Suhu Naik 4 Derajat Celcius, Antartika Kerek Tinggi Air Laut hingga 6,5 Meter
Selasa, 06 Oktober 2020 - 04:30 WIB
JAKARTA - Antartika mengandung lebih dari setengah air tawar dunia dalam lapisan esnya yang membeku, tetapi "keputusan" umat manusia di abad berikutnya dapat mengirim air itu ke laut secara permanen. (Baca juga: Coba Cek Rekening! 12 Juta UMKM Sudah Ditransfer Banpres Jokowi )
Menurit studi baru, jika pemanasan global dibiarkan terus tanpa terkendali seperti sekarang, Benua Antartika segera melewati "titik tidak bisa kembali" yang dapat mengurangi benua menjadi gersang, bahkan bebas es untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 juta tahun.
"Antartika pada dasarnya adalah warisan utama kita dari masa sebelumnya dalam sejarah Bumi. Sudah ada selama sekitar 34 juta tahun," kata rekan penulis studi Anders Levermann, seorang peneliti di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) di Jerman.
"Sekarang simulasi kami menunjukkan bahwa setelah mencair, ia tidak akan tumbuh kembali ke keadaan semula (sampai) suhu kembali ke tingkat pra-industri… Skenario yang sangat tidak mungkin. Dengan kata lain, kita kehilangan Antartika sekarang, hilang selamanya," katanya lagi.
Dalam studi tersebut, para peneliti PIK menjalankan simulasi komputer untuk memodelkan bagaimana Antartika akan terlihat ribuan tahun dari sekarang, tergantung pada seberapa tinggi suhu global rata-rata meningkat sebagai respons terhadap emisi gas rumah kaca modern.
Mereka menemukan bahwa, jika suhu rata-rata naik 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celcius) di atas tingkat pra-industri selama periode waktu tertentu, banyak es di Antartika Barat akan runtuh. Ini menghasilkan 21 kaki (6,5 meter) laut global- kenaikan level.
Kenaikan sebesar itu akan menghancurkan kota-kota pesisir seperti New York, Tokyo, dan London. Skenario ini bisa menjadi kenyataan dalam beberapa dekade.
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC), kenaikan suhu rata-rata global sebesar 9 derajat F (5 derajat C) saat ini dianggap sebagai skenario pemanasan “kasus terburuk”. Ini bisa terjadi jika tingkat emisi gas rumah kaca saat ini dibiarkan terus berlanjut hingga 2100.
Jika suhu global naik antara 11 dan 16 derajat F (6-9 derajat C) di atas tingkat pra-industri untuk periode waktu yang berkelanjutan selama ribuan tahun mendatang, lebih dari 70% es Antartika saat ini akan hilang "secara permanen". Dan jika suhu naik hingga 18 derajat F (10 derajat C), benua itu pasti "hampir bebas es". Jika benua kehilangan semua esnya, permukaan laut global akan naik hampir 200 kaki (58 m).
Menurit studi baru, jika pemanasan global dibiarkan terus tanpa terkendali seperti sekarang, Benua Antartika segera melewati "titik tidak bisa kembali" yang dapat mengurangi benua menjadi gersang, bahkan bebas es untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 juta tahun.
"Antartika pada dasarnya adalah warisan utama kita dari masa sebelumnya dalam sejarah Bumi. Sudah ada selama sekitar 34 juta tahun," kata rekan penulis studi Anders Levermann, seorang peneliti di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) di Jerman.
"Sekarang simulasi kami menunjukkan bahwa setelah mencair, ia tidak akan tumbuh kembali ke keadaan semula (sampai) suhu kembali ke tingkat pra-industri… Skenario yang sangat tidak mungkin. Dengan kata lain, kita kehilangan Antartika sekarang, hilang selamanya," katanya lagi.
Dalam studi tersebut, para peneliti PIK menjalankan simulasi komputer untuk memodelkan bagaimana Antartika akan terlihat ribuan tahun dari sekarang, tergantung pada seberapa tinggi suhu global rata-rata meningkat sebagai respons terhadap emisi gas rumah kaca modern.
Mereka menemukan bahwa, jika suhu rata-rata naik 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celcius) di atas tingkat pra-industri selama periode waktu tertentu, banyak es di Antartika Barat akan runtuh. Ini menghasilkan 21 kaki (6,5 meter) laut global- kenaikan level.
Kenaikan sebesar itu akan menghancurkan kota-kota pesisir seperti New York, Tokyo, dan London. Skenario ini bisa menjadi kenyataan dalam beberapa dekade.
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC), kenaikan suhu rata-rata global sebesar 9 derajat F (5 derajat C) saat ini dianggap sebagai skenario pemanasan “kasus terburuk”. Ini bisa terjadi jika tingkat emisi gas rumah kaca saat ini dibiarkan terus berlanjut hingga 2100.
Jika suhu global naik antara 11 dan 16 derajat F (6-9 derajat C) di atas tingkat pra-industri untuk periode waktu yang berkelanjutan selama ribuan tahun mendatang, lebih dari 70% es Antartika saat ini akan hilang "secara permanen". Dan jika suhu naik hingga 18 derajat F (10 derajat C), benua itu pasti "hampir bebas es". Jika benua kehilangan semua esnya, permukaan laut global akan naik hampir 200 kaki (58 m).
tulis komentar anda