara lain komoditas pertanian, perkebunan, kehutanan, hortikultura hingga industri kreatif.
Strategi ini adalah upaya untuk mencari dan memanfaatkan peluang bisnis baru. Mangingat tingkat daya saing nasional, dibentuk dan didukung oleh kemampuan daya saing daerah yang memiliki karakteristik aktivitas ekonomi, infrastruktur, sumber daya alam, kearifan lokal, serta kualitas sumber daya manusia yang beragam.
Klaster Inovasi Berbasis PUD merupakan entitas bisnis kolaboratif yang melibatkan berbagai stakeholder inovasi khususnya pemerintah daerah, perguruan tinggi, badan usaha dan masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir, Kemeristekdikti memberikan insentif penyusunan masterplan, model dan implementasi berupa bantuan peralatan produksi hanya sebagai trigger, agar unit bisnis yang berbasis PUD ini bisa terbentuk dan beroperasi.
Selanjutnya, upaya pengembangan dan keberlanjutan usahanya, selain tumbuh di lingkungan usaha yang kondusif (dukungan regulasi), juga memanfaatkan teknologi dan sumber daya manusia, serta membutuhkan bantuan pendanaan dari lembaga pembiayaan.
“Negara seperti Jepang dan Taiwan sudah sejak lama mengembangkan ekonomi kolaborasi. Kedua negara tersebut menjelma sebagai kekuatan ekonomi dunia bukan karena konglomerasi. Jepang dan Taiwan menjadi besar justru karena banyaknya usaha kecil dan menengah yang ada di negara itu. UKM di Jepang dan Taiwan memang ditopang sumber daya manusia yang kuat dan mampu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi,” kata Jumain.
Sementara Kasubdit Kemitraan Strategis dan Wahana Inovasi, Eka Gandara mengutarakan, Pendekatan Model Pengembangan Klaster Inovasi tidak sekadar sebagai konsep. Tetapi juga sebagai platform nasional baik dalam konteks pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan, maupun peningkatan daya saing produk inovasi daerah.
“Melalui program implementasi klaster inovasi PUD Nilam Aceh, kami ingin mengeksploitasi dan mengangkat kembali kejayaan minyak atsiri nilam Aceh yang sejak dahulu kala dikenal dengan keunikan kandungan pachouli alcohol-nya dan menjadi komoditas ekspor ke berbagai negara di Eropa,” tandasnya.
(mim)