Ini Biang Kerok Tanah di Jawa Tengah Ambles Setiap Tahun

Sabtu, 05 Desember 2020 - 22:09 WIB
Candi Borobudur di Jawa Tengah. FOTO/ DOK SINDOnews
JAKARTA - Masyarakat Jawa Tengah harus mulai beradaptasi dan mengantisipasi terjadinya penurunan muka tanah yang terus berlangsung di wilayah pesisir utara. Kajian Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGL) Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan sejumlah wilayah tersebut terjadi penurunan antara 6 - 10 sentimeter (cm) per tahunnya. BACA JUGA - Berdenyut 26 Detik Sekali, Ahli Sebut Bumi dalam Keadaan Genting

Kepala PATGL Andiani menguraikan, fenomena penurunan muka tanah ini dimonitoring secara komperhensif pada tahun 2020. "Kami melihat amblesan yang terjadi di sejumlah daerah, meskipun kami belum melakukan kajian dari segi tingkat keparahan," kata Andiani dalam keterangan pers resminya, Selasa (1/11/2020). BACA JUGA - Air Laut Terus Naik, NASA Teliti Gejala Tak Biasa Bumi dari Angkasa

Berdasarkan hasil monitoring, sambung Andiani, penurunan tanah di wilayah Semarang bisa mencapai lebih dari 10 cm per tahun. Sementara untuk wilayah Pekalongan sejak pemantauan bulan Mei 2020 sekitar 0,5 cm per bulan. Besaran ini sama dengan hasil pemantauan yang terjadi di Kendal di 2016.



Andiani mengungkapkan, sebagian besar wilayah yang ambles terjadi pada daerah pertanian dan tambak. "Kami melihat amblesan yang terjadi pada daerah-daerah yang memang belum terbangun (infrastruktur). Seperti di Kendal baru akan dibangun Kawasan Ekonomi Khusus. Demikian juga untuk daerah Pekalongan, di sana daerah pintura-nya lebih banyak daerah pemukiman, tambak dan pertanian yang sudah terendam. Demak juga sama," jelasnya.

Salah satu penyebab utama dari hasil analisa PATGL adalah dominasi tanah liat (lempung) dalam struktur kegeologian. "Selama ini orang mengira pengambilan air tanah menyebabkan air tanah menurun. Kemudian kami melihat sebaran lempung lebih dominan. Tanah lempung ini memberikan kontribusi terhadap penurunan, karena tanah lempung ini masih berusia muda masih melakukan pemadatan," tegas Andiani.

Bukti ini didukung kuat dengan temuan di lapangan. Daerah Batang yang tidak ada endapan lempung tidak mengalami penurunan tanah. "Paling tidak data teknis itu yang menjadi keyakinan kami bahwa lempung inilah sebagai penyebab utama terjadi penurunan tanah," jelas Andiani.

Namun, Andiani menyebut bahwa pengambilan air tanah bisa menjadi salah satu pemicu muka tanah menurun lebih cepat. "Dari hasil pemantauan aktiver tertekan lebih dari 70 meter , kami melihat kedudukan muka air tanah masih terlihat di atas top activer. Artinya, pengambilan air tanah menyebabkan penurunan muka air tanah, tapi ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah," ungkapnya.
(wbs)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More