Teliti Kekuatan Banjir Bah Zaman Nabi Nuh, Para llmuwan Banyak Temukan Hal di Luar Nalar

Senin, 15 Mei 2023 - 15:18 WIB
Banjir bah pada zaman Nabi Nuh digambarkan sebagai bencana global yang berlangsung selama setahun dan menghancurkan dunia. Foto/Shutterstok
WASHINGTON - Peristiwa banjir bah zaman Nabi Nuh yang diperkirakan terjadi sekitar 4.500 tahun lalu atau pada tahun 2348 SM masih menjadi penelitian menarik sejumlah ilmuwan. Banjir bah pada zaman Nabi Nuh digambarkan sebagai bencana global yang berlangsung selama setahun dan menghancurkan dunia.

Dikisahkan ketika banjir bah zaman Nabi Nuh terjadi, semua mata air samudra menyembur dan tingkap-tingkap langit terbuka menumpahkan semua air. Banjir bah berlangsung selama satu tahun sampai akhirnya banjir surut kembali.

Tentu ini merupakan kejadian yang luar biasa karena menurut Survei Geologi AS, jika semua air di atmosfer turun sekaligus sebagai hujan, maka seluruh Bumi tenggelam dengan kedalaman sekitar 1 inci atau 2,5 sentimeter. Padahal dikisahkan ketika banjir bah, nabi Nuh dan pengikutnya harus naik ke kapal, tentu masih ada kekuatan lain untuk mendatangkan air dalam jumlah besar.





Menurut penghitungan NASA, jika semua gletser dan lapisan es dunia mencair hanya menambah sedikit ketinggian banjir. Dipekirakan permukaan laut akan naik lebih dari 195 kaki atau 60 meter.

Kemudian, sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience memperkirakan bahwa ada 5,4 juta mil kubik atau 22,6 juta kilometer kubik air tanah yang tersimpan di 2 km bagian atas kerak bumi. Jumlah air ini jika tersembur keluar cukup untuk menutupi tanah hingga kedalaman 590 kaki atau 180 meter.

Tentu ini genangan banjir yang luar biasa, namun para peneliti masih penasaran karena ketinggian 180 meter belum bisa menutupi semua daratan. Masih ada kota-kota yang terletak di ketinggian ribuan kaki di atas permukaan laut, dan Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi, tingginya lebih dari 8.849 meter di atas permukaan laut.

“Jika melihat sebagai banjir global yang sampai menutupi gunung tertinggi di dunia, rasanya tidak ada cukup air yang ada di Bumi,” kata David Montgomery, profesor geomorfologi di University of Washington di Seattle dan penulis "The Rocks Don't Lie kepada Live Science, Senin (15/5/2023).

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More