Kemungkinan Benda Angkasa yang Jatuh di Medan Lebih dari 1 Sangat Besar
Rabu, 18 November 2020 - 13:50 WIB
JAKARTA - Penemuan benda angkasa paling dicari 'batu meteor' pada Agustus 2020 lalu oleh lelaki asal Medan Josua Hutagalung menarik perhatian astronom dunia. Para astronom mempekirakan batu meteor yang jatuh di Medan lebih dari 1 pasalnya peristiwa langit terbesar 2020 pada, Rabu (12/8/2020).
BACA JUGA - Simpan Benda Angkasa Paling Dicari, Anak Medan Ini Usik Astronom Dunia
Menurut informasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat itu, hujan meteor pada malam ini, di langit Indonesia mulai dari tengah malam Rabu (12/8/2020).
BACA JUGA- Diteliti di AS, Ini Detail Jenis Batu Meteor Temuan Lae Hutagalung
Sepenti Dilansir Space, batuan yang jatuh sebagai hujan meteor Perseid berasal dari komet Swift-Tuttle. Ini merupakan benda langit terbesar yang pernah melintasi Bumi di tahun 1865 dan 1992. Diameter nukleus atau inti komet tersebut bisa mencapai 26 kilometer, lho. BACA JUGA - Mirip di Palu, Fenomena Alam Menakutkan 'Likuifaksi' Guncang Irlandia
Lalu bagaimana bisa komet ini berhubungan dengan hujan meteor Perseid? Komet bergerak dengan sangat cepat sehingga mereka selalu meninggalkan debu angkasa dan batuan di jalur lintasannya.
Bumi selalu melewati jalur lintasan Swift-Tuttle setiap bulan Agustus. Ketika saat ini tiba, debu angkasa dan batuan yang tercecer itu pun tertarik gravitasi dan memasuki atmosfer sebagai hujan meteor.
Hujan meteor Perseid tercatat sebagai hujan meteor paling populer dan dinantikan sepanjang tahun.
Perseid menjadi begitu populer karena ia adalah salah satu hujan meteor tahunan terbesar. NASA memperkirakan bahwa ada lebih dari seratus meteor yang berjatuhan setiap jamnya ketika peristiwa ini terjadi. Mereka akan melesat dengan kecepatan 59 kilometer per detik sehingga kita bisa melihatnya cukup jelas.
Perseid juga terkenal dengan bola-bola apinya, Dan jika kamu beruntung, kamu akan melihat ledakan cahaya yang cukup besar di angkasa dengan warna yang beragam. Bola api tersebut berasal dari batuan komet yang lebih besar. Namun tenang saja, mereka tidak akan mencapai Bumi.
Hingga berita ini ditayangkan SINDOnews tengah meminta keterangan dari pihak LAPAN.
BACA JUGA - Simpan Benda Angkasa Paling Dicari, Anak Medan Ini Usik Astronom Dunia
Menurut informasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat itu, hujan meteor pada malam ini, di langit Indonesia mulai dari tengah malam Rabu (12/8/2020).
BACA JUGA- Diteliti di AS, Ini Detail Jenis Batu Meteor Temuan Lae Hutagalung
Sepenti Dilansir Space, batuan yang jatuh sebagai hujan meteor Perseid berasal dari komet Swift-Tuttle. Ini merupakan benda langit terbesar yang pernah melintasi Bumi di tahun 1865 dan 1992. Diameter nukleus atau inti komet tersebut bisa mencapai 26 kilometer, lho. BACA JUGA - Mirip di Palu, Fenomena Alam Menakutkan 'Likuifaksi' Guncang Irlandia
Lalu bagaimana bisa komet ini berhubungan dengan hujan meteor Perseid? Komet bergerak dengan sangat cepat sehingga mereka selalu meninggalkan debu angkasa dan batuan di jalur lintasannya.
Bumi selalu melewati jalur lintasan Swift-Tuttle setiap bulan Agustus. Ketika saat ini tiba, debu angkasa dan batuan yang tercecer itu pun tertarik gravitasi dan memasuki atmosfer sebagai hujan meteor.
Hujan meteor Perseid tercatat sebagai hujan meteor paling populer dan dinantikan sepanjang tahun.
Perseid menjadi begitu populer karena ia adalah salah satu hujan meteor tahunan terbesar. NASA memperkirakan bahwa ada lebih dari seratus meteor yang berjatuhan setiap jamnya ketika peristiwa ini terjadi. Mereka akan melesat dengan kecepatan 59 kilometer per detik sehingga kita bisa melihatnya cukup jelas.
Perseid juga terkenal dengan bola-bola apinya, Dan jika kamu beruntung, kamu akan melihat ledakan cahaya yang cukup besar di angkasa dengan warna yang beragam. Bola api tersebut berasal dari batuan komet yang lebih besar. Namun tenang saja, mereka tidak akan mencapai Bumi.
Hingga berita ini ditayangkan SINDOnews tengah meminta keterangan dari pihak LAPAN.
(wbs)
tulis komentar anda