Temuan Baru, Mutasi COVID-19 Mungkinkan Virus Hindari Serangan Antibodi

Rabu, 29 Juli 2020 - 08:50 WIB
Partikel SARS-CoV-2 (kuning; berwarna artifisial) menginfeksi sel. Foto/NIAID
JAKARTA - Mutasi pada SARS-CoV-2 ternyata dapat membantu virus untuk menggagalkan molekul kekebalan atau antibodi yang kuat. Temuan ini sendiri belum diuji oleh peneliti lain. (Baca juga: Akan Timbulkan Kerumunan Massa, Cegah Kluster Baru saat Idul Adha )

Darah orang yang pulih dari COVID-19 mengandung molekul sistem kekebalan yang disebut antibodi penawar, zat yang menonaktifkan partikel dari virus Corona baru. Sebagian besar antibodi tersebut mengenali protein lonjakan coronavirus baru, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel. Para peneliti berharap molekul-molekul ini dapat digunakan sebagai terapi, dan dapat diperoleh dengan vaksin.

Laman Nature.com mengungkapkan, Theodora Hatziioannou dan Paul Bieniasz di Universitas Rockefeller di New York, AS, dan rekan-rekannya merekayasa versi virus stomatitis vesikuler, yang menginfeksi ternak, untuk membuat protein spike. Mereka kemudian menumbuhkan virus di hadapan antibodi penawar (Y. Weisblum et al. Preprint di bioRxiv http://doi.org/d439; 2020).



Protein lonjakan pada virus hasil rekayasa memperoleh mutasi yang memungkinkan virus untuk lepas dari pengenalan oleh sejumlah antibodi penawar.

Tim juga menemukan mutasi ini dalam sampel SARS-CoV-2 dari orang yang terinfeksi di seluruh dunia, meskipun pada frekuensi yang sangat rendah. Pengobatan 'koktail' dari beberapa antibodi penetral, masing-masing mengenali bagian berbeda dari protein lonjakan, dapat menghentikan virus dari resistensi yang berkembang terhadap molekul-molekul ini, tulis para peneliti. Temuan ini sendiri belum ditinjau oleh peneliti lainnya.

Pengenaan Masker Sangat Penting

Lebih dari 150 siswa di sekolah menengah Israel terinfeksi oleh COVID-19 setelah siswa diizinkan untuk melepas maskernya selama gelombang panas di Negara Zionis tersebut.

Sekitar 10 hari setelah sekolah-sekolah Israel dibuka kembali sepenuhnya pada 17 Mei, dua siswa di sebuah sekolah menengah di Yerusalem didiagnosis dengan COVID-19. Chen Stein-Zamir dari Kementerian Kesehatan di Yerusalem bersama rekan sejawatnya menyelidiki wabah yang terjadi, hingga menemukan bahwa 153 siswa dan 25 staf sekolah telah terinfeksi.

Pada pertengahan Juni, 87 kasus lebih lanjut telah terjadi di antara kontak dekat orang yang terinfeksi melalui wabah sekolah. Penyebaran virus "dibantu" oleh gelombang panas yang terjadi antara 19-21 Mei, mendorong penggunaan AC yang berlebihan dan penangguhan persyaratan siswa boleh tidak mengenakan masker wajah.

Kerumunan massa juga berkontribusi terhadap penyebaran tersebut. Masing-masing ruang kelas sekolah menampung 35-38 siswa, menghasilkan alokasi ruang 1,1–1,3 meter persegi per siswa.

Sempitnya ruang gerak diduga menjadi salah satu penyebab meluasnya penyebaran virus mematikan tersebut. (Baca juga: Bangkit dari Pandemi, Kepala Daerah Bikin Akselerasi )
(iqb)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More