Peneliti Amerika Temukan Rapid Test Murah Tanpa Rasa Sakit
Selasa, 18 Agustus 2020 - 21:41 WIB
NEW HEAVEN - Para peneliti di dunia berlomba menghasilkan teknologi yang membuat rapid test atau tes cepat seseorang terserang COVID-19 atau tidak lebih murah, cepat, dan tanpa rasa sakit. Setelah para peneliti di Israel yang mengembangkan rapid test dengan machine learning, sekarang giliran Chantal Vogels di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut, AS, menemukan cara mendeteksi SARS-CoV-2 RNA yang murah dan tanpa rasa sakit. Nilai lebihnya, alat ini dapat digunakan untuk pengujian massal.
Laman Live Science melaporkan, Chantal Vogels di Yale School of Medicine mengembangkan tes air liur sederhana yang disebut SalivaDirect. Temuan ini bisa mengatasi meningkatnya permintaan akan pengujian ekstensif. (Baca juga: Meski Tak Akurat, Satgas Sebut Rapid Test Corona Masih Layak Digunakan )
Dibandingkan dengan tes usap hidung dan tenggorokan standar emas, tes air liur kurang invasif, tidak perlu dilakukan oleh profesional terlatih. Teknologinya juga menghindari penggunaan bahan kimia langka yang diperlukan untuk menyimpan dan mengekstrak RNA virus.
Dalam eksperimen validasi, SalivaDirect mendeteksi 32 dari 34 sampel yang diuji positif pada usap hidung dan tenggorokan, dan 30 dari 33 sampel negatif. (Baca juga: Kasus Langka Bangkit dari Kematian, Ahli Beberkan Teori Penyebabnya )
Para peneliti memperkirakan biaya per "ludah" hanya Rp19.000-an sampai Rp64.000-an. Mereka telah meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat segera mengesahkan tes tersebut untuk penggunaan darurat.
Laman Live Science melaporkan, Chantal Vogels di Yale School of Medicine mengembangkan tes air liur sederhana yang disebut SalivaDirect. Temuan ini bisa mengatasi meningkatnya permintaan akan pengujian ekstensif. (Baca juga: Meski Tak Akurat, Satgas Sebut Rapid Test Corona Masih Layak Digunakan )
Dibandingkan dengan tes usap hidung dan tenggorokan standar emas, tes air liur kurang invasif, tidak perlu dilakukan oleh profesional terlatih. Teknologinya juga menghindari penggunaan bahan kimia langka yang diperlukan untuk menyimpan dan mengekstrak RNA virus.
Dalam eksperimen validasi, SalivaDirect mendeteksi 32 dari 34 sampel yang diuji positif pada usap hidung dan tenggorokan, dan 30 dari 33 sampel negatif. (Baca juga: Kasus Langka Bangkit dari Kematian, Ahli Beberkan Teori Penyebabnya )
Para peneliti memperkirakan biaya per "ludah" hanya Rp19.000-an sampai Rp64.000-an. Mereka telah meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat segera mengesahkan tes tersebut untuk penggunaan darurat.
(iqb)
tulis komentar anda