Ternyata Kelembaban, Suhu, dan Angin Berpengaruh pada Penyebaran Covid-19
Rabu, 30 September 2020 - 06:03 WIB
JAKARTA - Peningkatan kasus Covid-19 di seluruh dunia semakin mendesak para peneliti untuk memahami bagaimana iklim berdampak pada penyebaran virus Corona yang berkelanjutan. Apalagi infeksi virus di musim dingin lebih umum terjadi dan negara-negara di belahan bumi utara akan segera mengalami suhu yang lebih dingin.
BACA JUGA - Ancaman Tsunami 20 Meter, BMKG Minta Mitigasi Bencana Terburuk Dipersiapkan
Para peneliti mempelajari efek kelembaban relatif, suhu lingkungan, dan kecepatan angin dalam penyebaran dan kelangsungan hidup virus. Mereka menemukan bahwa penguapan menjadi salah faktor penting dalam proses transmisi partikel infeksius.
Para peneliti memperoleh hasil dari upayanya dalam mengembangkan korelasi teoritis penguapan tidak stabil dari droplet air liur yang terkontaminasi virus Corona. Mereka menerapkan teori tersebut pada platform komputasi dinamika fluida tingkat lanjut dan mempelajari efek kondisi cuaca pada penularan virus di udara.
BACA JUGA - Teliti Aktivitas Seismic Gap, ITB Ungkap Potensi Gempa Besar dan Tsunami di Selatan Pulau Jawa
Mereka menemukan bahwa suhu tinggi dan kelembapan yang relatif rendah menyebabkan tingkat penguapan lebih tinggi dari tetesan air liur yang terkontaminasi virus. “Hal tersebut mengurangi kelangsungan hidup virus secara signifikan,” kata penelit, Talib Dbouk, dikutip dari Scitechdaily.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa meskipun suhu lingkungan tinggi, namun jarak penyebaran dan konsentrasi droplet akan berubah menjadi signifikan apabila kelembaban relatifnya tinggi. Kecepatan angin juga menjadi faktor penting dalam penyebaran virus melalui droplet yang mungkin akan mengubah semua aturan tentang social distancing kedepannya.
Temuan ini membantu menjelaskan mengapa pandemi meningkat selama periode Juli di berbagai kota padat di seluruh dunia. Kota seperti Delhi yang mengalami suhu tinggi dan kelembapan relatif tinggi juga terpengaruh.
Hasil penelitian memberikan peringatan penting bagi kemungkinan gelombang kedua pandemi di musim gugur dan musim dingin yang akan datang. Suhu yang rendah dan kecepatan angin yang tinggi di musim itu akan meningkatkan kelangsungan hidup dan penularan virus di udara.
Hal ini memperkuat alasan tentang pentingnya social distancing dan penggunaan masker wajah untuk mencegah penyebaran virus. Pemerintah perlu merancang aturan di dalam dan luar ruangan untuk mencegah dan mengurangi penularan virus melalui udara , baik di ruang publik atau pribadi.
BACA JUGA - Ancaman Tsunami 20 Meter, BMKG Minta Mitigasi Bencana Terburuk Dipersiapkan
Para peneliti mempelajari efek kelembaban relatif, suhu lingkungan, dan kecepatan angin dalam penyebaran dan kelangsungan hidup virus. Mereka menemukan bahwa penguapan menjadi salah faktor penting dalam proses transmisi partikel infeksius.
Para peneliti memperoleh hasil dari upayanya dalam mengembangkan korelasi teoritis penguapan tidak stabil dari droplet air liur yang terkontaminasi virus Corona. Mereka menerapkan teori tersebut pada platform komputasi dinamika fluida tingkat lanjut dan mempelajari efek kondisi cuaca pada penularan virus di udara.
BACA JUGA - Teliti Aktivitas Seismic Gap, ITB Ungkap Potensi Gempa Besar dan Tsunami di Selatan Pulau Jawa
Mereka menemukan bahwa suhu tinggi dan kelembapan yang relatif rendah menyebabkan tingkat penguapan lebih tinggi dari tetesan air liur yang terkontaminasi virus. “Hal tersebut mengurangi kelangsungan hidup virus secara signifikan,” kata penelit, Talib Dbouk, dikutip dari Scitechdaily.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa meskipun suhu lingkungan tinggi, namun jarak penyebaran dan konsentrasi droplet akan berubah menjadi signifikan apabila kelembaban relatifnya tinggi. Kecepatan angin juga menjadi faktor penting dalam penyebaran virus melalui droplet yang mungkin akan mengubah semua aturan tentang social distancing kedepannya.
Temuan ini membantu menjelaskan mengapa pandemi meningkat selama periode Juli di berbagai kota padat di seluruh dunia. Kota seperti Delhi yang mengalami suhu tinggi dan kelembapan relatif tinggi juga terpengaruh.
Hasil penelitian memberikan peringatan penting bagi kemungkinan gelombang kedua pandemi di musim gugur dan musim dingin yang akan datang. Suhu yang rendah dan kecepatan angin yang tinggi di musim itu akan meningkatkan kelangsungan hidup dan penularan virus di udara.
Hal ini memperkuat alasan tentang pentingnya social distancing dan penggunaan masker wajah untuk mencegah penyebaran virus. Pemerintah perlu merancang aturan di dalam dan luar ruangan untuk mencegah dan mengurangi penularan virus melalui udara , baik di ruang publik atau pribadi.
(wbs)
tulis komentar anda