China Sukses Uji Coba Bahan Baru Rudal Hipersonik, Jangkauan Lebih Jauh dan Lebih Cepat
Senin, 23 Oktober 2023 - 23:15 WIB
BEIJING - China merilis keberhasilan uji coba penggunaan bahan baru untuk melapis rudal hipersonik. Dalam pengujian yang dilakukan militer China, bahan tipis tersebut diaplikasikan pada permukaan pesawat “waverider” yang menggunakan gelombang kejut selama penerbangan untuk meningkatkan daya angkat.
China telah mengembangkan bahan untul permukaan baru untuk rudal hipersonik yang dapat tetap utuh setelah penerbangan panjang. Menurut analisis data telemetri, permukaan bahan yang halus dan non-ablatif menjaga komponen penting di dalam tetap dingin.
Selain itu, memungkinkan sinyal nirkabel masuk dan keluar dengan bebas, sehingga identifikasi target dan komunikasi dapat dilakukan sepanjang penerbangan. “Uji penerbangan berakhir sukses total,” tulis tim penguji dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Physics of Gases bulan lalu.
Mereka tidak mengungkapkan waktu dan lokasi tes tersebut. Teknologi perlindungan termal baru seperti itu dapat membantu pengembangan generasi lain rudal hipersonik yang dapat digunakan kembali dengan jangkauan lebih jauh dan kecepatan lebih cepat.
“Bahkan rudal hiperosnik terus-menerus menembus batas kemampuan terbang,” tulis tim yang dipimpin oleh Ai Bangcheng, wakil direktur China Academy of Aerodinamika Dirgantara di Beijing dikutip SINDOnews dari laman scmp, Senin (23/10/2023).
Beberapa platform hipersonik Tiongkok yang sedang dikembangkan perlu terbang lebih dari 3.000 detik di atmosfer dengan suhu permukaan mencapai 3.000 derajat Celcius. Dalam lingkungan ekstrem seperti itu, molekul-molekul di udara akan terurai dan memulai reaksi kimia dengan material permukaan.
Bagaimana tim Ai berhasil menjaga permukaan waverider tetap utuh masih menjadi rahasia, namun dalam makalah tersebut para ilmuwan mencantumkan beberapa opsi seperti memoles permukaan hingga kondisi yang sangat halus. Termasuk menambahkan beberapa elemen seperti niobium, molibdenum dan boron untuk menahan ablasi.
Kemudian mendesain ulang struktur komponen permukaan sepenuhnya untuk mengurangi berat dan mengubah panas berbahaya menjadi daya dorong dengan media cair. Ai menambahkan desain perlindungan panas aktif ini berasal dari ide Master Qian Xuesen, ilmuwan pendiri Jet Propulsion Laboratory legendaris di AS.
Istilah penerbangan hipersonik pertama kali diciptakan oleh Qian Xuesen, dalam sebuah makalah tahun 1946. Setelah kembali ke tanah airnya dan memulai program roket China, Qian mengusulkan metode praktis untuk mengubah tantangan teknis yang besar dalam hambatan termal yang dapat diselesaikan oleh sejumlah besar ilmuwan dari berbagai latar belakang akademis.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
China telah mengembangkan bahan untul permukaan baru untuk rudal hipersonik yang dapat tetap utuh setelah penerbangan panjang. Menurut analisis data telemetri, permukaan bahan yang halus dan non-ablatif menjaga komponen penting di dalam tetap dingin.
Selain itu, memungkinkan sinyal nirkabel masuk dan keluar dengan bebas, sehingga identifikasi target dan komunikasi dapat dilakukan sepanjang penerbangan. “Uji penerbangan berakhir sukses total,” tulis tim penguji dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Physics of Gases bulan lalu.
Mereka tidak mengungkapkan waktu dan lokasi tes tersebut. Teknologi perlindungan termal baru seperti itu dapat membantu pengembangan generasi lain rudal hipersonik yang dapat digunakan kembali dengan jangkauan lebih jauh dan kecepatan lebih cepat.
“Bahkan rudal hiperosnik terus-menerus menembus batas kemampuan terbang,” tulis tim yang dipimpin oleh Ai Bangcheng, wakil direktur China Academy of Aerodinamika Dirgantara di Beijing dikutip SINDOnews dari laman scmp, Senin (23/10/2023).
Beberapa platform hipersonik Tiongkok yang sedang dikembangkan perlu terbang lebih dari 3.000 detik di atmosfer dengan suhu permukaan mencapai 3.000 derajat Celcius. Dalam lingkungan ekstrem seperti itu, molekul-molekul di udara akan terurai dan memulai reaksi kimia dengan material permukaan.
Bagaimana tim Ai berhasil menjaga permukaan waverider tetap utuh masih menjadi rahasia, namun dalam makalah tersebut para ilmuwan mencantumkan beberapa opsi seperti memoles permukaan hingga kondisi yang sangat halus. Termasuk menambahkan beberapa elemen seperti niobium, molibdenum dan boron untuk menahan ablasi.
Kemudian mendesain ulang struktur komponen permukaan sepenuhnya untuk mengurangi berat dan mengubah panas berbahaya menjadi daya dorong dengan media cair. Ai menambahkan desain perlindungan panas aktif ini berasal dari ide Master Qian Xuesen, ilmuwan pendiri Jet Propulsion Laboratory legendaris di AS.
Istilah penerbangan hipersonik pertama kali diciptakan oleh Qian Xuesen, dalam sebuah makalah tahun 1946. Setelah kembali ke tanah airnya dan memulai program roket China, Qian mengusulkan metode praktis untuk mengubah tantangan teknis yang besar dalam hambatan termal yang dapat diselesaikan oleh sejumlah besar ilmuwan dari berbagai latar belakang akademis.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(wib)
tulis komentar anda