Siap-siap Pandemi Setara Covid-19 Diprediksi Terjadi 60 Tahun Lagi
Selasa, 24 Agustus 2021 - 18:00 WIB
Mereka juga menghitung kemungkinan pandemi yang mampu melenyapkan semua kehidupan manusia, kemungkinan secara statistik terjadi dalam 12.000 tahun ke depan.
Peneliti lainnya Gabriel Katul dari Duke University mengatakan bahwa hitung-hitungan masa pandemi yang terjadi di masa depan bukan berarti manusia memiliki waktu yang cukup panjang sampai pandemi lainnya terjadi. Menurutnya bisa saja dalam kurun waktu yang berbeda pandemi itu lebih cepat terjadi.
"Seseorang mungkin secara keliru menganggap bahwa seseorang dapat menunggu 100 tahun lagi sebelum mengalami peristiwa serupa lainnya. Kesan ini salah karena seseorang bisa mendapatkan banjir 100 tahun lagi tahun depan," jelasnya.
William Pan mengatakan pandemi saat ini sering terjadi karena pertumbuhan populasi ekstrem, perubahan sistem pangan, degradasi lingkungan dan kontak yang lebih sering antara manusia dan hewan pembawa penyakit.
Dia mengatakan analisis statistik yang mereka lakukan hanya berusaha untuk mengkarakterisasi risiko. Bukan untuk menjelaskan apa yang mendorongnya, mereka berharap penelitian itu akan memicu eksplorasi lebih dalam tentang alasan tersebut.
"Penelitian ini merupakan sinyal untuk pentingnya respons dini terhadap kemunginkinan wabah penyakit yang ekstrem sekaligus membangun kemampuan untuk mengawasi kemungkinan terjadinya pandemi dalam tingkat lokal dan global," jelas William Pan.
Baca Juga
Peneliti lainnya Gabriel Katul dari Duke University mengatakan bahwa hitung-hitungan masa pandemi yang terjadi di masa depan bukan berarti manusia memiliki waktu yang cukup panjang sampai pandemi lainnya terjadi. Menurutnya bisa saja dalam kurun waktu yang berbeda pandemi itu lebih cepat terjadi.
"Seseorang mungkin secara keliru menganggap bahwa seseorang dapat menunggu 100 tahun lagi sebelum mengalami peristiwa serupa lainnya. Kesan ini salah karena seseorang bisa mendapatkan banjir 100 tahun lagi tahun depan," jelasnya.
William Pan mengatakan pandemi saat ini sering terjadi karena pertumbuhan populasi ekstrem, perubahan sistem pangan, degradasi lingkungan dan kontak yang lebih sering antara manusia dan hewan pembawa penyakit.
Dia mengatakan analisis statistik yang mereka lakukan hanya berusaha untuk mengkarakterisasi risiko. Bukan untuk menjelaskan apa yang mendorongnya, mereka berharap penelitian itu akan memicu eksplorasi lebih dalam tentang alasan tersebut.
"Penelitian ini merupakan sinyal untuk pentingnya respons dini terhadap kemunginkinan wabah penyakit yang ekstrem sekaligus membangun kemampuan untuk mengawasi kemungkinan terjadinya pandemi dalam tingkat lokal dan global," jelas William Pan.
(wsb)
tulis komentar anda