Ilmuwan Pastikan Tidak Semua Orang Bisa Mendengarkan Suara Batin
Senin, 27 Mei 2024 - 10:30 WIB
WELLINGTON - Sebelumnya, para ilmuwan mengira bahwa semua orang memiliki suara batin, atau monolog internal. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa tidak semua orang mengalaminya.
Seperti dilansit dari Science Alert, sebuah studi baru dari Universitas Kopenhagen di Denmark dan Universitas Wisconsin-Madison di AS menemukan bahwa orang yang tidak memiliki suara batin memproses bahasa dengan cara yang berbeda.
Studi ini juga mengusulkan nama baru untuk kondisi ini: anendofasia. Nama ini mirip dengan anauralia, yang diciptakan pada tahun 2021 untuk orang yang tidak memiliki suara batin dan tidak dapat membayangkan suara, seperti nada musik atau sirene.
Para peneliti merekrut 93 relawan, setengahnya melaporkan memiliki tingkat suara batin yang rendah, dan setengahnya lagi melaporkan memiliki monolog internal yang sangat aktif. Para peserta ini kemudian melakukan serangkaian tugas, termasuk tugas menghafal urutan kata dan tugas mencocokkan kata-kata berima.
"Ini adalah tugas yang sulit bagi semua orang," kata ahli bahasa Johanne NedergÄrd dari Universitas Kopenhagen. "Tetapi kami menduga bahwa tugas ini akan lebih sulit bagi orang yang tidak memiliki suara batin, karena mereka harus mengulangi kata-kata di dalam kepala mereka untuk mengingatnya."
"Dan dugaan kami benar."
Para sukarelawan yang melaporkan memiliki suara batin dalam kehidupan sehari-hari secara signifikan lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut dibandingkan mereka yang tidak memiliki monolog batin.
Penutur batin dapat mengingat lebih banyak kata dengan benar dan mencocokkan kata-kata berima lebih cepat. Para peneliti berpendapat bahwa ini menunjukkan bahwa suara batin membantu orang memproses bahasa.
Studi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana otak bekerja dan bagaimana bahasa diproses. Hal ini juga dapat membantu para peneliti untuk lebih memahami kondisi seperti aphasia, di mana orang kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi.
Baca Juga
Seperti dilansit dari Science Alert, sebuah studi baru dari Universitas Kopenhagen di Denmark dan Universitas Wisconsin-Madison di AS menemukan bahwa orang yang tidak memiliki suara batin memproses bahasa dengan cara yang berbeda.
Studi ini juga mengusulkan nama baru untuk kondisi ini: anendofasia. Nama ini mirip dengan anauralia, yang diciptakan pada tahun 2021 untuk orang yang tidak memiliki suara batin dan tidak dapat membayangkan suara, seperti nada musik atau sirene.
Para peneliti merekrut 93 relawan, setengahnya melaporkan memiliki tingkat suara batin yang rendah, dan setengahnya lagi melaporkan memiliki monolog internal yang sangat aktif. Para peserta ini kemudian melakukan serangkaian tugas, termasuk tugas menghafal urutan kata dan tugas mencocokkan kata-kata berima.
"Ini adalah tugas yang sulit bagi semua orang," kata ahli bahasa Johanne NedergÄrd dari Universitas Kopenhagen. "Tetapi kami menduga bahwa tugas ini akan lebih sulit bagi orang yang tidak memiliki suara batin, karena mereka harus mengulangi kata-kata di dalam kepala mereka untuk mengingatnya."
"Dan dugaan kami benar."
Para sukarelawan yang melaporkan memiliki suara batin dalam kehidupan sehari-hari secara signifikan lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut dibandingkan mereka yang tidak memiliki monolog batin.
Penutur batin dapat mengingat lebih banyak kata dengan benar dan mencocokkan kata-kata berima lebih cepat. Para peneliti berpendapat bahwa ini menunjukkan bahwa suara batin membantu orang memproses bahasa.
Studi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana otak bekerja dan bagaimana bahasa diproses. Hal ini juga dapat membantu para peneliti untuk lebih memahami kondisi seperti aphasia, di mana orang kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi.
(wbs)
tulis komentar anda