Tanda-tanda Kiamat dari Antartika Semakin Nyata, Ilmuwan Beberkan Fakta Ini
Sabtu, 19 Agustus 2023 - 13:54 WIB
LONDON - Suhu panas ekstrem yang sedang melanda seluruh dunia dan turut mencairkan beberapa bongkahan es mencair. Fenomena ini memperkuat sinyal kiamat dari Antartika semakin tak terelakan.
Menurit studi baru, jika pemanasan global dibiarkan terus tanpa terkendali seperti sekarang, Benua Antartika segera melewati "titik tidak bisa kembali" yang dapat mengurangi benua menjadi gersang, bahkan bebas es untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 juta tahun.
"Antartika pada dasarnya adalah warisan utama kita dari masa sebelumnya dalam sejarah Bumi. Sudah ada selama sekitar 34 juta tahun," kata rekan penulis studi Anders Levermann, seorang peneliti di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) di Jerman.
"Sekarang simulasi kami menunjukkan bahwa setelah mencair, ia tidak akan tumbuh kembali ke keadaan semula (sampai) suhu kembali ke tingkat pra-industri… Skenario yang sangat tidak mungkin. Dengan kata lain, kita kehilangan Antartika sekarang, hilang selamanya," katanya lagi.
Dalam studi tersebut, para peneliti PIK menjalankan simulasi komputer untuk memodelkan bagaimana Antartika akan terlihat ribuan tahun dari sekarang, tergantung pada seberapa tinggi suhu global rata-rata meningkat sebagai respons terhadap emisi gas rumah kaca modern.
Mereka menemukan bahwa, jika suhu rata-rata naik 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celcius) di atas tingkat pra-industri selama periode waktu tertentu, banyak es di Antartika Barat akan runtuh. Ini menghasilkan 21 kaki (6,5 meter) laut global- kenaikan level.
Kenaikan sebesar itu akan menghancurkan kota-kota pesisir seperti New York, Tokyo, dan London. Skenario ini bisa menjadi kenyataan dalam beberapa dekade.
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC), kenaikan suhu rata-rata global sebesar 9 derajat F (5 derajat C) saat ini dianggap sebagai skenario pemanasan “kasus terburuk”. Ini bisa terjadi jika tingkat emisi gas rumah kaca saat ini dibiarkan terus berlanjut hingga 2100.
Menurit studi baru, jika pemanasan global dibiarkan terus tanpa terkendali seperti sekarang, Benua Antartika segera melewati "titik tidak bisa kembali" yang dapat mengurangi benua menjadi gersang, bahkan bebas es untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 juta tahun.
"Antartika pada dasarnya adalah warisan utama kita dari masa sebelumnya dalam sejarah Bumi. Sudah ada selama sekitar 34 juta tahun," kata rekan penulis studi Anders Levermann, seorang peneliti di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) di Jerman.
"Sekarang simulasi kami menunjukkan bahwa setelah mencair, ia tidak akan tumbuh kembali ke keadaan semula (sampai) suhu kembali ke tingkat pra-industri… Skenario yang sangat tidak mungkin. Dengan kata lain, kita kehilangan Antartika sekarang, hilang selamanya," katanya lagi.
Dalam studi tersebut, para peneliti PIK menjalankan simulasi komputer untuk memodelkan bagaimana Antartika akan terlihat ribuan tahun dari sekarang, tergantung pada seberapa tinggi suhu global rata-rata meningkat sebagai respons terhadap emisi gas rumah kaca modern.
Mereka menemukan bahwa, jika suhu rata-rata naik 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celcius) di atas tingkat pra-industri selama periode waktu tertentu, banyak es di Antartika Barat akan runtuh. Ini menghasilkan 21 kaki (6,5 meter) laut global- kenaikan level.
Kenaikan sebesar itu akan menghancurkan kota-kota pesisir seperti New York, Tokyo, dan London. Skenario ini bisa menjadi kenyataan dalam beberapa dekade.
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC), kenaikan suhu rata-rata global sebesar 9 derajat F (5 derajat C) saat ini dianggap sebagai skenario pemanasan “kasus terburuk”. Ini bisa terjadi jika tingkat emisi gas rumah kaca saat ini dibiarkan terus berlanjut hingga 2100.
tulis komentar anda