Sampai Kapan Fenomena Cuaca Panas Melanda Indonesia? Ini Penjelasan Lengkapnya
Senin, 27 Mei 2024 - 16:06 WIB
MALANG - Fenomena cuaca panas melanda sejumlah daerah di Indonesia. Ternyata situasi serupa juga terjadi di beberapa negara lain di Asia Tenggara. Hal itu salah satunya dipicu oleh pertumbuhan awan yang sangat minim. Yang menjadi pertanyaan, sampai kapan cuaca panas akan berlangsung?
Guru besar Geofisika Universitas Brawijaya Prof. Adi Susilo menyatakan, minimnya pertumbuhan awan mempengaruhi frekuensi sinar matahari yang langsung mengenai permukaan bumi dan manusia, tanpa halangan apapun. Hal ini berlaku cukup lama, menurut perhitungan, fenomena ini akan berlangsung hingga Oktober mendatang.
“Tapi bukan berarti di musim panas ini, anomali iklim El Nino ini tidak ada hujan, tetap ada potensi terjadi hujan. Namun bukan hujan yang bisa menyebabkan banjir atau sebagainya," ucap Prof. Adi Susilo, melalui keterangan tertulis, Senin (27/5/2024).
Cuaca panas juga melanda negara-negara lain di Asia Tenggara. Bahkan di beberapa negara lain, suhu panas mengalami peningkatan drastis, terutama daerah-daerah perkotaan sangat merasakan dampaknya.
"Pada akhir bulan April kemarin, kota Manila, yang merupakan wilayah metropolitan di Filipina dengan populasi lebih dari 14 juta jiwa, menyentuh suhu di angka 38,8 derajat Celsius yang mana merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah mereka," kata pria yang juga pakar kegempaan dan geofisika ini.
Pada 22 April, suhu panas yang tinggi juga terjadi di Bangladesh, suhu Bangladesh mencapai 43 derajat Celcius, yang mengakibatkan pemerintah menutup sekolah-sekolah dasar di sana. Di bulan yang sama, Laos juga mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang masa, dengan suhu udara mencapai 43,2 derajat Celsius.
"Di Thailand sendiri dampak yang di timbulkan sudah sangat serius, terdapat 61 orang meninggal dunia, akibat heatstroke yang ditimbulkan karena suhu panas yang menyentuh angka 52 derajat Celcius," tuturnya.
Beruntung cuaca panas belum menunjukkan dampak signifikan di Indonesia. Badan Meteorogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, cuaca panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh peralihan musim, dari musim penghujan menuju musim kemarau. Di mana suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia, merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari, yang merupakan siklus biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
Guru besar Geofisika Universitas Brawijaya Prof. Adi Susilo menyatakan, minimnya pertumbuhan awan mempengaruhi frekuensi sinar matahari yang langsung mengenai permukaan bumi dan manusia, tanpa halangan apapun. Hal ini berlaku cukup lama, menurut perhitungan, fenomena ini akan berlangsung hingga Oktober mendatang.
“Tapi bukan berarti di musim panas ini, anomali iklim El Nino ini tidak ada hujan, tetap ada potensi terjadi hujan. Namun bukan hujan yang bisa menyebabkan banjir atau sebagainya," ucap Prof. Adi Susilo, melalui keterangan tertulis, Senin (27/5/2024).
Cuaca panas juga melanda negara-negara lain di Asia Tenggara. Bahkan di beberapa negara lain, suhu panas mengalami peningkatan drastis, terutama daerah-daerah perkotaan sangat merasakan dampaknya.
"Pada akhir bulan April kemarin, kota Manila, yang merupakan wilayah metropolitan di Filipina dengan populasi lebih dari 14 juta jiwa, menyentuh suhu di angka 38,8 derajat Celsius yang mana merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah mereka," kata pria yang juga pakar kegempaan dan geofisika ini.
Pada 22 April, suhu panas yang tinggi juga terjadi di Bangladesh, suhu Bangladesh mencapai 43 derajat Celcius, yang mengakibatkan pemerintah menutup sekolah-sekolah dasar di sana. Di bulan yang sama, Laos juga mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang masa, dengan suhu udara mencapai 43,2 derajat Celsius.
"Di Thailand sendiri dampak yang di timbulkan sudah sangat serius, terdapat 61 orang meninggal dunia, akibat heatstroke yang ditimbulkan karena suhu panas yang menyentuh angka 52 derajat Celcius," tuturnya.
Beruntung cuaca panas belum menunjukkan dampak signifikan di Indonesia. Badan Meteorogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, cuaca panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh peralihan musim, dari musim penghujan menuju musim kemarau. Di mana suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia, merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari, yang merupakan siklus biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
tulis komentar anda