Dua Kali dalam Setahun, Jakarta Siang Hari Ini Tanpa Bayangan
A
A
A
JAKARTA - Hari ini ada fenomena alam langka terjadi di Kota Jakarta. Tepat siang tengah hari nanti, siapapun akan kehilangan bayangannya. Di mana seluruh bayangan benda tegak akan hilang karena berhimpit dengan titik tumpuan bendanya.
“Fenomena ini terjadi karena posisi Matahari saat itu tepat berada di Titik Zenith Kota Jakarta. Seluruh bayangan benda tegak akan mengarah ke pusat Bumi atau ke Titik Nadir Jakarta,” kata Kepala Satuan Pelaksana Teknis Pertunjukkan dan Publikasi UP PKJ TIM Jakarta, Eko Wahyu Wibowo kepada SINDOnews melalui pesan singkatnya, Rabu (4/3/3020).
Mengapa Hari Tanpa Bayangan Dapat Terjadi di Titik Zenith Kota Jakarta?
Eko menjelaskan, hari tanpa bayangan hanya dapat terjadi di daerah tropik antara lintang 23½° LU (sebut sebagai garis Balik Utara) sampai dengan 23½° LS (sebut sebagai Garis Balik Selatan).
“Karena daerah peredaran lingkaran gerak semu harian Matahari bolak-balik antara kedua garis balik ini dengan periode setahun penuh. Oleh karena kota Jakarta berada di daerah tropik, maka akan mengalami dua kali hari tanpa bayangan dalam setahun,” tutur Eko.
Pertama, ungkap dia, saat Matahari melintasi Titik Zenith Kota Jakarta menuju Khatulistiwa. Tepatnya pada 4 Maret 2020 dan yang kedua tanggal 8 Oktober 2020 saat Matahari meninggalkan Khatulistiwa menuju Garis Balik Selatan.
Tanggal berlangsungnya fenomena ini dari tahun ke tahun relatif tetap. Seandainya ada pergeseran, hanya dalam kisaran 1 hari saja. Secara astronomis, fenomena ini terjadi saat deklinasi Matahari nilainya sama atau berdekatan dengan lintang pengamat Jakarta.
“Lintang Jakarta berada di kisaran 6° 11’ S. Matahari tepat di Titik Zenith Kota Jakarta pada 4 Maret 2020 pukul 12:04:19 WIB dan pada tanggal 8 Oktober 2020 pukul 11:40:08 WIB,” sebut Eko.
Terkait fenomena alam tersebut, pihaknya menggelar Penelitian dan Peliputan Jakarta Tanpa Bayangan yang akan dilakukan di rooftop Gedung Planetarium dan Observatorium UP PKJ TIM. Kegiatan menggunakan beberapa alat bantu penelitian serta teleskop.
Acara akan diselenggarakan pada Rabu, tanggal 4 Maret 2020 pukul 07.30- 15.30 WIB dan diikuti oleh Klub Astronomi (KASTRO) yang berada di wilayah Jabodetabek, serta perwakilan dari komunitas Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ), alumni Olimpiade Sains bidang Astronomi yang tergabung dalam Forum Pelajar Astronomi (FPA), forum Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA seJabodetabek yang tergabung dalam Forum of Scientist Teenagers (FOSCA), dan Forum Guru Astronomi Provinsi DKI Jakarta.
“Planetarium dan Observatorium UP PKJ TIM juga mengajak beberapa komunitas astronomi dari beberapa kota di luar Jabodetabek yang akan mengambil data bersamaan dengan kegiatan di Jakarta. Hingga saat ini sudah terdapat 11 komunitas astronomi yang berkenan untuk pengambilan data di wilayah komunitas masing-masing,” katanya.
“Fenomena ini terjadi karena posisi Matahari saat itu tepat berada di Titik Zenith Kota Jakarta. Seluruh bayangan benda tegak akan mengarah ke pusat Bumi atau ke Titik Nadir Jakarta,” kata Kepala Satuan Pelaksana Teknis Pertunjukkan dan Publikasi UP PKJ TIM Jakarta, Eko Wahyu Wibowo kepada SINDOnews melalui pesan singkatnya, Rabu (4/3/3020).
Mengapa Hari Tanpa Bayangan Dapat Terjadi di Titik Zenith Kota Jakarta?
Eko menjelaskan, hari tanpa bayangan hanya dapat terjadi di daerah tropik antara lintang 23½° LU (sebut sebagai garis Balik Utara) sampai dengan 23½° LS (sebut sebagai Garis Balik Selatan).
“Karena daerah peredaran lingkaran gerak semu harian Matahari bolak-balik antara kedua garis balik ini dengan periode setahun penuh. Oleh karena kota Jakarta berada di daerah tropik, maka akan mengalami dua kali hari tanpa bayangan dalam setahun,” tutur Eko.
Pertama, ungkap dia, saat Matahari melintasi Titik Zenith Kota Jakarta menuju Khatulistiwa. Tepatnya pada 4 Maret 2020 dan yang kedua tanggal 8 Oktober 2020 saat Matahari meninggalkan Khatulistiwa menuju Garis Balik Selatan.
Tanggal berlangsungnya fenomena ini dari tahun ke tahun relatif tetap. Seandainya ada pergeseran, hanya dalam kisaran 1 hari saja. Secara astronomis, fenomena ini terjadi saat deklinasi Matahari nilainya sama atau berdekatan dengan lintang pengamat Jakarta.
“Lintang Jakarta berada di kisaran 6° 11’ S. Matahari tepat di Titik Zenith Kota Jakarta pada 4 Maret 2020 pukul 12:04:19 WIB dan pada tanggal 8 Oktober 2020 pukul 11:40:08 WIB,” sebut Eko.
Terkait fenomena alam tersebut, pihaknya menggelar Penelitian dan Peliputan Jakarta Tanpa Bayangan yang akan dilakukan di rooftop Gedung Planetarium dan Observatorium UP PKJ TIM. Kegiatan menggunakan beberapa alat bantu penelitian serta teleskop.
Acara akan diselenggarakan pada Rabu, tanggal 4 Maret 2020 pukul 07.30- 15.30 WIB dan diikuti oleh Klub Astronomi (KASTRO) yang berada di wilayah Jabodetabek, serta perwakilan dari komunitas Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ), alumni Olimpiade Sains bidang Astronomi yang tergabung dalam Forum Pelajar Astronomi (FPA), forum Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA seJabodetabek yang tergabung dalam Forum of Scientist Teenagers (FOSCA), dan Forum Guru Astronomi Provinsi DKI Jakarta.
“Planetarium dan Observatorium UP PKJ TIM juga mengajak beberapa komunitas astronomi dari beberapa kota di luar Jabodetabek yang akan mengambil data bersamaan dengan kegiatan di Jakarta. Hingga saat ini sudah terdapat 11 komunitas astronomi yang berkenan untuk pengambilan data di wilayah komunitas masing-masing,” katanya.
(mim)