Robograss Basmi Rumput Liar di Lapangan Sepak Bola
A
A
A
MAHASISWA Institut Teknologi Bandung menciptakan robot pembasmi rumput liar agar tidak merusak rumput asli. Teknologi ini menggunakan laser sebagai pengantar suhu panas ke rumput liar sebagai efek dari perubahan suhu ekstrem, yang dapat mematikan rumput tersebut.
Sepak bola adalah salah satu cabang olahraga yang paling digemari di seluruh dunia. Dunia sepak bola tidak mengenal usia tua ataupun muda, bisa bermain sepak bola atau tidak karena mereka semua melihat indahnya permainan sepak bola.
Untuk menunjang permainan sepak bola profesional, lapangan sepak bola yang baik dan terawat menjadi modal bagi para pemain. Salah satunya dengan perawatan jenis rumput yang digunakan di lapangan.
Jenis rumput yang biasa digunakan adalah Zoysiamatrella (ZM), Cynodondactylon (CD), dan Axonopuscompressus (AC). Rumput CD atau sering dikenal dengan nama rumput bermuda memiliki harga yang lebih murah daripada rumput ZM.
Melihat pentingnya fungsirumput bagi para pemain sepakbola, tiga mahasiswa ITB membuatrobot bernama Robograss. Mereka adalah Tafriyana, Syifauqulub AN,dan M Farhan A dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)-ITB program studi Teknik Elektro.
“Ide awalnya itu dari masalah beberapa lapangan sepak bola yang butuh perawatan khusus dalam membasmi rumput liar karena rumput itu sangat sensitif terhadap rumput liar dan dapat mematikan rumput aslinya yang dirawat,” kata Farhan.
Hadirnya Robograss membantu petugas kebersihan dalam membasmi rumput liar yang tidak diharapkan kehadirannya. Robot ini menggantikan metode manual yang sering dilakukan oleh petugas kebersihan, seperti mencabut rumput menggunakan tangan,dapat memakan waktu sangat lama dan kurang efisien.
“Robograss ini adalah robot pembasmi rumput liar di lapangan sepak bola, cara kerjanya adalah operator mengendalikan robot dimana robot itu akan bergerak secara semiotomatis di lapangan,” tambahnya.
Robot rancangan mahasiswa ITB memiliki fitur utama yang dapat bergerak di lapangan dan membasmi rumput liar. Pergerakan ini diatur oleh operator dengan menggunakan laptop dari jarak jauh.
Secara garis besar, proses pekerjaan yang dilakukan oleh Robograss meliputi bergerak, beroperasi dengan instruksi operator, menampilkan gambar tangkapan, dan membasmi rumput liar. Proses ini diharapkan menjadi solusi perawatan rumput lapangan sepak bola.
Dalam tahap awal, Robograss bergerak menyisir lapangan secara otomatis untuk mencari rumput liar. Operator menentukan area penyisiran lapangan sepak bola dan hanya perlu melihat layar untuk menentukan titik di mana terdapatrumput liar. “Robot ini mentransmisikancitra gambar rumput yang ada diposisi saat itu, jadi ketika operatormelihat bahwa ada rumput liar disekitar lapangan, operator dapat override(mengganti perintah) dan memberhentikan robot serta memilih lokasi dari rumput liar,”ungkap Farhan.
Farhan menjelaskan, robot bergerak dengan kecepatan minimum 14 cm/s. Pertimbangan pemilihan nilai ini didasarkan pada data B100, di mana disebutkan bahwa dalam durasi 4 jam alokasi,satu tenaga kerja dapat menyelesaikan area 200 m2.
Robograss dilengkapi dengan baterai lithium-polymer 10.000mAh yang mampu menampung energi untuk bekerja selama 2,5 jam dan mode standby hingga 6 jam. Keterbatasan baterai membuat Farhan dan rekannya menargetkan minimum 200 m2 selesai dalam waktu 2,5 jam.
Sistem pembasmian rumput liardirancang dengan menggunakanprinsip pemanasan atau teknologilaser. Laser mengeluarkan radiasipanas dengan suhu minimum 100 0C.
Tanaman dari golongan paling tahan terhadap suhu, memiliki threshold pada nilai 45 hingga 100 0C. pemilihan suhu minimum 100 0C karena pada suhu tersebut sel tanaman akan mengalami kerusakan sebagai aki bat dari perubahan panas ekstrem.
“Pembasmian menggunakanlaser karena cukup fokus, meskipun tidak langsung mematikan bagian akar rumput liar, tapi terasa cukup signifikan dan akan mati secara perlahan,” kata Farhan.
Kelebihan yang dimiliki oleh Robograss sendiri adalah membasmi rumput liar dengan tidak merusak tanaman rumput asli. Proses pembasmian untuk setiap tanaman diambil rata-rata 20 detik untuk targeting dan pemanasan.
“Untuk ke depannya, Robograss dapat ditargetkan mampu dikendalikan dalam jarak lebih dari 100 meter,” tambahnya.
Farhan dan tim menghabiskan dana sekitar Rp6 juta selama membuat robot ini.Dana ini tidak sepenuhnya berasal dari saku pribadi tim, tapi ada juga bantuan dari fakultas dan dosen pembimbing mereka.
"Kami dapatkan (dana) dari fakultas kampus sebesar Rp2 jutadan dana penelitian dosen. Dosen kami juga membantu mendanaipenelitian kami,” ucap Farhan.
Robograss terpilih menjadi salah satu karya yang ikut ditampilkan dalam kegiatan Electrical Engineering Days 2019 yang berlangsung pada Agustus lalu. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh prodi Teknik Elektro STEI-ITB dan HME-ITB di Aula Timur ITB.
Beberapa karya terbaik yang ditampilkan oleh sivitas ITB diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan di Indonesia kedepannya. Lebih khusus dengan adanya Robograss mampu menjaga kualitas lapangan sepak bola di Indonesia.
“Untuk uji coba sendiri sudah dilakukan di lapangan sepak bola Saraga dan efektivitasnya bergantung pada user sendiri sebagai pengguna yang mengendalikan robot. Tugas kedepannya dari pengembangan Robograss adalah fokus kepada pengembangan jarak antara robot dan user serta sistem kendali yang lebih baik lagi,” tambah Farhan.(Fandy)
Sepak bola adalah salah satu cabang olahraga yang paling digemari di seluruh dunia. Dunia sepak bola tidak mengenal usia tua ataupun muda, bisa bermain sepak bola atau tidak karena mereka semua melihat indahnya permainan sepak bola.
Untuk menunjang permainan sepak bola profesional, lapangan sepak bola yang baik dan terawat menjadi modal bagi para pemain. Salah satunya dengan perawatan jenis rumput yang digunakan di lapangan.
Jenis rumput yang biasa digunakan adalah Zoysiamatrella (ZM), Cynodondactylon (CD), dan Axonopuscompressus (AC). Rumput CD atau sering dikenal dengan nama rumput bermuda memiliki harga yang lebih murah daripada rumput ZM.
Melihat pentingnya fungsirumput bagi para pemain sepakbola, tiga mahasiswa ITB membuatrobot bernama Robograss. Mereka adalah Tafriyana, Syifauqulub AN,dan M Farhan A dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)-ITB program studi Teknik Elektro.
“Ide awalnya itu dari masalah beberapa lapangan sepak bola yang butuh perawatan khusus dalam membasmi rumput liar karena rumput itu sangat sensitif terhadap rumput liar dan dapat mematikan rumput aslinya yang dirawat,” kata Farhan.
Hadirnya Robograss membantu petugas kebersihan dalam membasmi rumput liar yang tidak diharapkan kehadirannya. Robot ini menggantikan metode manual yang sering dilakukan oleh petugas kebersihan, seperti mencabut rumput menggunakan tangan,dapat memakan waktu sangat lama dan kurang efisien.
“Robograss ini adalah robot pembasmi rumput liar di lapangan sepak bola, cara kerjanya adalah operator mengendalikan robot dimana robot itu akan bergerak secara semiotomatis di lapangan,” tambahnya.
Robot rancangan mahasiswa ITB memiliki fitur utama yang dapat bergerak di lapangan dan membasmi rumput liar. Pergerakan ini diatur oleh operator dengan menggunakan laptop dari jarak jauh.
Secara garis besar, proses pekerjaan yang dilakukan oleh Robograss meliputi bergerak, beroperasi dengan instruksi operator, menampilkan gambar tangkapan, dan membasmi rumput liar. Proses ini diharapkan menjadi solusi perawatan rumput lapangan sepak bola.
Dalam tahap awal, Robograss bergerak menyisir lapangan secara otomatis untuk mencari rumput liar. Operator menentukan area penyisiran lapangan sepak bola dan hanya perlu melihat layar untuk menentukan titik di mana terdapatrumput liar. “Robot ini mentransmisikancitra gambar rumput yang ada diposisi saat itu, jadi ketika operatormelihat bahwa ada rumput liar disekitar lapangan, operator dapat override(mengganti perintah) dan memberhentikan robot serta memilih lokasi dari rumput liar,”ungkap Farhan.
Farhan menjelaskan, robot bergerak dengan kecepatan minimum 14 cm/s. Pertimbangan pemilihan nilai ini didasarkan pada data B100, di mana disebutkan bahwa dalam durasi 4 jam alokasi,satu tenaga kerja dapat menyelesaikan area 200 m2.
Robograss dilengkapi dengan baterai lithium-polymer 10.000mAh yang mampu menampung energi untuk bekerja selama 2,5 jam dan mode standby hingga 6 jam. Keterbatasan baterai membuat Farhan dan rekannya menargetkan minimum 200 m2 selesai dalam waktu 2,5 jam.
Sistem pembasmian rumput liardirancang dengan menggunakanprinsip pemanasan atau teknologilaser. Laser mengeluarkan radiasipanas dengan suhu minimum 100 0C.
Tanaman dari golongan paling tahan terhadap suhu, memiliki threshold pada nilai 45 hingga 100 0C. pemilihan suhu minimum 100 0C karena pada suhu tersebut sel tanaman akan mengalami kerusakan sebagai aki bat dari perubahan panas ekstrem.
“Pembasmian menggunakanlaser karena cukup fokus, meskipun tidak langsung mematikan bagian akar rumput liar, tapi terasa cukup signifikan dan akan mati secara perlahan,” kata Farhan.
Kelebihan yang dimiliki oleh Robograss sendiri adalah membasmi rumput liar dengan tidak merusak tanaman rumput asli. Proses pembasmian untuk setiap tanaman diambil rata-rata 20 detik untuk targeting dan pemanasan.
“Untuk ke depannya, Robograss dapat ditargetkan mampu dikendalikan dalam jarak lebih dari 100 meter,” tambahnya.
Farhan dan tim menghabiskan dana sekitar Rp6 juta selama membuat robot ini.Dana ini tidak sepenuhnya berasal dari saku pribadi tim, tapi ada juga bantuan dari fakultas dan dosen pembimbing mereka.
"Kami dapatkan (dana) dari fakultas kampus sebesar Rp2 jutadan dana penelitian dosen. Dosen kami juga membantu mendanaipenelitian kami,” ucap Farhan.
Robograss terpilih menjadi salah satu karya yang ikut ditampilkan dalam kegiatan Electrical Engineering Days 2019 yang berlangsung pada Agustus lalu. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh prodi Teknik Elektro STEI-ITB dan HME-ITB di Aula Timur ITB.
Beberapa karya terbaik yang ditampilkan oleh sivitas ITB diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan di Indonesia kedepannya. Lebih khusus dengan adanya Robograss mampu menjaga kualitas lapangan sepak bola di Indonesia.
“Untuk uji coba sendiri sudah dilakukan di lapangan sepak bola Saraga dan efektivitasnya bergantung pada user sendiri sebagai pengguna yang mengendalikan robot. Tugas kedepannya dari pengembangan Robograss adalah fokus kepada pengembangan jarak antara robot dan user serta sistem kendali yang lebih baik lagi,” tambah Farhan.(Fandy)
(nfl)