Astronom Temukan Planet Unik, Selalu Cerah Setiap Hari
Rabu, 08 Mei 2024 - 16:16 WIB
JAKARTA - Penampakan sebuah planet unik menjadi pusat perhatian publik karena terlihat cerah setiap hari. Planet yang berjarak 280 tahun cahaya ini sebelumnya sudah dipelajari oleh para astronom. Ternyata sisinya menghadap matahari sehingga selalu nampak cerah.
Dilansir dari Newsweek, Rabu (8/5/2024), planet ekstrasurya yang jauh ini, bernama WASP-43 b, merupakan raksasa gas panas yang mengorbit sebuah bintang sekitar 280 tahun cahaya dari tata surya. Pola cuaca dramatisnya telah terdeteksi, termasuk kecepatan angin hingga 8.000 mph di ekuatornya, berdasarkan makalah baru di jurnal Nature Astronomy.
James Webb Space Telescope (JSWT) berkontribusi besar dalam pemetaan cuaca WASO-43 b. Mereka mampu mengukur variasi suhu dan gas di atmosfer planet ekstrasurya yang berjarak miliaran mil jauhnya dari Bumi.
WASP-43 b adalah planet tipe "Jupiter panas" dengan atmosfer yang sebagian besar terbuat dari hidrogen, air, dan helium. Ia mengorbit bintangnya bernama WASP-43 pada jarak sangat dekat 1,3 juta mil, hanya 4 persen jarak antara matahari kita dan planet terdekatnya, Merkurius.
Kedekatannya dengan bintang menyebabkan pasang surutnya terkunci, yang berarti satu sisi selalu menghadap ke arah bintang dan sisi lainnya selalu menghadap ke luar—seperti halnya bulan yang mengorbit Bumi.
"Dengan Hubble, kita dapat dengan jelas melihat adanya uap air di siang hari. Baik Hubble maupun Spitzer memperkirakan mungkin ada awan di malam hari," kata penulis studi Taylor Bell, dari Bay Area Environmental Research Institute.
Namun, para peneliti masih memerlukan pengukuran yang lebih tepat dari JWST untuk benar-benar mulai memetakan suhu, tutupan awan, angin, dan komposisi atmosfer yang lebih rinci di seluruh planet ini. Kini, JWST telah mengamati pola cuaca di dunia yang jauh ini, memastikan bahwa ia hanya memiliki uap air dan tidak ada awan di sisi siang hari, awan tinggi dan tebal di sisi malam, dan angin kencang di sekitar khatulistiwa yang mencampurkan gas di antara bumi dua sisi.
“JWST adalah terobosan dalam mempelajari atmosfer planet ekstrasurya, dan dalam waktu kurang dari dua tahun operasi sains, kita telah belajar banyak,” kata salah satu penulis studi, Joanna Barstow.
Dilansir dari Newsweek, Rabu (8/5/2024), planet ekstrasurya yang jauh ini, bernama WASP-43 b, merupakan raksasa gas panas yang mengorbit sebuah bintang sekitar 280 tahun cahaya dari tata surya. Pola cuaca dramatisnya telah terdeteksi, termasuk kecepatan angin hingga 8.000 mph di ekuatornya, berdasarkan makalah baru di jurnal Nature Astronomy.
James Webb Space Telescope (JSWT) berkontribusi besar dalam pemetaan cuaca WASO-43 b. Mereka mampu mengukur variasi suhu dan gas di atmosfer planet ekstrasurya yang berjarak miliaran mil jauhnya dari Bumi.
WASP-43 b adalah planet tipe "Jupiter panas" dengan atmosfer yang sebagian besar terbuat dari hidrogen, air, dan helium. Ia mengorbit bintangnya bernama WASP-43 pada jarak sangat dekat 1,3 juta mil, hanya 4 persen jarak antara matahari kita dan planet terdekatnya, Merkurius.
Kedekatannya dengan bintang menyebabkan pasang surutnya terkunci, yang berarti satu sisi selalu menghadap ke arah bintang dan sisi lainnya selalu menghadap ke luar—seperti halnya bulan yang mengorbit Bumi.
"Dengan Hubble, kita dapat dengan jelas melihat adanya uap air di siang hari. Baik Hubble maupun Spitzer memperkirakan mungkin ada awan di malam hari," kata penulis studi Taylor Bell, dari Bay Area Environmental Research Institute.
Namun, para peneliti masih memerlukan pengukuran yang lebih tepat dari JWST untuk benar-benar mulai memetakan suhu, tutupan awan, angin, dan komposisi atmosfer yang lebih rinci di seluruh planet ini. Kini, JWST telah mengamati pola cuaca di dunia yang jauh ini, memastikan bahwa ia hanya memiliki uap air dan tidak ada awan di sisi siang hari, awan tinggi dan tebal di sisi malam, dan angin kencang di sekitar khatulistiwa yang mencampurkan gas di antara bumi dua sisi.
“JWST adalah terobosan dalam mempelajari atmosfer planet ekstrasurya, dan dalam waktu kurang dari dua tahun operasi sains, kita telah belajar banyak,” kata salah satu penulis studi, Joanna Barstow.
tulis komentar anda