Ilmuwan Temukan Jejak Darah Manusia Untuk Mewarnai Topeng Emas Kuno di Peru
Kamis, 28 Oktober 2021 - 21:32 WIB
LIMA - Ilmuwan menemukan jejak darah dalam cat merah di topeng emas yang digunakan dalam pemakaman bangsawan Peru sekitar 1.000 tahun yang lalu.
Topeng emas itu ditemukan dalam makam seorang bangsawan Peru yang hidup selama periode Sican sekitar 750 masehi hingga 1375 masehi.
Makam itu awalnya digali pada 1990-an dan para arkeolog pada saat itu menyimpulkan bahwa cat merah yang digunakan bisa saja berasal dari cinnabar atau bentuk merkuri merah bata.
Tetapi pengikat organik pewarnaan itu tetap menjadi misteri. Izumi Shimada pemimpin proyek arkeologi Sican kembali menganalisis sampel cat merah dari topeng dengan harapan dapat menentukan pengikat organik tersebut.
Shimada akhirnya menemukan peptida unik itu cocok dengan darah manusia dan protein telur burung. Tim menemukan enam protein dari darah manusia dalam cat merah, termasuk albumin serum dan imunoglobulin G (sejenis antibodi serum manusia).
"Protein lain, seperti ovalbumin bisa saja berasal dari putih telur," katanya seperti dikutip Daily Mail, Kamis (28/10/2021).
Karena proteinnya sangat terdegradasi, para peneliti tidak dapat mengidentifikasi spesies telur burung yang tepat yang digunakan untuk membuat cat, tetapi kemungkinan besar adalah bebek Muscovy.
Budaya Sican mendiami pantai utara Peru modern lebih dahulu dari suku Inca , tetapi bagaimana mereka berkembang tidak jelas, Ancient Origins melaporkan.
Namun, ada yang mengatakan Sicans adalah keturunan dari budaya Moche yang berkembang di Peru dari 100 M hingga 700 M.
Budaya Sican menempatkan fokus besar pada praktik pemakaman para bangsawan yang dikuburkan dengan barang-barang kesayangan mereka.
Topeng emas itu ditemukan dalam makam seorang bangsawan Peru yang hidup selama periode Sican sekitar 750 masehi hingga 1375 masehi.
Makam itu awalnya digali pada 1990-an dan para arkeolog pada saat itu menyimpulkan bahwa cat merah yang digunakan bisa saja berasal dari cinnabar atau bentuk merkuri merah bata.
Tetapi pengikat organik pewarnaan itu tetap menjadi misteri. Izumi Shimada pemimpin proyek arkeologi Sican kembali menganalisis sampel cat merah dari topeng dengan harapan dapat menentukan pengikat organik tersebut.
Shimada akhirnya menemukan peptida unik itu cocok dengan darah manusia dan protein telur burung. Tim menemukan enam protein dari darah manusia dalam cat merah, termasuk albumin serum dan imunoglobulin G (sejenis antibodi serum manusia).
"Protein lain, seperti ovalbumin bisa saja berasal dari putih telur," katanya seperti dikutip Daily Mail, Kamis (28/10/2021).
Karena proteinnya sangat terdegradasi, para peneliti tidak dapat mengidentifikasi spesies telur burung yang tepat yang digunakan untuk membuat cat, tetapi kemungkinan besar adalah bebek Muscovy.
Budaya Sican mendiami pantai utara Peru modern lebih dahulu dari suku Inca , tetapi bagaimana mereka berkembang tidak jelas, Ancient Origins melaporkan.
Namun, ada yang mengatakan Sicans adalah keturunan dari budaya Moche yang berkembang di Peru dari 100 M hingga 700 M.
Budaya Sican menempatkan fokus besar pada praktik pemakaman para bangsawan yang dikuburkan dengan barang-barang kesayangan mereka.
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda