China Bangun Kapal Raksasa di Dunia, Mampu Angkut 24.000 Kontainer
Rabu, 15 Maret 2023 - 20:18 WIB
BEIJING - China selesai membangun kapal kontainer terbesar di dunia yang mampu mengangkut 24.000 kontainer. Kapal kontainer yang diberi nama MSC Tessa ini pesanan Perusahaan Pelayaran Mediterania (Mediterranean Shipping Company/MSC).
Kapal kontainer berukuran panjang 399,99 meter dan lebar 61,5 meter dibangun oleh China State Shipbuilding Corporation (CSSC). Dengan luas dek sekitar empat kali lapangan sepak bola, kapal kontainer ini mampu memuat hingga 24.116 TEU kontainer sekaligus, ditumpuk hingga kedalaman 26.
Dikutip dari laman NewAtlas, Rabu (15/3/2024), MSC Tessa adalah kapal pertama yang mampu membawa lebih dari 24.000 kontainer. Menariknya, kapal kontainer ini memiliki ukuran, panjang dan lebarnya, hampir identik dengan kapal kontainer Triple-E Maersk tahun 2011. Maersk Triple-E selama 12 tahun menjadi kapal kontainer terbesar kapasitasnya 18.000 kontainer.
“Sedangkan kapal terbesar dalam sejarah, masih dipegang supertanker Seawise Giant, memiliki panjang 458,45 meter dan lebar 68,6 meter yang dibangun pada akhir tahun 70-an. Kebetulan, kapal raksasa itu tenggelam pada tahun 1988 oleh Angkatan Udara Irak,” tulis NewAtlas.
Kapal itu kemudian diselamatkan dan diperbaiki secara luar biasa untuk masuk kembali ke layanan pada tahun 1991. Setelah itu kapal tanker tetap beroperasi dalam satu kapasitas atau lainnya hingga akhir tahun 2009.
Tapi kapal kontainer tidak seperti supertanker, yang bisa mengirimkan muatannya melalui selang besar. Jadi ketika total tonase dan kapasitas peti kemas meningkat, ini sebagian besar adalah masalah mengoptimalkan desain kapal agar semakin banyak yang masuk ke kapal.
MSC Tessa berfokus pada efisiensi dan inovasi utamanya dalam hal ini adalah sistem "pelumas udara" berbasis gelembung yang mengurangi tarikan. CSSC mengklaim sistem ini mengurangi konsumsi energi dan emisi sebanyak 4%.
Perusahaan Pelayaran Mediterania mengharapkan tiga lagi kapal kontainer sejenis pada bulan Agustus. CSSC mengatakan kapal kontainer yang kedua dari empat telah menyelesaikan uji coba laut. Keempat kapal tersebut, menurut Offshore Energy, menelan biaya total sekitar USD600 juta atau Rp9,29 triliun.
Kapal kontainer berukuran panjang 399,99 meter dan lebar 61,5 meter dibangun oleh China State Shipbuilding Corporation (CSSC). Dengan luas dek sekitar empat kali lapangan sepak bola, kapal kontainer ini mampu memuat hingga 24.116 TEU kontainer sekaligus, ditumpuk hingga kedalaman 26.
Dikutip dari laman NewAtlas, Rabu (15/3/2024), MSC Tessa adalah kapal pertama yang mampu membawa lebih dari 24.000 kontainer. Menariknya, kapal kontainer ini memiliki ukuran, panjang dan lebarnya, hampir identik dengan kapal kontainer Triple-E Maersk tahun 2011. Maersk Triple-E selama 12 tahun menjadi kapal kontainer terbesar kapasitasnya 18.000 kontainer.
“Sedangkan kapal terbesar dalam sejarah, masih dipegang supertanker Seawise Giant, memiliki panjang 458,45 meter dan lebar 68,6 meter yang dibangun pada akhir tahun 70-an. Kebetulan, kapal raksasa itu tenggelam pada tahun 1988 oleh Angkatan Udara Irak,” tulis NewAtlas.
Kapal itu kemudian diselamatkan dan diperbaiki secara luar biasa untuk masuk kembali ke layanan pada tahun 1991. Setelah itu kapal tanker tetap beroperasi dalam satu kapasitas atau lainnya hingga akhir tahun 2009.
Tapi kapal kontainer tidak seperti supertanker, yang bisa mengirimkan muatannya melalui selang besar. Jadi ketika total tonase dan kapasitas peti kemas meningkat, ini sebagian besar adalah masalah mengoptimalkan desain kapal agar semakin banyak yang masuk ke kapal.
MSC Tessa berfokus pada efisiensi dan inovasi utamanya dalam hal ini adalah sistem "pelumas udara" berbasis gelembung yang mengurangi tarikan. CSSC mengklaim sistem ini mengurangi konsumsi energi dan emisi sebanyak 4%.
Perusahaan Pelayaran Mediterania mengharapkan tiga lagi kapal kontainer sejenis pada bulan Agustus. CSSC mengatakan kapal kontainer yang kedua dari empat telah menyelesaikan uji coba laut. Keempat kapal tersebut, menurut Offshore Energy, menelan biaya total sekitar USD600 juta atau Rp9,29 triliun.
(wib)
tulis komentar anda