Harus Lebih Waspada, Virus Corona Bisa Bertahan di Kulit Selama 9 Jam
Sabtu, 10 Oktober 2020 - 04:37 WIB
JAKARTA - Virus corona baru dapat bertahan di kulit manusia lebih lama daripada virus flu, menurut sebuah studi baru dari para peneliti di Jepang . (Baca juga: Digebukin Corona, Penerimaan Pajak Kliyengan )
SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, tetap dapat hidup pada sampel kulit manusia selama sekitar 9 jam, menurut penelitian tersebut. Sebaliknya, strain virus influenza A (IAV) tetap hidup di kulit manusia hanya selama 2 jam.
Untungnya, kedua virus pada kulit dapat dengan cepat dinonaktifkan melalui pembersih tangan. Temuan tersebut menggarisbawahi pentingnya mencuci tangan atau menggunakan pembersih untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Studi ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin memiliki risiko penularan kontak yang lebih tinggi (yaitu penularan dari kontak langsung) daripada IAV karena yang pertama jauh lebih stabil pada kulit manusia (daripada yang terakhir," tulis para penulis dalam makalah yang dipublikasikan secara online 3 Oktober 2020, di jurnal Clinical Infectious Diseases.
"Temuan ini mendukung hipotesis bahwa kebersihan tangan yang benar penting untuk pencegahan penyebaran SARS-CoV-2," kata para peneliti lagi.
Sebelumnya dalam pandemik, para peneliti di AS menganalisis berapa lama SARS-CoV-2 dapat bertahan di permukaan. Hasilnya, virus dapat bertahan di permukaan tembaga hingga 4 jam, di atas karton hingga 24 jam, dan di plastik serta baja tahan karat daya tahannya lebih tinggi, yakni hingga 72 jam.
Live Science melaporkan, memeriksa berapa lama virus dapat bertahan di kulit manusia lebih rumit. Anda tidak bisa begitu saja meletakkan sampel virus yang berpotensi mematikan di tangan orang.
Jadi untuk studi baru ini, para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine di Jepang, membuat model kulit menggunakan sampel kulit manusia yang diperoleh dari otopsi. Sampel dikumpulkan kira-kira satu hari setelah kematian.
Para penulis mencatat bahwa bahkan 24 jam setelah kematian, kulit manusia masih dapat digunakan untuk cangkok kulit, yang berarti sebagian besar fungsinya tetap ada selama beberapa waktu setelah kematian. Dengan demikian, sampel yang dikumpulkan bisa menjadi model yang cocok untuk kulit manusia, kata penulis.
Dengan menggunakan model mereka, penulis menemukan SARS-CoV-2 bertahan pada sampel kulit manusia selama 9,04 jam Sementara untuk virus influenza A hanya selama 1,82 jam. Ketika virus ini bercampur dengan lendir, meniru pelepasan partikel virus dalam batuk atau bersin, SARS-CoV-2 bertahan lebih lama, sekitar 11 jam.
Namun kedua virus tersebut bisa dinonaktifkan pada kulit 15 detik setelah menggunakan hand sanitizer yang mengandung etanol 80%. "Kebersihan tangan yang tepat... menyebabkan inaktivasi virus yang cepat (SARS-CoV-2) dan dapat mengurangi risiko tinggi infeksi kontak," kata para penulis. (Baca juga: Traveloka Hadirkan Tur Virtual Interaktif Pertama di Asia Tenggara, Coba Yuk! )
Para penulis mencatat penelitian mereka tidak mempertimbangkan "dosis infeksi" dari SARS-CoV-2, yakni jumlah partikel virus yang diperlukan untuk memberi seseorang infeksi dari kontak dengan kulit yang terkontaminasi. Sehingga penelitian di masa depan juga harus memeriksa pertanyaan ini.
SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, tetap dapat hidup pada sampel kulit manusia selama sekitar 9 jam, menurut penelitian tersebut. Sebaliknya, strain virus influenza A (IAV) tetap hidup di kulit manusia hanya selama 2 jam.
Untungnya, kedua virus pada kulit dapat dengan cepat dinonaktifkan melalui pembersih tangan. Temuan tersebut menggarisbawahi pentingnya mencuci tangan atau menggunakan pembersih untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Studi ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin memiliki risiko penularan kontak yang lebih tinggi (yaitu penularan dari kontak langsung) daripada IAV karena yang pertama jauh lebih stabil pada kulit manusia (daripada yang terakhir," tulis para penulis dalam makalah yang dipublikasikan secara online 3 Oktober 2020, di jurnal Clinical Infectious Diseases.
"Temuan ini mendukung hipotesis bahwa kebersihan tangan yang benar penting untuk pencegahan penyebaran SARS-CoV-2," kata para peneliti lagi.
Sebelumnya dalam pandemik, para peneliti di AS menganalisis berapa lama SARS-CoV-2 dapat bertahan di permukaan. Hasilnya, virus dapat bertahan di permukaan tembaga hingga 4 jam, di atas karton hingga 24 jam, dan di plastik serta baja tahan karat daya tahannya lebih tinggi, yakni hingga 72 jam.
Live Science melaporkan, memeriksa berapa lama virus dapat bertahan di kulit manusia lebih rumit. Anda tidak bisa begitu saja meletakkan sampel virus yang berpotensi mematikan di tangan orang.
Jadi untuk studi baru ini, para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine di Jepang, membuat model kulit menggunakan sampel kulit manusia yang diperoleh dari otopsi. Sampel dikumpulkan kira-kira satu hari setelah kematian.
Para penulis mencatat bahwa bahkan 24 jam setelah kematian, kulit manusia masih dapat digunakan untuk cangkok kulit, yang berarti sebagian besar fungsinya tetap ada selama beberapa waktu setelah kematian. Dengan demikian, sampel yang dikumpulkan bisa menjadi model yang cocok untuk kulit manusia, kata penulis.
Dengan menggunakan model mereka, penulis menemukan SARS-CoV-2 bertahan pada sampel kulit manusia selama 9,04 jam Sementara untuk virus influenza A hanya selama 1,82 jam. Ketika virus ini bercampur dengan lendir, meniru pelepasan partikel virus dalam batuk atau bersin, SARS-CoV-2 bertahan lebih lama, sekitar 11 jam.
Namun kedua virus tersebut bisa dinonaktifkan pada kulit 15 detik setelah menggunakan hand sanitizer yang mengandung etanol 80%. "Kebersihan tangan yang tepat... menyebabkan inaktivasi virus yang cepat (SARS-CoV-2) dan dapat mengurangi risiko tinggi infeksi kontak," kata para penulis. (Baca juga: Traveloka Hadirkan Tur Virtual Interaktif Pertama di Asia Tenggara, Coba Yuk! )
Para penulis mencatat penelitian mereka tidak mempertimbangkan "dosis infeksi" dari SARS-CoV-2, yakni jumlah partikel virus yang diperlukan untuk memberi seseorang infeksi dari kontak dengan kulit yang terkontaminasi. Sehingga penelitian di masa depan juga harus memeriksa pertanyaan ini.
(iqb)
tulis komentar anda