Beijing Bangun Pusat Arkeologi Bawah Air di Laut China Selatan
Selasa, 21 Februari 2023 - 23:45 WIB
BEIJING - Pemerintah China telah mendirikan pusat arkeologi bawah air di Laut China Selatan, dalam upaya terbaru untuk mengkonsolidasikan klaimnya di perairan yang diperebutkan. Klaim Beijing atas sebagian besar Laut China Selatan , berdasarkan “sembilan garis putus-putus” disengketakan oleh negara-negara tetangga, termasuk Filipina, Vietnam, dan Malaysia.
Pada upacara peresmian di Provinsi Pulau Selatan Hainan, Direktur Administrasi Warisan Budaya Nasional Li Qun mengatakan bahwa Laut China Selatan yang luas adalah bagian penting dari Jalur Sutera Maritim. Li mengatakan pendirian pusat arkeologi itu sangat penting untuk mewariskan budaya tradisional Tiongkok dan menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan hak maritim.
“Ini membuat perairan (Laut China Selatan) menjadi rumah bagi artefak bawah laut terkaya dan penting bagi warisan budaya China,” kata Li, dalam postingan yang dikeluarkan oleh pemerintah China pada Senin 20 Februari 2023 ke platform media sosial WeChat dikutip SINDOnews dari laman SCMP, Selasa (21/2/2023).
China telah lama menganggap arkeologi bawah air sebagai cara untuk menunjukkan kedaulatannya. Termasuk dengan menghubungkan artefak jalur air ke bagian maritim Jalur Sutra bersejarah yang menghubungkan negara tersebut dengan Asia Tenggara, anak benua India, dan bahkan semenanjung Arab.
Dalam sebuah wawancara dengan Phoenix TV pada tahun 2015, wakil menteri kebudayaan saat itu Li Xiaojie mengatakan bahwa penelitian itu penting untuk memberikan bukti sejarah tentang aktivitas China pada masa lalu di daerah tersebut.
“Jika ada sejumlah besar peninggalan sejarah dari China kuno, khususnya bangkai kapal, atau bangunan dan prasasti di pulau-pulau, semua ini dapat menunjukkan bahwa secara historis China memiliki kedaulatan atas sebuah pulau, jalur pelayaran, dan aktivitas ekonomi dan perdagangan reguler di laut,” katanya.
Pusat Qionghai adalah yang terbaru dalam investasi besar China di bidang arkeologi laut, termasuk beberapa museum yang menyimpan porselen, koin, dan artefak lain dari Laut China Selatan. “Jadi arkeologi bawah air memang memiliki peran penting dalam menjaga kepentingan nasional, menunjukkan kedaulatan nasional dan memberikan bukti sejarah,” ujar Li Xiaojie.
Klaim Beijing di Laut China Selatan mendapat sanggahan pada tahun 2016 ketika pengadilan internasional di Den Haag memutuskan mendukung gugatan yang diajukan oleh Filipina. China menolak untuk mengambil bagian dalam arbitrase atau menerima putusan bahwa “tidak ada dasar hukum” untuk klaim China atas hak bersejarah atas sumber daya laut dalam sembilan garis putus-putus.
Menurut media pemerintah China, pembangunan pusat arkeologi bawah air telah direncanakan sejak 2012 dengan anggaran 250 juta yuan. Pembangunan tersebut, mencakup fasilitas untuk penelitian arkeologi dan pemulihan artefak kapal karam di Laut China Selatan.
Pada upacara peresmian di Provinsi Pulau Selatan Hainan, Direktur Administrasi Warisan Budaya Nasional Li Qun mengatakan bahwa Laut China Selatan yang luas adalah bagian penting dari Jalur Sutera Maritim. Li mengatakan pendirian pusat arkeologi itu sangat penting untuk mewariskan budaya tradisional Tiongkok dan menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan hak maritim.
“Ini membuat perairan (Laut China Selatan) menjadi rumah bagi artefak bawah laut terkaya dan penting bagi warisan budaya China,” kata Li, dalam postingan yang dikeluarkan oleh pemerintah China pada Senin 20 Februari 2023 ke platform media sosial WeChat dikutip SINDOnews dari laman SCMP, Selasa (21/2/2023).
Baca Juga
China telah lama menganggap arkeologi bawah air sebagai cara untuk menunjukkan kedaulatannya. Termasuk dengan menghubungkan artefak jalur air ke bagian maritim Jalur Sutra bersejarah yang menghubungkan negara tersebut dengan Asia Tenggara, anak benua India, dan bahkan semenanjung Arab.
Dalam sebuah wawancara dengan Phoenix TV pada tahun 2015, wakil menteri kebudayaan saat itu Li Xiaojie mengatakan bahwa penelitian itu penting untuk memberikan bukti sejarah tentang aktivitas China pada masa lalu di daerah tersebut.
“Jika ada sejumlah besar peninggalan sejarah dari China kuno, khususnya bangkai kapal, atau bangunan dan prasasti di pulau-pulau, semua ini dapat menunjukkan bahwa secara historis China memiliki kedaulatan atas sebuah pulau, jalur pelayaran, dan aktivitas ekonomi dan perdagangan reguler di laut,” katanya.
Pusat Qionghai adalah yang terbaru dalam investasi besar China di bidang arkeologi laut, termasuk beberapa museum yang menyimpan porselen, koin, dan artefak lain dari Laut China Selatan. “Jadi arkeologi bawah air memang memiliki peran penting dalam menjaga kepentingan nasional, menunjukkan kedaulatan nasional dan memberikan bukti sejarah,” ujar Li Xiaojie.
Baca Juga
Klaim Beijing di Laut China Selatan mendapat sanggahan pada tahun 2016 ketika pengadilan internasional di Den Haag memutuskan mendukung gugatan yang diajukan oleh Filipina. China menolak untuk mengambil bagian dalam arbitrase atau menerima putusan bahwa “tidak ada dasar hukum” untuk klaim China atas hak bersejarah atas sumber daya laut dalam sembilan garis putus-putus.
Menurut media pemerintah China, pembangunan pusat arkeologi bawah air telah direncanakan sejak 2012 dengan anggaran 250 juta yuan. Pembangunan tersebut, mencakup fasilitas untuk penelitian arkeologi dan pemulihan artefak kapal karam di Laut China Selatan.
(wib)
Lihat Juga :
tulis komentar anda