Januari 2020 Menjadi Bulan Terpanas di Bumi dalam 141 Tahun Terakhir
A
A
A
MARYLAND - Januari 2020 menjadi bulan terpanas di Bumi sepanjang sejarah. Menurut penelitian National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), bulan lalu rata-rata suhu di daratan dan permukaan laut mencapai 1,14 celsius.
Tingkat kepanasan ini melebihi yang pernah tercatat pada Januari 2015, yakni sebesar 0,02 celsius. Januari tahun ini menjadi angka tertinggi sejak 141 tahun lalu, saat pencatatan suhu Bumi dimulai.
Namun, sepertinya panasnya Bumi di Januari bukanlah hal yang mengejutkan. Sebab, sepanjang 2019 menjadi tahun terpanas kedua yang pernah terjadi di Bumi. Pada Juni 2019, peneliti mencatat suhu tertinggi terjadi di Antartika.
Dalam laporan NOAA, beberapa bagian di Rusia, Skandinavia, dan Kanada bagian timur, mengalami peningkatan suhu tanah yang membuatnya lebih hangat. Suhu di sana menjadi 5 celsius di atas rata-rata.
Peneliti mengungkapkan, panasnya Bumi lebih cepat dari yang diperkirakan. Beberapa pihak memperkirakan, bahwa gas emisi saat ini akan memanaskan planet Biru lebih dari 1,5 celsius.
Dengan naiknya suhu, efek yang timbul dapat mencairkan hampir 3,2 juta km persegi lapisan es Kutub Utara. Bahkan, pemanasan dapat menghancurkan lebih dari 70% terumbu karang laut, dan mengekspos 14% populasi global.
Efek yang dirasakan langsung oleh penduduk Bumi adalah banjir dan badai dengan intensitas lebih kuat, serta kekeringan yang dapat melanda beberapa wilayah.
Tingkat kepanasan ini melebihi yang pernah tercatat pada Januari 2015, yakni sebesar 0,02 celsius. Januari tahun ini menjadi angka tertinggi sejak 141 tahun lalu, saat pencatatan suhu Bumi dimulai.
Namun, sepertinya panasnya Bumi di Januari bukanlah hal yang mengejutkan. Sebab, sepanjang 2019 menjadi tahun terpanas kedua yang pernah terjadi di Bumi. Pada Juni 2019, peneliti mencatat suhu tertinggi terjadi di Antartika.
Dalam laporan NOAA, beberapa bagian di Rusia, Skandinavia, dan Kanada bagian timur, mengalami peningkatan suhu tanah yang membuatnya lebih hangat. Suhu di sana menjadi 5 celsius di atas rata-rata.
Peneliti mengungkapkan, panasnya Bumi lebih cepat dari yang diperkirakan. Beberapa pihak memperkirakan, bahwa gas emisi saat ini akan memanaskan planet Biru lebih dari 1,5 celsius.
Dengan naiknya suhu, efek yang timbul dapat mencairkan hampir 3,2 juta km persegi lapisan es Kutub Utara. Bahkan, pemanasan dapat menghancurkan lebih dari 70% terumbu karang laut, dan mengekspos 14% populasi global.
Efek yang dirasakan langsung oleh penduduk Bumi adalah banjir dan badai dengan intensitas lebih kuat, serta kekeringan yang dapat melanda beberapa wilayah.
(wbs)