Bisakah Gempa Bumi Diprediksi? Ini 3 Elemen yang Harus Diperhatikan
Jum'at, 03 Maret 2023 - 08:42 WIB
Gempa susulan (aftershock) juga belum bisa diprediksi kapan dan lokasi tepatnya. Foto/Reuters
Teori yang berkembang saat ini sudah dapat menjelaskan bahwa sebuah gempa bumi utama dapat membangkitkan atau memicu aftershocks yang biasa disebut gempa susulan. Biasanya kekuatan gempa susulan lebih kecil, namun jika tidak diwaspadai berpotensi berbahaya.
Namun, sampai saat ini masih sulit untuk memperkirakan kapan rentetan gempa terjadi. Seperti beberapa kasus gempa bumi doublet, triplet (dua atau tiga kejadian gempabumi tektonik dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan), dan seterusnya.
Seismograf merekam getaran gempa bumi yang terjadi tiba-tiba. Foto/mrsc
Sebagai langkah mitigasi gempa bumi, para ilmuwan atau lembaga terkait menggunakan teknik probabilitas. Biasanya ini dilakukan dengan menghitung berdasarkan tingkat rata-rata aktivitas seismik masa lalu di suatu wilayah.
Teknik ini sangat berguna di suatu daerah yang telah terekam terjadi aktivitas gempa bumi dengan seismograf, alat pengukur kekuatan gempa yang pertama kali digunakan pada awal tahun 1900-an. Para ilmuwan dapat memperoleh informasi tambahan, meskipun kurang tepat, dengan memeriksa catatan geologis untuk berupa retakan gempa yang terjadi dalam sejarah kuno.
Teori yang berkembang saat ini sudah dapat menjelaskan bahwa sebuah gempa bumi utama dapat membangkitkan atau memicu aftershocks yang biasa disebut gempa susulan. Biasanya kekuatan gempa susulan lebih kecil, namun jika tidak diwaspadai berpotensi berbahaya.
Namun, sampai saat ini masih sulit untuk memperkirakan kapan rentetan gempa terjadi. Seperti beberapa kasus gempa bumi doublet, triplet (dua atau tiga kejadian gempabumi tektonik dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan), dan seterusnya.
3.Probabilitas Gempa
Seismograf merekam getaran gempa bumi yang terjadi tiba-tiba. Foto/mrsc
Sebagai langkah mitigasi gempa bumi, para ilmuwan atau lembaga terkait menggunakan teknik probabilitas. Biasanya ini dilakukan dengan menghitung berdasarkan tingkat rata-rata aktivitas seismik masa lalu di suatu wilayah.
Teknik ini sangat berguna di suatu daerah yang telah terekam terjadi aktivitas gempa bumi dengan seismograf, alat pengukur kekuatan gempa yang pertama kali digunakan pada awal tahun 1900-an. Para ilmuwan dapat memperoleh informasi tambahan, meskipun kurang tepat, dengan memeriksa catatan geologis untuk berupa retakan gempa yang terjadi dalam sejarah kuno.
(wib)
tulis komentar anda