Mengenal dan Melihat Perkembangan Vaksin Merah Putih Buatan Indonesia
Sabtu, 15 Agustus 2020 - 21:21 WIB
JAKARTA - Vaksin COVID-19 kini sedang banyak dikembangkan oleh berbagai lembaga. Di Indonesia sendiri saat ini telah mengembangkan vaksin COVID-19, salah satunya oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman yang sekarang tengah mengembangkan Vaksin Merah Putih. (Baca juga: Siap-siap, Imunisasi Massal Vaksin Corona Ditarget Awal 2021 )
Apa itu vaksin merah putih? Apa bedanya dengan buatan asing? Berikut rangkuman dan pantauan SINDOnews mengenai Vaksin Merah Putih.
Vaksin Merah Putih mulai dikembangkan sejak April 2020. Pengembangan bibit vaksin COVID-19 ini ditarget tuntas dalam waktu satu tahun oleh Presiden Joko Widodo.
Hingga saat ini pengembangannya telah mencapai 40%. Diharapkan, awal tahun depan bibit vaksinnya sudah diserahkan ke industri untuk dilakukan uji klinis.
“Seperti yang kemarin disuntikkan oleh Bapak Presiden itu uji klinis vaksin dari luar negeri. Yang sedang kami lakukan mengembangkan bibit sekitar 40% pengembangan antigennya,” kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio kepada SINDO Media beberapa wkatu lalu.
Amin juga menyatakan, sebanyak 50% dari produksi Vaksin Merah Putih nantinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meskipun produksi dalam negeri sebanyak 350 juta dosis per tahun, namun proses vaksinasi tidak bisa diselesaikan dalam waktu seminggu.
Amin memprediksi, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sedemikian banyak, maka proses vaksinasi paling cepat akan berlangsung sekitar 1 tahun. “Kita baru bisa menyelesaikan program vaksinasinya paling cepat 1 tahun. Kalau kita menunggu dari luar negeri kita harus menunggu lebih lama,” ungkap Amin.
Sedangkan perbedaannya dengan vaksin lain, seperti vaksin yang dikembangkan oleh Sinovas, adalah vaksin Sinovac menggunakan virus utuh.
Jadi pada vaksin Sinovac virus secara keseluruhan menggunakan virus hidup yang dibiakkan sebanyak mungkin, kemudian dimatikan dengan bahan kimia atau cara-cara apapun. Lalu setelah dimurnikan, maka virus itu secara keseluruhan bisa dipakai untuk vaksin langsung. Proses yang dilalui lebih pendek, tapi harus mengembangbiakkan virus dalam jumlah besar.
Sementara, vaksin yang dikembangkan oleh Eijkman hanya menggunakan sub partikel dari virus Corona tersebut. Vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman hanya menggunakan bagian-bagian tertentu saja dari sub partikel virus.
"Jadi misalnya kalau virus ini menempel pada manusia itu kan lewat spike-nya atau duri-durinya itu, nah itu protein spike yang kita jadikan sebagai target antigen. Itu yang kita jadikan antigen tapi tidak diambil langsung dari virus itu, hanya saja kita mengambil bagian itu. Jadi bukan mengambil langsung dari virus tapi mengambil informasi genetik," papar Amin.
Vaksin Merah Putih menggunakan metode rekombinasi. Dengan metode tersebut, tutur Amin, akan meminimalkan potensi reaksi yang tidak diperlukan. Meskipun dalam prosesnya memerlukan waktu yang lebih lama. (Baca juga: Terungkap Kekhawatiran Terbesar Pada Samsung Galaxy Note20 Ultra )
Apa itu vaksin merah putih? Apa bedanya dengan buatan asing? Berikut rangkuman dan pantauan SINDOnews mengenai Vaksin Merah Putih.
Vaksin Merah Putih mulai dikembangkan sejak April 2020. Pengembangan bibit vaksin COVID-19 ini ditarget tuntas dalam waktu satu tahun oleh Presiden Joko Widodo.
Hingga saat ini pengembangannya telah mencapai 40%. Diharapkan, awal tahun depan bibit vaksinnya sudah diserahkan ke industri untuk dilakukan uji klinis.
“Seperti yang kemarin disuntikkan oleh Bapak Presiden itu uji klinis vaksin dari luar negeri. Yang sedang kami lakukan mengembangkan bibit sekitar 40% pengembangan antigennya,” kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio kepada SINDO Media beberapa wkatu lalu.
Amin juga menyatakan, sebanyak 50% dari produksi Vaksin Merah Putih nantinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meskipun produksi dalam negeri sebanyak 350 juta dosis per tahun, namun proses vaksinasi tidak bisa diselesaikan dalam waktu seminggu.
Amin memprediksi, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sedemikian banyak, maka proses vaksinasi paling cepat akan berlangsung sekitar 1 tahun. “Kita baru bisa menyelesaikan program vaksinasinya paling cepat 1 tahun. Kalau kita menunggu dari luar negeri kita harus menunggu lebih lama,” ungkap Amin.
Sedangkan perbedaannya dengan vaksin lain, seperti vaksin yang dikembangkan oleh Sinovas, adalah vaksin Sinovac menggunakan virus utuh.
Jadi pada vaksin Sinovac virus secara keseluruhan menggunakan virus hidup yang dibiakkan sebanyak mungkin, kemudian dimatikan dengan bahan kimia atau cara-cara apapun. Lalu setelah dimurnikan, maka virus itu secara keseluruhan bisa dipakai untuk vaksin langsung. Proses yang dilalui lebih pendek, tapi harus mengembangbiakkan virus dalam jumlah besar.
Sementara, vaksin yang dikembangkan oleh Eijkman hanya menggunakan sub partikel dari virus Corona tersebut. Vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman hanya menggunakan bagian-bagian tertentu saja dari sub partikel virus.
"Jadi misalnya kalau virus ini menempel pada manusia itu kan lewat spike-nya atau duri-durinya itu, nah itu protein spike yang kita jadikan sebagai target antigen. Itu yang kita jadikan antigen tapi tidak diambil langsung dari virus itu, hanya saja kita mengambil bagian itu. Jadi bukan mengambil langsung dari virus tapi mengambil informasi genetik," papar Amin.
Vaksin Merah Putih menggunakan metode rekombinasi. Dengan metode tersebut, tutur Amin, akan meminimalkan potensi reaksi yang tidak diperlukan. Meskipun dalam prosesnya memerlukan waktu yang lebih lama. (Baca juga: Terungkap Kekhawatiran Terbesar Pada Samsung Galaxy Note20 Ultra )
(iqb)
tulis komentar anda