ESA orbitkan satelit pintar perekam bencana
A
A
A
Sindonews.com - European Space Agency (ESA) meluncurkan satelit seharga miliaran Euro untuk merekam gambar jika terjadi bencana alam. Diberi nama Copernicus Earth, satelit ini diluncurkan dari pelabuhan antariksa Eropa di Guyana Perancis. Rencananya, Copernicus akan digunakan untuk memantau cairnya laut es, tumpahan minyak dan merespon keadaan darurat seperti banjir dan gempa bumi.
ESA merupakan program observasi bumi yang paling ambisius. Tidak tanggung-tanggung dana yang dihabiskan sekitar 8,4 miliar Euro atau USD11,5 miliar.
Copernicus akan membawa antena radar dan dua panel tenaga surya sepanjang 40 kaki. Satelit ini akan mengorbit pada ketinggian 693 km ( 439 mil) di atas bumi.
Satelit ini ditugaskan menyediakan data yang dapat membantu pembuat kebijakan pengembangan undang-undang lingkungan. Atau bisa juga memberikan informasi keadaan darurat seperti bencana alam atau krisis kemanusiaan .
"Satelit ini akan menjaga dan mengawasi planet kita," kata Direktur ESA, Thomas Reiter pada acara peluncuran di kota Darmstadt, Jerman, yang dikutip dari Reuters, Jumat, (4/4/2014).
Peluncuran Copernicus menjadi sangat mendesak setelah Eropa kehilangan kontak dengan satelit Envisat pada tahun 2012 setelah 10 tahun beroperasi.
"Sebuah langkah yang besar, kita sekarang dapat mencakup setiap tempat di Bumi setiap tiga sampai enam hari" ujar Direktur ESA Program Observasi Bumi, Volker Liebig menjelang peluncuran.
"Copernicus dimensinya lebih besar dari Envisat, dan jika Anda ingin menggunakan gambar untuk merekam bencana atau untuk menemukan sebuah pesawat, maka bisa menghasilan gambar sebaik mungkin," pungkas Liebig.
ESA merupakan program observasi bumi yang paling ambisius. Tidak tanggung-tanggung dana yang dihabiskan sekitar 8,4 miliar Euro atau USD11,5 miliar.
Copernicus akan membawa antena radar dan dua panel tenaga surya sepanjang 40 kaki. Satelit ini akan mengorbit pada ketinggian 693 km ( 439 mil) di atas bumi.
Satelit ini ditugaskan menyediakan data yang dapat membantu pembuat kebijakan pengembangan undang-undang lingkungan. Atau bisa juga memberikan informasi keadaan darurat seperti bencana alam atau krisis kemanusiaan .
"Satelit ini akan menjaga dan mengawasi planet kita," kata Direktur ESA, Thomas Reiter pada acara peluncuran di kota Darmstadt, Jerman, yang dikutip dari Reuters, Jumat, (4/4/2014).
Peluncuran Copernicus menjadi sangat mendesak setelah Eropa kehilangan kontak dengan satelit Envisat pada tahun 2012 setelah 10 tahun beroperasi.
"Sebuah langkah yang besar, kita sekarang dapat mencakup setiap tempat di Bumi setiap tiga sampai enam hari" ujar Direktur ESA Program Observasi Bumi, Volker Liebig menjelang peluncuran.
"Copernicus dimensinya lebih besar dari Envisat, dan jika Anda ingin menggunakan gambar untuk merekam bencana atau untuk menemukan sebuah pesawat, maka bisa menghasilan gambar sebaik mungkin," pungkas Liebig.
(dol)