Mesin Roket Fusi Nuklir Masuk Tahap Konstruksi, Hasilkan Energi Sepanas Matahari
Senin, 10 Juli 2023 - 17:24 WIB
LONDON - Perusahaan teknologi Inggris Pulsar Fusion telah memulai konstruksi mesin roket fusi nuklir terbesar yang pernah dibuat. Roket fusi nuklir diperkirakan mampu melaju lebih dari 500.000 mil/jam atau 800.000 km/jam.
Roket fusi nuklir yang inovatif dapat memangkas setengah waktu yang dibutuhkan astronot untuk melakukan perjalanan ke Mars. Dengan teknologi inovatif ini, impian untuk menjelajahi tata surya terjauh dan sekitarnya dapat menjadi kenyataan lebih cepat.
“Jika manusia dapat mencapai fusi untuk energi, maka propulsi fusi di ruang angkasa tidak dapat dihindari. Kami percaya bahwa propulsi fusi akan didemonstrasikan dalam beberapa dekade luar angkasa sebelum kita dapat memanfaatkan fusi untuk energi di Bumi,” kata Richard Dinan, CEO Pulsar Fusion dikutip SINDOnews dari laman popularmechanics, Senin (10/7/2023).
Mesin roket penggerak fusi langsung (direct fusion drive/DFD) baru yang dibangun Pulsar Fusion dapat menciptakan suhu yang lebih panas daripada Matahari, lebih dari 100 juta derajat celcius. Kunci kekuatan fusi adalah membangun panas yang berkelanjutan.
Para insinyur Pulsar Fusion sedang membangun mesin di fasilitas pengujian di Bletchley, Inggris. Reaktor fusi menghasilkan energi, menciptakan plasma partikel bermuatan listrik. Partikel-partikel energik itu diubah menjadi dorongan menggunakan medan magnet yang berputar.
“Manusia memiliki kebutuhan besar terhadap propulsi yang lebih cepat dalam pertumbuhan ekonomi ruang angkasa. Energi fusi menawarkan 1.000 kali kekuatan pendorong ion konvensional yang saat ini digunakan di orbit," ujar Richard Dinan.
Richard Dinan mengatakan, roket ini diperkirakan mampu mencapai kecepatan astronomis lebih dari 500.000 mil per jam. Kecepatan ini menembus batas pendorong ion konvensional, yang saat ini mendominasi orbit.
Tapi membatasi plasma super panas dengan medan elektromagnetik merupakan tantangan besar. Untuk memahami plasma kompleks, perusahaan menggunakan pembelajaran mesin AI untuk mempelajari data dari reaktor fusi PFRC-2.
Simulasi akan menilai kinerja plasma fusi nuklir untuk propulsi saat keluar dari mesin roket yang memancarkan partikel gas buang dengan kecepatan ratusan mil per detik. “Para ilmuwan belum dapat mengendalikan plasma turbulen karena dipanaskan hingga ratusan juta derajat, dan reaksinya berhenti begitu saja,” tutur Dr James Lambert, CFO Pulsar Fusion, kepada Space Daily.
Roket fusi nuklir yang inovatif dapat memangkas setengah waktu yang dibutuhkan astronot untuk melakukan perjalanan ke Mars. Dengan teknologi inovatif ini, impian untuk menjelajahi tata surya terjauh dan sekitarnya dapat menjadi kenyataan lebih cepat.
“Jika manusia dapat mencapai fusi untuk energi, maka propulsi fusi di ruang angkasa tidak dapat dihindari. Kami percaya bahwa propulsi fusi akan didemonstrasikan dalam beberapa dekade luar angkasa sebelum kita dapat memanfaatkan fusi untuk energi di Bumi,” kata Richard Dinan, CEO Pulsar Fusion dikutip SINDOnews dari laman popularmechanics, Senin (10/7/2023).
Mesin roket penggerak fusi langsung (direct fusion drive/DFD) baru yang dibangun Pulsar Fusion dapat menciptakan suhu yang lebih panas daripada Matahari, lebih dari 100 juta derajat celcius. Kunci kekuatan fusi adalah membangun panas yang berkelanjutan.
Para insinyur Pulsar Fusion sedang membangun mesin di fasilitas pengujian di Bletchley, Inggris. Reaktor fusi menghasilkan energi, menciptakan plasma partikel bermuatan listrik. Partikel-partikel energik itu diubah menjadi dorongan menggunakan medan magnet yang berputar.
“Manusia memiliki kebutuhan besar terhadap propulsi yang lebih cepat dalam pertumbuhan ekonomi ruang angkasa. Energi fusi menawarkan 1.000 kali kekuatan pendorong ion konvensional yang saat ini digunakan di orbit," ujar Richard Dinan.
Richard Dinan mengatakan, roket ini diperkirakan mampu mencapai kecepatan astronomis lebih dari 500.000 mil per jam. Kecepatan ini menembus batas pendorong ion konvensional, yang saat ini mendominasi orbit.
Tapi membatasi plasma super panas dengan medan elektromagnetik merupakan tantangan besar. Untuk memahami plasma kompleks, perusahaan menggunakan pembelajaran mesin AI untuk mempelajari data dari reaktor fusi PFRC-2.
Simulasi akan menilai kinerja plasma fusi nuklir untuk propulsi saat keluar dari mesin roket yang memancarkan partikel gas buang dengan kecepatan ratusan mil per detik. “Para ilmuwan belum dapat mengendalikan plasma turbulen karena dipanaskan hingga ratusan juta derajat, dan reaksinya berhenti begitu saja,” tutur Dr James Lambert, CFO Pulsar Fusion, kepada Space Daily.
(wib)
tulis komentar anda