Ahli Beberkan Hasil Riset Soal Gejala Asma dan Cara Mengatasinya

Jum'at, 18 Oktober 2019 - 05:02 WIB
Ahli Beberkan Hasil...
Ahli Beberkan Hasil Riset Soal Gejala Asma dan Cara Mengatasinya
A A A
JAKARTA - Salah satu masalah pernapasan yang umum di masyarakat adalah penyakit asma. Orang yang mengalami sesak napas seringkali diidentikkan dengan penyakit asma. Tak ada yang salah memang. Akan tetapi, di samping sesak napas, masih ada tanda-tanda penyakit asma yang penting untuk diketahui.

Penyakit asma adalah suatu penyakit jangka panjang yang terjadi pada saluran pernapasan dengan ciri khas terjadi penyempitan dan peradangan saluran napas. Penyempitan tersebut terjadi ketika penderita terpapar pencetusnya. Misalnya, asap rokok, bulu binatang, cuaca dingin, dan sebagainya.

Di sisi lain, Anda juga harus mewaspadai penyakit gangguan pernapasan yang satu ini. Pasalnya, menurut data World Health Organization (WHO) dan Global Initiative for Asthma (GINA), pada 2011 diperkirakan ada 300 juta penderita asma di seluruh dunia. Jumlah ini diprediksi akan meningkat hingga mencapai 400 juta pada 2025.

Di Indonesia sendiri, ada sekitar 2,4 persen penderita asma menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Hal ini ditenggarai akibat kualitas udara yang semakin buruk serta pola hidup masyarakat diduga merupakan pemicu peningkatan jumlah penderita penyakit asma.

Jika Anda mengalami penyakit asma sejak kecil, tanda dan gejalanya dapat hilang atau berkurang saat dewasa. Meski demikian, penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Anda hanya dapat mengendalikan gejala dan kekambuhannya dengan menghindari pencetusnya.

Mengutip klikdokter, faktor pencetus munculnya tanda-tanda penyakit asma diantaranya adalah:

  • Alergen, seperti debu rumah, bulu hewan peliharaan
  • Naiknya asam lambung ke kerongkongan (refluks asam lambung/GERD)
  • Beberapa jenis obat tertentu, seperti obat tekanan darah tinggi golongan beta blocker, aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
  • Polutan seperti asap rokok, asap kendaraan
  • Faktor emosional atau strespsikologis


Seseorang tidak harus memiliki semua faktor di atas untuk dapat mengalami gejala asma. Salah satu faktor saja sudah dapat mencetuskan asma pada mereka yang memang berisiko.

Waspadai ragam tanda penyakit asma

Tanda utama penyakit asma yang khas adalah adanya kesulitan saat bernapas. Selain itu, tanda-tanda penyakit asma yang lain adalah:

  • Batuk (dapat berdahak atau tidak berdahak) yang biasanya akan memburuk di malam hari atau dengan aktivitas. Batuk juga umumnya muncul setelah penderitanya terkena faktor pencetus.


  • Suara napas berbunyi “ngik” atau yang disebut mengi. Mengi (wheezing) merupakan bunyi khas yang menjadi pertanda adanya penyempitan saluran napas.


Biasanya, bunyi ini terdengar saat penderita mengembuskan napas. Bila mengi terdengar cukup keras saat menarik napas atau membuang napas, derajat penyempitannya sudah cukup berat.

  • Rasa berat di dada yang terasa seperti diikat dan muncul saat serangan.


  • Dada terasa berdebar-debar.


  • Bicara terengah-engah hingga tidak mampu bicara sama sekali.


  • Bibir atau jari tampak menjadi biru dan teraba dingin.


  • Rasa mengantuk, lelah, pusing, bingung, hingga pingsan


Gejala tersebut terjadi berulang (hilang timbul) dan di antara dua serangan ada satu periode waktu bebas serangan (tanpa gejala penyakit sama sekali). Gejala dapat diredakan dengan menggunakan obat golongan bronkodilator.

Apabila mengalami tanda-tanda penyakit asma di atas, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter. Biasanya, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan apakah yang Anda alami merupakan tanda-tanda penyakit asma.

Nantinya, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah spirometri untuk menilai fungsi paru serta derajat penyempitan saluran napas serta rontgen dada. Melalui hasil pemeriksaan ini, dokter dapat menyimpulkan derajat asma yang diderita dan pengobatan yang tepat.

Pengobatan asma

Pengobatan utama penyakit asma adalah dengan menghindari pencetusnya. Oleh karena itu, penderita asma wajib mengetahui faktor apa yang memicu terjadinya kekambuhan hingga timbul serangan asma.

Tak hanya itu, mereka yang memiliki asma juga harus menjaga daya tahan tubuh tetap fit dan prima agar tidak mudah terkena penyakit. Hal ini karena serangan asma umumnya terjadi ketika penderitanya sedang mengalami infeksi saluran pernapasan atau daya tahan tubuh turun.

Dari segi obat-obatan, pengobatan penyakit asma terbagi menjadi dua, berdasarkan tujuannya. Pertama adalah obat untuk meredakan gejala (terutama saat terjadi serangan) yang disebut pelega (reliever). Adapun yang kedua adalah obat untuk mencegah kekambuhan yang disebut pengontrol (controller).

Untuk meredakan gejala, dokter umumnya akan memberikan obat berupa inhaler yang disemprot dan diisap oleh penggunanya. Zat pelega di dalam inhaler sendiri ada banyak jenisnya dan pemilihannya, yang ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.

Untuk mencegah kekambuhan, dokter dapat memberikan obat dalam bentuk inhaler dengan jenis zat aktif yang berbeda dengan obat pelega maupun dalam bentuk tablet.

Obat yang kerap disebut pengontrol ini biasanya dikonsumsi dalam waktu lebih lama dibandingkan pelega. Namun, dokter akan menurunkan dosisnya secara bertahap hingga pasien bebas dari tanda-tanda penyakit asma.

Penyakit asma adalah salah satu penyakit kronik dengan tanda-tanda yang cukup jelas, yakni sesak napas disertai keluhan pernapasan lainnya. Meski terbilang sulit disembuhkan, gejala dan tanda-tanda penyakit asma dapat dikendalikan dan ditekan. Itu sebabnya, penderita penyakit asma wajib melakukan kontrol rutin ke dokter dan menerapkan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh tetap terjaga.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1583 seconds (0.1#10.140)