Remaja 13 Tahun Tewas karena Serangan Amuba Pemakan Otak yang Langka
Minggu, 13 September 2020 - 17:27 WIB
FLORIDA - Seorang remaja meninggal karena infeksi amuba "pemakan otak" yang langka setelah liburan bersama keluarga di Florida, AS. (Baca juga: Sebelum “Keeping Up With the Kardashians” Diputuskan Tamat, Kim dan Kylie Sudah Ancam Mundur )
Laman Live Science menginformasikan, Tanner Wall, 13 tahun, dan keluarganya baru-baru ini berlibur di perkemahan di Florida Utara, yang memiliki taman air dan danau tempat korban berenang.
Media massa lokal, News4Jax, melaporkan, beberapa hari setelah berenang di danau, Tanner mengalami gejala mual, muntah, sakit kepala dan leher kaku.
Tanner awalnya didiagnosis menderita radang tenggorokan, tetapi orang tuanya menduga Tanner mungkin memiliki kondisi yang lebih serius. Lalu mereka membawanya ke UF Health di Gainesville, Florida, untuk meminta pendapat kedua dari petugas medis.
Di sana, remaja itu ditempatkan di ventilator, dan dokter membuat penemuan yang mengagetkan. "Kami minta maaf untuk memberi tahu Anda tentang hal ini, tetapi putra Anda… memiliki amuba parasit, dan tidak ada obatnya," kata ayah Tanner, Travis Wall, kepada News4Jax.
Tanner akhirnya meninggal karena infeksi Naegleria fowleri pada 2 Agustus lalu, kata News4Jax.
Naegleria fowleri adalah organisme bersel tunggal yang secara alami ditemukan di air tawar yang hangat, seperti danau dan sungai, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Di AS, sebagian besar infeksi terjadi di negara bagian selatan, terutama selama bulan-bulan musim panas setelah panas dalam waktu lama, yang meningkatkan suhu air.
Menelan air yang terkontaminasi Naegleria fowleri tidak akan menyebabkan infeksi, tapi jika air yang tercemar naik ke hidung, organisme tersebut dapat masuk ke otak dan merusak jaringan otak. Infeksi hampir secara universal berakibat fatal, dengan tingkat kelangsungan hidup kurang dari 3%, menurut CDC.
Tidak jelas persis mengapa beberapa orang dapat bertahan dari kondisi tersebut. Namun faktor yang dapat berkontribusi untuk bertahan hidup, termasuk deteksi dini infeksi dan pengobatan dengan obat eksperimental yang disebut miltefosine, bersama perawatan agresif lainnya guna mengurangi pembengkakan otak.
Namun, infeksi ini sangat jarang terjadi, dengan 34 infeksi yang dilaporkan di AS selama periode 10 tahun terakhir. Padahal ada jutaan orang yang berenang setiap tahunnya. Tetapi infeksi mungkin menjadi lebih umum karena suhu air naik akibat perubahan iklim, menurut Business Insider.
Kematian Tanner adalah yang kedua dilaporkan di Florida musim panas ini dari infeksi yang sama. Kematian pertama diumumkan oleh Departemen Kesehatan Florida pada 3 Juli, meskipun hanya sedikit rincian yang dirilis tentang kasus tersebut.
Sebagai tindakan pencegahan, Departemen Kesehatan Florida merekomendasikan agar orang-orang menghindari berenang di air tawar hangat selama periode suhu air tinggi dan permukaan air rendah. Mereka juga disarankan menggunakan penjepit hidung atau menahan hidung selama aktivitas di air tawar yang hangat. (Baca juga: PSBB Jilid II di DKI, Anies Bolehkan Ojol Angkut Penumpang )
Laman Live Science menginformasikan, Tanner Wall, 13 tahun, dan keluarganya baru-baru ini berlibur di perkemahan di Florida Utara, yang memiliki taman air dan danau tempat korban berenang.
Media massa lokal, News4Jax, melaporkan, beberapa hari setelah berenang di danau, Tanner mengalami gejala mual, muntah, sakit kepala dan leher kaku.
Tanner awalnya didiagnosis menderita radang tenggorokan, tetapi orang tuanya menduga Tanner mungkin memiliki kondisi yang lebih serius. Lalu mereka membawanya ke UF Health di Gainesville, Florida, untuk meminta pendapat kedua dari petugas medis.
Di sana, remaja itu ditempatkan di ventilator, dan dokter membuat penemuan yang mengagetkan. "Kami minta maaf untuk memberi tahu Anda tentang hal ini, tetapi putra Anda… memiliki amuba parasit, dan tidak ada obatnya," kata ayah Tanner, Travis Wall, kepada News4Jax.
Tanner akhirnya meninggal karena infeksi Naegleria fowleri pada 2 Agustus lalu, kata News4Jax.
Naegleria fowleri adalah organisme bersel tunggal yang secara alami ditemukan di air tawar yang hangat, seperti danau dan sungai, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Di AS, sebagian besar infeksi terjadi di negara bagian selatan, terutama selama bulan-bulan musim panas setelah panas dalam waktu lama, yang meningkatkan suhu air.
Menelan air yang terkontaminasi Naegleria fowleri tidak akan menyebabkan infeksi, tapi jika air yang tercemar naik ke hidung, organisme tersebut dapat masuk ke otak dan merusak jaringan otak. Infeksi hampir secara universal berakibat fatal, dengan tingkat kelangsungan hidup kurang dari 3%, menurut CDC.
Tidak jelas persis mengapa beberapa orang dapat bertahan dari kondisi tersebut. Namun faktor yang dapat berkontribusi untuk bertahan hidup, termasuk deteksi dini infeksi dan pengobatan dengan obat eksperimental yang disebut miltefosine, bersama perawatan agresif lainnya guna mengurangi pembengkakan otak.
Namun, infeksi ini sangat jarang terjadi, dengan 34 infeksi yang dilaporkan di AS selama periode 10 tahun terakhir. Padahal ada jutaan orang yang berenang setiap tahunnya. Tetapi infeksi mungkin menjadi lebih umum karena suhu air naik akibat perubahan iklim, menurut Business Insider.
Kematian Tanner adalah yang kedua dilaporkan di Florida musim panas ini dari infeksi yang sama. Kematian pertama diumumkan oleh Departemen Kesehatan Florida pada 3 Juli, meskipun hanya sedikit rincian yang dirilis tentang kasus tersebut.
Sebagai tindakan pencegahan, Departemen Kesehatan Florida merekomendasikan agar orang-orang menghindari berenang di air tawar hangat selama periode suhu air tinggi dan permukaan air rendah. Mereka juga disarankan menggunakan penjepit hidung atau menahan hidung selama aktivitas di air tawar yang hangat. (Baca juga: PSBB Jilid II di DKI, Anies Bolehkan Ojol Angkut Penumpang )
(iqb)
tulis komentar anda