Ilmuwan Suntik Cula Badak Hidup dengan Bahan Radioaktif untuk Melawan Perburuan
Kamis, 27 Juni 2024 - 13:59 WIB
CAPE TOWN - Dalam sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, para ilmuwan di Afrika Selatan telah menyuntikkan bahan radioaktif ke dalam cula badak hidup. Hal ini dilakukan untuk membuat cula tersebut mudah dideteksi di pos-pos perbatasan dan memerangi perburuan liar yang merajalela.
Seperti dilansir dari Science Alert, Afrika Selatan, rumah bagi populasi badak terbesar di dunia, menjadi target utama para pemburu liar karena permintaan tinggi di Asia untuk culanya, yang digunakan dalam pengobatan tradisional.
Proyek inovatif ini dilakukan di cagar alam badak Limpopo di Waterberg, Afrika Selatan. Para ilmuwan menyuntikkan "dua keping radioaktif kecil" ke dalam cula badak hidup, seperti yang dijelaskan oleh James Larkin, direktur unit radiasi dan fisika kesehatan Universitas Witwatersrand, yang memimpin inisiatif ini.
Menurut Nithaya Chetty, profesor dan dekan sains di universitas yang sama, bahan radioaktif ini akan membuat cula "tidak berguna... pada dasarnya beracun untuk dikonsumsi manusia."
Proses penyuntikan dilakukan pada badak yang dibius dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah penting dalam memerangi perburuan liar badak, yang telah mendorong populasi badak ke ambang kepunahan. Dengan menandakan cula dengan bahan radioaktif, para ilmuwan bermaksud membuat perdagangan cula menjadi tidak menarik dan berbahaya bagi para pemburu liar dan penyelundup.
Meskipun proyek ini terbilang baru, namun para ilmuwan optimis bahwa metode ini dapat memberikan efek yang signifikan dalam mengurangi perburuan liar badak.
Inisiatif ini menunjukkan tekad dan inovasi para ilmuwan Afrika Selatan dalam menyelamatkan badak dari kepunahan. Kita nantikan saja hasil dari proyek ini dan bagaimana dampaknya terhadap populasi badak di Afrika Selatan.
Seperti dilansir dari Science Alert, Afrika Selatan, rumah bagi populasi badak terbesar di dunia, menjadi target utama para pemburu liar karena permintaan tinggi di Asia untuk culanya, yang digunakan dalam pengobatan tradisional.
Proyek inovatif ini dilakukan di cagar alam badak Limpopo di Waterberg, Afrika Selatan. Para ilmuwan menyuntikkan "dua keping radioaktif kecil" ke dalam cula badak hidup, seperti yang dijelaskan oleh James Larkin, direktur unit radiasi dan fisika kesehatan Universitas Witwatersrand, yang memimpin inisiatif ini.
Menurut Nithaya Chetty, profesor dan dekan sains di universitas yang sama, bahan radioaktif ini akan membuat cula "tidak berguna... pada dasarnya beracun untuk dikonsumsi manusia."
Proses penyuntikan dilakukan pada badak yang dibius dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah penting dalam memerangi perburuan liar badak, yang telah mendorong populasi badak ke ambang kepunahan. Dengan menandakan cula dengan bahan radioaktif, para ilmuwan bermaksud membuat perdagangan cula menjadi tidak menarik dan berbahaya bagi para pemburu liar dan penyelundup.
Meskipun proyek ini terbilang baru, namun para ilmuwan optimis bahwa metode ini dapat memberikan efek yang signifikan dalam mengurangi perburuan liar badak.
Inisiatif ini menunjukkan tekad dan inovasi para ilmuwan Afrika Selatan dalam menyelamatkan badak dari kepunahan. Kita nantikan saja hasil dari proyek ini dan bagaimana dampaknya terhadap populasi badak di Afrika Selatan.
(wbs)
tulis komentar anda