Penyakit Misterius Menyebabkan 300 Warga Uganda Gemetar Tak Terkendali
Senin, 23 Desember 2024 - 19:57 WIB
BUNDIBUGYO - Dr. Kiyita Christopher, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bundibugyo, mengatakan kepada media lokal bahwa penyakit t ersebut belum ditemukan di luar wilayah Bundibugyo. Sampel telah dikirim ke Kementerian Kesehatan Uganda untuk analisis lebih lanjut.
Penyakit tidak biasa yang dikenal secara lokal sebagai 'Dinga Dinga,' yang berarti "bergetar seperti menari," telah dilaporkan di distrik Bundibugyo, Uganda, yang terutama menyerang wanita dan anak perempuan. Kondisi ini ditandai dengan demam dan tremor tubuh yang tidak terkendali, yang membatasi gerakan tubuh, menurut media lokal.
Gejala penyakit ini meliputi gemetar hebat, demam tinggi, sangat lemah, dan dalam beberapa kasus ekstrem, lumpuh. Sejauh ini, sekitar 300 kasus telah tercatat, tetapi belum ada kematian yang dilaporkan.
Laporan menunjukkan bahwa mereka yang terkena dampak mengalami kesulitan berjalan karena gemetar terus-menerus. Penyebab pasti penyakit ini masih belum jelas, tetapi pejabat kesehatan sedang menyelidiki wabah tersebut.
Dr. Kiyita Christopher, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bundibugyo, mengatakan kepada media lokal bahwa penyakit tersebut belum ditemukan di luar wilayah Bundibugyo. Sampel telah dikirim ke Kementerian Kesehatan Uganda untuk analisis lebih lanjut.
"Tidak ada bukti ilmiah bahwa pengobatan herbal dapat mengobati penyakit ini," kata Dr. Christopher seperti dikutip Daily Mail. "Kami menggunakan pengobatan khusus, dan pasien biasanya pulih dalam waktu seminggu. Saya menghimbau warga setempat untuk mencari pengobatan di fasilitas kesehatan di distrik tersebut," imbuhnya.
Penyakit ini, yang pertama kali dilaporkan pada awal tahun 2023, sedang dipantau secara ketat oleh laboratorium kesehatan. Dr Christopher mengatakan kepada masyarakat bahwa penyakit ini pada umumnya dapat diobati dengan antibiotik dan sejauh ini belum ada kematian.
Pejabat kesehatan telah menyarankan penduduk untuk menjaga kebersihan dengan baik, menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi, dan melaporkan kasus baru kepada otoritas kesehatan untuk menahan penyebaran penyakit.
Gejala 'Dinga Dinga' yang tidak biasa ini telah menarik perbandingan dengan "Wabah Tari" yang terjadi pada tahun 1518 di Strasbourg, Prancis, di mana ratusan orang mengalami gerakan menari yang tidak terkendali selama berhari-hari dan beberapa bahkan meninggal karena kelelahan. Meskipun tidak ada hubungan yang pasti antara keduanya, kesamaan gejala telah memicu perbandingan.
Wabah ini menyusul krisis cacar monyet baru-baru ini di Uganda dan negara-negara Afrika Timur lainnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jenis tersebut, yang juga disebut mpox, sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global pada bulan Agustus, dengan alasan kekhawatiran internasional atas wabah di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara tetangga.
Penyakit tidak biasa yang dikenal secara lokal sebagai 'Dinga Dinga,' yang berarti "bergetar seperti menari," telah dilaporkan di distrik Bundibugyo, Uganda, yang terutama menyerang wanita dan anak perempuan. Kondisi ini ditandai dengan demam dan tremor tubuh yang tidak terkendali, yang membatasi gerakan tubuh, menurut media lokal.
Gejala penyakit ini meliputi gemetar hebat, demam tinggi, sangat lemah, dan dalam beberapa kasus ekstrem, lumpuh. Sejauh ini, sekitar 300 kasus telah tercatat, tetapi belum ada kematian yang dilaporkan.
Laporan menunjukkan bahwa mereka yang terkena dampak mengalami kesulitan berjalan karena gemetar terus-menerus. Penyebab pasti penyakit ini masih belum jelas, tetapi pejabat kesehatan sedang menyelidiki wabah tersebut.
Dr. Kiyita Christopher, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bundibugyo, mengatakan kepada media lokal bahwa penyakit tersebut belum ditemukan di luar wilayah Bundibugyo. Sampel telah dikirim ke Kementerian Kesehatan Uganda untuk analisis lebih lanjut.
"Tidak ada bukti ilmiah bahwa pengobatan herbal dapat mengobati penyakit ini," kata Dr. Christopher seperti dikutip Daily Mail. "Kami menggunakan pengobatan khusus, dan pasien biasanya pulih dalam waktu seminggu. Saya menghimbau warga setempat untuk mencari pengobatan di fasilitas kesehatan di distrik tersebut," imbuhnya.
Penyakit ini, yang pertama kali dilaporkan pada awal tahun 2023, sedang dipantau secara ketat oleh laboratorium kesehatan. Dr Christopher mengatakan kepada masyarakat bahwa penyakit ini pada umumnya dapat diobati dengan antibiotik dan sejauh ini belum ada kematian.
Pejabat kesehatan telah menyarankan penduduk untuk menjaga kebersihan dengan baik, menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi, dan melaporkan kasus baru kepada otoritas kesehatan untuk menahan penyebaran penyakit.
Gejala 'Dinga Dinga' yang tidak biasa ini telah menarik perbandingan dengan "Wabah Tari" yang terjadi pada tahun 1518 di Strasbourg, Prancis, di mana ratusan orang mengalami gerakan menari yang tidak terkendali selama berhari-hari dan beberapa bahkan meninggal karena kelelahan. Meskipun tidak ada hubungan yang pasti antara keduanya, kesamaan gejala telah memicu perbandingan.
Wabah ini menyusul krisis cacar monyet baru-baru ini di Uganda dan negara-negara Afrika Timur lainnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jenis tersebut, yang juga disebut mpox, sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global pada bulan Agustus, dengan alasan kekhawatiran internasional atas wabah di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara tetangga.
(wbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda